3 bulan kemudian ....
“Salim pastikan yaaa ... Mamamu menutup matanya, juga nenek dan tante Shivani, jangan sampai ada yang mengintip! Ini perintah!” ujar Jalal dari kursi depan mobil, sementara Mirza Hakim menyeringai senang dibalik kemudi sedangkan Salim berada di kursi tengah memastikan ibu dan neneknya masih menutup matanya dan Shivani yang berada di kursi belakang
“Siap boss! Semuanya aman dan terkendali, tidak ada yang mengintip!” ujar Salim sambil menggerakkan tangannya seperti sedang menghormat, semuanya yang berada di mobil tertawa terbahak bahak begitu mendengar ucapan Salim “Bagus! Pastikan kain penutup mata mereka tetap aman ya, nak” Salim menganggukkan kepalanya
“Papa, ini apa apaan sih? Kok pake tutup mata segala? Lagian kenapa cuma kami yang tutup mata kenapa kalian tidak?” Jalal dan Mirza Hakim tertawa terbahak bahak mendengar pertanyaan Jodha
“Mama ini bagaimana, kan kami yang mau ngasih kejutan, masa kami juga di tutup matanya”, “Emang kejutan apa sih, kak?” Shivani dari arah belakang juga ikutan menimpali pembicaraan mereka “Iya, apa sih nak Jalal, kejutan apa ini?” Jalal hanya tersenyum melihat ketiga wanita yang dekat dengannya ini mulai menebak nebak kira kira kejutan apa yang akan Jalal berikan
“Ini kejutan yang benar benar mengejutkan, ibu ... dan aku yakin, ibu pasti akan suka dengan kejutanku ini!” ujar Jalal sambil memperhatikan mereka satu per satu, sementara Salim masih terus mengawasi mereka. Hingga akhirnya mobil yang di kendarai oleh Mirza Hakim sampai di sebuah rumah, Jalal segera mengajak mereka untuk keluar dari mobil, perlahan Jalal mengajak ketiga wanita itu keluar dari mobil Land Rovernya
“Pelan pelan ya, sekarang kita sudah sampai di tujuan”, pertamata tama ibu mertua Jalal yang keluar dari mobil, begitu sudah sampai di bawah, ibu Meinawati langsung di gandeng oleh Salim “Nenek sama Salim saja ya” kemudian Jodha keluar dari dalam mobil, Jalal segera menggandengnya “Aduuuh, aku ini seperti orang buta saja, hanya bisa meraba raba saja, ini dimana sih, sayang?” Jalal hanya tersenyum melihat istrinya yang berjalan kesana kemari dengan mata tertutup kain hitam
“Sudah kamu diam saja disitu, nggak usah kemana mana, disini saja! Mirza, tolong bantu Shivani” ujar Jalal sambil menunjuk ke arah Shivani sementara dirinya mulai menggandeng Jodha “Ayo sini, ikuti aku ...” Jodha mengikuti arahan tangan Jalal yang mulai mengajaknya berjalan, sementara itu dari arah belakang Hamida, Salima dan Bhaksi Bano mendekat kearah mereka
“Bagaimana? Sudah siap semuanya Jalal?”, “Sudah siap ibu, ibu tolong gandeng ibu Meinawati ya” ujar Jalal sambil menunjuk ke arah bu Meinawati, sementara dirinya menggandeng Jodha kemudian setelah dirasa semuanya siap, Jalal mulai memberi aba aba “Semuanya stand by yaa,,, pada hitungan ke tiga semua penutup muka dibuka, okay?” Jalal memberikan aba aba pada keluarganya, mereka semua siap menunggu perintah “Satu ... Dua ... Tiga!!!” dengan sigap mereka segera membuka penutup mata Jodha, ibu Meinawati dan Shivani, mereka bertiga langsung kaget dan tercengang ketika melihat rumah yang mereka tinggalkan dulu empat tahun yang lalu kali ini ada di depan mereka lengkap dengan toko kecil milik bu Meinawati yang berada di depan rumah,
“Jalal .... ini???” Jodha tercengang, sementara Jalal dan anggota keluarga yang lain menyeringai senang, ibu Meinawati juga tersenyum terharu, karena rumahnya telah kembali
“Sayang, kamu yang membelinya kembali?” Jodha masih penasaran dan terus bertanya tanya dengan rumah yang telah dihuninya sejak kecil, kedua bola mata Shivani juga berkaca kaca, dia tidak menyangka bahwa penderitaan yang dialami keluarganya selama ini terutama kakaknya akan berbuah manis
“Iya, Jodha,,, Jalal membelinya kembali untuk ibu Meinawati, dengan begitu kalian kan bisa berkumpul bersama sama disini, ibu Meinawati juga bisa menjalankan bisnis rotinya kembali” sela ibu Hamida, semua orang tersenyum senang, Jodha mengembangkan senyumnya sambil mencium tangan suaminya dan mengucapkan rasa terima kasihnya bertubi tubi
“Sekarang kita masuk ke dalam yuuuk” Jalal segera mengajak Jodha dan semua anggota keluarga mereka memasuki rumah lama ibu Meinawati, ibu Meinawati merasa terharu dan mengucap syukur karena rumah yang memberikan banyak kenangan untuknya ini bisa kembali lagi padanya.
