Yang Dirindukan Bab 7




Yang Dirindukan Bab 7
By Chusnianti

Satu tahun berlalu. Kehidupan keluarga Irul bersama Jodha tetap berjalan harmonis dan romantis. Bahkan mereka berdua kini telah dikaruniai seorang putra bernama Muhamad Arif Azhari. Jodha hamil di bulan pertama pernikahannya. Dan kini Arif berusia 2 bulan.
Continue Reading...

From YM To Your Heart Part 8



FROM YM TO YOUR HEART
Part 8
By Tyas


~~~~~~~~~~~~
Kamis, 30/03/13
Aadhya Jodha : Analisa perbandingan Golden Textiles dan Golden Beverages sudah saya email.
Aadhya Jodha : Anda sudah menerimanya?
Aadhya Jodha : Sir?
1 jam yang lalu
Rashed Jalal : Ke ruanganku. Sekarang
~~~~~~~~~~~~

Jalal sedang kesal. Jodha bisa merasakannya. Pasti gara-gara pembicaraan yang terjadi di dalam lift tadi pagi.
Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 35 Part 4


Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

Jalal baru sadar dia sudah menamparnya dalam kemarahan...Cepat-cepat dia menenangkan diri dan berkata dengan nada menyesal, “Jodha, tidak perlu kuberitahukan lagi berapa banyak wanita di Haremku... Tapi bagaimana bisa kau memandangku serendah itu... Aku tidak peduli tentang Kanika... Aku hanya dan hanya mencintaimu Jodha...”
Continue Reading...

Yang Dirindukan Bab 6



Yang Dirindukan Bab 6
By Chusnianti

Jodha duduk di depan meja riasnya sambil menyisir rambut panjangnya yang berwarna hitam. Ia tersenyum mengingat kejadian dua minggu yang lalu. Terkejut sekaligus bahagia yang dirasakannya. Akhirnya Allah mengabulkan doanya untuk memberikannya pendamping yang ‘alim dan faqih. Dan Insha Allah juga lelaki sholih.

Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 35 (END) - By : Erinda


Dan  Jalal pun telah berada di dalam kamarnya, kamar Jodha dan Jalal berdampingan di hotel ini.
Sebenarnya Jalal juga sudah lelah dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya, namun masih ada hal yang harus diketahuinya, buru-buru Jalal menelphone seseorang.
^^^
“Halo Husen, bagaimana sudah kalian urus semua yang aku minta kemarin?” Tanya Jalal langsung begitu sambungan telephone nya terhubung dengan Husen

Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 35 Part 3

Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani


Dengan sedih Jodha keluar dari kamarnya dan melihat Ammi Jaan dan Salima Begum.... Dia berlari dan memeluk Ammi Jaan dengan erat sambil menangis... Hamida melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya dan mengecup keningnya- “Jodha... Anakku... Aku senang sekali bisa melihatmu.... Betapa bahagianya aku...” Lalu dia berkata dengan nada tegas, “Ayo... Jangan menangis lagi... Dengan anugerah Tuhan semuanya akan baik-baik saja..”
Continue Reading...

Yang Dirindukan Bab 5



Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.
(QS. An-Nahl: 1)


Yang Dirindukan Bab 5
By Chusnianti

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun pun telah berganti. Kini tanpa mereka sadari, Jodha, Jalal dan Irul telah menyelesaikan studi mereka di Perguruan Tinggi dengan hasil yang memuaskan.
Continue Reading...

From YM To Your Heart Part 7

PS. Terima kasih karena tetap menunggu cerita sederhana dari saya.