Beberapa hari kemudian, Jodha sengaja mengadakan syukuran untuk mereka semua, untuk kembalinya rumah mereka dan yang terpenting untuk kembalinya Jalal pada Jodha, semua tamu yang merupakan teman lama mereka datang untuk memberikan selamat, mereka semua kaget dan tidak percaya kalau ternyata Jalal bisa pulih kembali dari komanya dan bisa menemukan Jodha, istrinya yang telah menghilang selama ini, semua tamu yang datang merasa senang dan terharu mendengar kisah cinta Jalal dan Jodha, tanpa mereka duga, saat itu sebuah mobil Alphard warna hitam berhenti didepan rumah ibu Meinawati, tak lama kemudian keluarlah sosok seorang wanita dengan topi lebarnya yang dilengjkapi kacamata hitamnya plus blouse pendek dan celana panjang dengan warna senada hijau botol, tak lama kemudian disusul seorang wanita dan laki laki paruh baya yang ikut keluar dari mobil tersebut, rupanya wanita itu adalah Rukayah bersama kedua orang tuanya, tuan dan nyonya Abdullah, kemudian mereka masuk ke dalam rumah ibu Meinawati yang saat itu sudah mulai ramai dengan tamu tamu, sementara itu didalam rumah semua orang sedang sibuk dengan tugasnya masing masing, termasuk Jodha yang sibuk berjalan kesana kemari menemui para tamunya bersama suaminya Jalal, sedangkan ibu Meinawati dan ibu Hamidah duduk manis disebuah sofa sambil ngobrol dengan beberapa tamu yang menghampiri mereka, tak lama berselang, Shivani langsung menghampiri ibu Meinawati dan berbisik ditelingannya “Ibu, kak Rukayah datang!” ibu Meinawati kaget mendengarnya “Yang benar saja? dimana?”, “Dia sudah ada diluar, sepertinya bareng kedua orangtuanya” Shivani merasa was was, apakah badai itu akan datang lagi menghantam kebahagiaan kakaknya? “Ya sudah, lebih baik kamu beritahu kakakmu, tapi ingat pelan pelan yaa, biar dia nggak begitu kaget” Shivani langsung mengangguk begitu mendengar perintah ibunya, bergegas Shivani berlari mencari cari Jodha, kakaknya ditengah kerumunan tamu tamu yang hadir, hingga akhirnya Shivani berhasil menemukan Jodha yang saat itu sedang ngobrol dengan salah satu tamunya bareng Jalal, Shivani bergegas menghampiri Jodha dan berkata “Maaf, mengganggu, bisa saya bicara dengan kak Jodha sebentar?” Jalal dan tamunya hanya mengangguk mengiyakan, Shivani langsung menggeret lengan kakaknya untuk sedikit menjauh dari mereka “Kakak, ada berita penting!”, “Berita apa?” Jodha jadi penasaran “Kak Rukayah datang!” sesaat Jodha terdiam begitu mendengar ucapan adiknya sambil menatap kearah Shivani dengan kedua bola matanya yang bulat dan melotot, Shivani langsung menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan kakaknya “Dia ada diteras sekarang, tadi kebetulan aku sedang buang sampah didepan, lalu ada sebuah mobil Alphard warna hitam datang, aku kira salah satu tamu kita, ternyata yang keluar adalah kak Rukayah bareng kedua orang tuanya sepertinya”, “Lalu kamu sempet ngobrol dengan mereka?” Jodha semakin penasaran “Iyaa, dia ingin bertemu kakak dan kak Jalal, lalu aku minta mereka masuk kedalam rumah, tapi kak Rukayah nggak mau, dia menunggu kalian didepan, diteras, sudah sana cepat, kak,,, temui dia sekarang” sesaat Jodha terdiam dan menghela nafas dalam dalam, seperti sedang mengumpulkan seluruh tenaga untuk menghadapi sebuah pertandingan, kemudian Jodha berjalan menghampiri Jalal dan membisikkan sesuatu di telinga Jalal tentang kehadiran Rukayah, Jalal juga nampak kaget sesaat “Maaf, pak Husni, saya tinggal dulu yaa, kami mau keluar sebentar” pak Husni hanya mengangguk menyilahkan sepasang suami istri tersebut, kemudian Jalal dan Jodha berjalan keluar menuju teras, menemui Rukayah.
Sesampainya diteras, dilihatnya Rukayah sedang berdiri dengan kedua kakinya, sementara kedua orangtuanya duduk disofa teras, sesaat Jodha dan Jalal terpana melihat perubahan Rukayah yang sudah tidak menggunakan kursi roda lagi “Rukayah, apa kabar? kamu sudah bisa berdiri?” Jalal langsung menyambut Rukayah, Rukayah hanya tersenyum dan berkata “Aku baik baik saja, Jalal,,, dan seperti yang kamu lihat ini, aku memang sudah berdiri”, “Rukayah menggunakan kaki palsu, Jalal,,, selama tiga bulan ini Rukayah berobat di Belanda, kebetulan kakak iparnya seorang dokter specialis Ortopedi (tulang) di Amsterdam sana” pak Abdullah pun berdiri dan ikut nimbrung ngobrol dengan mereka, begitu pula bu Abdullah “Apa kabar tante, om” sapa Jalal dan Jodha, “Rukayah, aku ikut senang, akhirnya kamu bisa berdiri lagi” ujar Jodha tulus yang ikut mendekat kearah Rukayah dan memeluk sahabat lamanya ini, Jodha nampak terharu dengan keadaan Rukayah dan terkenang akan masa lalu mereka “Maaf, saya jadi mellow seperti ini” ujar Jodha sambil menghapus airmata yang membasahi pipinya “Lama kita tidak bertemu yaa, Jodha,,, sekarang yaa begini keadaanku, aku sudah mulai pulih” ujar Rukayah tegar “Kalau begitu, ayoo masuk kedalam, kebetulan kami sedang mengadakan syukuran atas kembalinya rumah kami ini kembali, kamu datang pada waktu yang tepat, Rukayah,,, mari om, tante” ajak Jodha namun Rukayah menggeleng “Tidak, Jodha,,, aku hanya sebentar, aku hanya ingin mengatakan sesuatu sama kalian berdua” sejenak semuanya terdiam begitu mendengar ucapan Rukayah “Apakah ini mengenai rencana pernikahan kita?” Jalal menyela ucapan Rukayah, Rukayah langsung mengangguk “Iyaa, Jalal … aku memang ingin membahas tentang hal itu” Jodha langsung menarik nafas panjang dan siap mendengarkan apa yang ingin diucapkan Rukayah, bapak dan ibu Abdullah juga hanya terdiam, memberi kesempatan pada Rukayah untuk mengutarakan maksud dan tujuannya datang kerumah Jodha “Begini, Jalal,,, niatku kesini untuk membatalkan rencana pernikahan kita” Jodha dan Jalal terhenyak begitu mendengar penjelasan Rukayah “Iyaa, aku sadar, kalau aku memaksakan kehendakku, semuanya akan berantakan, aku sadar cinta saja nggak cukup (when love is not enough), apalagi dengan keadaanku seperti ini, jadi aku tidak akan melanjutkan rencana pernikahan kita, Jalal” Jodha langsung memeluk sahabatnya itu dengan perasaan haru “Kamu sudah berubah sekarang, Rukayah,,, aku tidak melihat Rukayah yang manja dan kolokan”, “Pelajaran hidup membuat aku jadi lebih dewasa, Jodha … dan aku yakin suatu saat nanti, pasti ada seorang pria yang bisa menerima aku apa adanya, seperti Jalal yang menerima seorang perawat biasa seperti Jodha, aku selalu berdoa agar kisah cintaku bisa abadi seperti kalian berdua” semua orang tersenyum mendengar ucapan Rukayah yang optimis “Tapi jujur,,, aku juga sudah siap untuk berbagi denganmu, Rukayah,,, kami berdua sudah membicarakan hal ini” Jodha berusaha meyakinkan Rukayah, namun Rukayah kembali menggeleng “Tidak, Jodha,,, kisah cinta kalian berdua tidak boleh terusik oleh orang ketiga dan aku tidak mau jadi orang ketiga itu dan lagi besok aku akan terbang ke Amsterdam, Belanda,,, aku akan tinggal disana bareng kakakku yang sudah lama menetap disana, yang suaminya dokter specialis, seperti yang diceritakan ayahku tadi, aku akan memulai hidup baru disana, Jodha,,, doakan aku yaa” nampak kedua bola mata Rukayah berkaca kaca, sedangkan Jodha hanya mengangguk haru dan kembali airmatanya membasahi pipi “Aku doakan semoga kamu dapat jodoh disana, Rukayah” Rukayah mengangguk lalu memeluk Jodha erat “Selamat tinggal, Jodha,,, aku pasti akan merindukan kamu,,, aku doakan semoga keluarga kalian bahagia selamanya dan tidak ada badai yang menghantam lagi” ujar Rukayah tulus “Aamiin,,, aamiin, aamiin terima kasih, Rukayah” ujar Jodha haru, Rukayah kemudian mengendurkan pelukkannya dan menatap kearah Jalal “Selamat tinggal, Jalal,,, aku banyak belajar tentang kehidupan terutama tentang cinta dari kamu, terima kasih,,, aku masih ingat ucapanmu dulu, kamu tidak membutuhkan seseorang untuk menyempurnakanmu, kamu hanya butuh seseorang yang bisa menerimamu dengan sempurna” Jalal tersenyum kecil sambil mengangguk mengiyakan ucapan Rukayah dan berjalan menghampiri Rukayah kemudian memeluknya hangat “Aku doakan semoga kamu bisa menemukan seseorang itu, Rukayah,,, jaga diri baik baik yaa, tapi jangan lupa tetap keep in touch dengan kami yaa, kamu mau kan?” ujar Jalal sambil melepaskan pelukkannya, Rukayah tersenyum lebar mendengar ucapan Jalal dan tiba tiba saja rasanya Jodha ingin muntah, rasa mual itu kembali menyerangnya beberapa hari terakhir ini “Kamu kenapa, Jodha?” Jalal mulai panik begitu melihat istrinya terlihat lesu “Aku tidak apa apa, Jalal” Jodha berusaha baik baik saja meskipun perutnya terasa berputar putar seperti gasing mainan Salim “Hmm … aku tahu, Jalal,,, istrimu ini pasti sudah mulai isi lagi, benarkan, Jodha?” sela Rukayah sambil menggoda Jodha, Jodha hanya tersenyum malu malu sambil mengangguk membenarkan ucapan Rukayah “Tadi pagi aku coba test dengan test pack dan ternyata hasilnya positif” Jalal tersenyum lebar dan bahagia begitu mendengar pengakuan Jodha yang mulai berbadan dua lagi “Selamat yaa, Jodha” Rukayah dan kedua orangtuanya memberikan ucapan selamat pada Jodha “Terima kasih, sayang,,, akhirnya Salim punya adik baru” ujar Jalal sambil memeluk erat istri tercintanya ini.
Akhirnya babak kisah cinta Jodha dan Jalal abadi selamanya, meskipun cinta saja nggak cukup namun kekuatan cinta mereka berdua mampu menguatkan hubungan mereka kembali selamanya, ibarat sebuah pepatah “kamu harus berjuang melalui hari hari terburuk untuk memperoleh hari hari terbaik dalam hidupmu” seperti yang dialami oleh Jodha dan Jalal, Jodha sangat beruntung mendapatkan Jalal yang tidak hanya bangga mempunyai seorang istri seperti Jodha tapi juga selalu siap mengambil semua resiko yang ada, hanya untuk bersama dengannya,,,,
*THE END*