FROM YM TO YOU HEART
Part 7
By Tyas

~~~~~~~~~~~
Selasa, 28/03/13
Rashed Jalal : Jodha?
Aadhya Jodha : Ya?
Rashed Jalal : Aku tidak melihatmu sejak pagi.....Kau baik-baik saja?
Aadhya Jodha : Aku tidak masuk hari ini, HRD sudah kuberitahu. Perasaanku masih sangat buruk. Aku ingin beristirahat dulu. Jadi  TOLONG..... jangan GANGGU aku hari ini...
Rashed Jalal : Mana pernah aku mengganggumu?
Rashed Jalal :Justru aku ingin menolongmu agar kau tidak terus-terusan ingat semua yang terjadi semalam...
Continue Reading...

Yang Dirindukan Bab 4

Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian
dan kebencian.

Yang Dirindukan Bab 4
By Chusnianti

“Gimana, Mbak Ai dengan pertanyaanku tadi?” tanya Rina pada Jodha yang baru saja melepaskan mukenanya.

“Aduh, Mbak Rin... Sabar dulu... lepas dulu itu mukenanya,” ucap Jodha.

Rina langsung melepaskan mukenanya tanpa repot-repot melipatnya dan hanya menyampirkannya di lehernya. “Ini, udah, Mbak... Buruan jawab pertanyaanku yang tadi, Mbak... Biar bisa langsung aku praktekin... Hehehe.”
Continue Reading...

Yang Dirindukan Bab 3

Jika kamu berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda.


Yang Dirindukan Bab 3
By Chusnianti

Sudah beberapa hari ini Jalal termenung di kamar Kostnya. Beberapa hari yang lain dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk menghampiri Jodha. Dia tidak ingin mengganggu kehidupan baru Jodha.
Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 34 - By : Erinda


“WHATTT??!!” Jodha kaget ia sampai tersedak dan menumpahkan juice strawberry nya
Tidak hanya Jodha yang terkejut bahkan Bhaksi dan Javeda sendiri juga tidak menyangka mereka akan mengatakan hal yang sama
^^^
Mereka bertiga saling pandang dan sama-sama bingung
“Baiklah,, Kapan?” Tanya Jodha akhirnya setelah ia mulai bisa mengendalikan keterkejutan nya
“Bulan depan” Jawab Javeda dan Bhaksi dengan serempak lagi
Membuat Jodha mendengus kesal dan geleng-geleng kepala, sedangkan Javeda dan Bhaksi nampak salah tingkah sendiri
“Oke,,Nona-Nona cantik, one by one. Ok Javeda, explain me now” Kata Jodha pada Javeda

Continue Reading...

Yang Dirindukan Bab 2


Setiap dini hari menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan, julurkan lengan penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu ke arah-Nya untuk memohon pertolongan! Ketika lidah bergerak, tak lain hanya untuk menyebut, mengingat dan berdzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu, hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman kembali berkobar-kobar. Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya, keyakinan akan semakin kokoh. Karena, Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.


Yang Dirindukan Bab 2
By Chusnianti

“Jo... minta tanda tangannya dong,” pinta Jalal sambil membawa spidol. Bajunya sudah penuh dengan warna warni. Tapi masih ada tempat yang bersih, tampaknya Jalal masih menyisakan tempat itu. “Disini, ya,” lanjut Jalal sambil menunjuk dadanya.

Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 35 Part 2


Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

Lima hari berikutnya di Amer, Jodha dan keluarganya sibuk dan telah lupa pada semua penderitaan yang telah dilalui putrinya selama satu tahun kemarin, Jodha terlihat seperti belum menikah... tanpa beban... nakal... lugu... Jodha yang jahil...

Continue Reading...

Yang Dirindukan Bab 1



Betapapun ku lukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf,
Kekudusan-Mu tetap meliputi semua arwah
Engkau tetap Yang Maha Agung, sedang semua makna,
akan lebur, mencair, di tengah keagungan-Mu, wahai Rabku

Yang Dirindukan Bab 1
By Chusnianti

“Assalaamu ‘alaikum...”

Sapaan hangat yang selalu dilantunkan oleh Irul kepada setiap temannya yang seiman. Pagi ini seperti biasa ada Jodha di dalam kelas yang selalu datang pagi di sekolah.
Continue Reading...

From YM To Your Heart Part 6



FROM YM TO YOUR HEART
Part 6
By Tyas







~~~~~~~
Senin, 27/03/13
Rashed Jalal : Kenapa kau tadi berusaha kabur? Bukannya kau bilang ingin melihat seperti apa diriku...
Aadhya Jodha : Kalau tahu seperti ini, aku tidak ingin mengenalmu
Rashed Jalal : Kenapa? Apa aku kurang menarik?
Aadhya Jodha : Justru karena kau terlalu menarik...
Rashed Jalal : Ada apa dengan pria yang terlalu menarik untukmu?
Aadhya Jodha : Membuatku ingin lari saja... Pria yang sangat menarik pasti punya niat lain saat mendekati seorang wanita. Apa niatmu mendekatiku?
Rashed Jalal : Menurutmu aku sedang mendekatimu?
Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 35 Part 1

Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

Recap:
Jodha memeluknya dan berkata, “Shenshah, setelah hari pernikahan kita, kita mengalam berbagai macam masalah dalam hidup kita... Mungkin itu karena aku menikah denganmu dengan terpaksa, dengan berat hati  dan aku mengutuk takdirku.. Aku mengutuk orang tuaku... Aku mengutuk Krishna... aku mengabaikan semua ritual...dan Tuhan, dan itulah kenapa kita menghadapi begitu banyak masalah.”
Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 34 Part 4

Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

WARNING!!!
BAGIAN INI MENGANDUNG UNSUR 20++, BAGI YANG MASIH DIBAWAH UMUR, HARAP MUNDUR TERATUR.

Tiba-tiba saja Jalal menghujani pipi dan lehernya dengan kecupan... ciuman.. dan gigitan kecil... Gairahnya membuat Jodha makin tersipu malu.... Jantungnya berdentum makin keras saat Jalal membeku menatap bibirnya dengan penuh damba... Jodha mundur selangkah sambil menatapnya dengan gugup... Jalal menutup jarak itu dan dengan gerak cepat meraihnya pinggulnya dan menundukkan tubuhnya... Keduanya sudah basah kuyup di bawah hujan dan merasa kesulitan bernapas, sebelum menguasai bibirnya, Jalal berhenti sesaat...
Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 33 - By : Erinda



Tidak bisakah kau lebih merusak moment romantis ini Nona?” Jalal melepaskan tangan nya dari wajah Jodha, Jodha hanya nyengir tanpa dosa pada Jalal
^^^
Hhh,,Baiklah” Kata Jalal datar
Jalal mengambil makanan yang ada di atas meja yang sudah disiapkan oleh Javeda sebelumnya, nampak ia mengaduk-aduk makanan tersebut dengan sendok agar tercampur rata.
Jodha melihat handphone nya tampak satu pesan dari Javeda yang mengatakan bahwa Bhaksi akan pulang terlambat karena masih harus memilih beberapa design yang cocok untuk winter season tahun di catalog mereka depan.

Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 34 Part 3

Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

Jalal berkuda pelan menuju tempat latihan... tempatnya kecil... Di tempat itu hanya ada satu ruangan kelas, dari kejauhan dia perhatikan beberapa anak berlatih pedang... Mengedarkan pandangan ke seputar tempat itu, dia melihat sang pengajarnya... Figur yang mungil, berpakaian perang warna putih dan wajahnya tertutup, tidak butuh waktu lama baginya untuk mengenalinya sebagai Jodha...
Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 32 - By : Erinda


Sebelumnya saya minta bagi readers yang merasa bosan dengan cerita saya ini lebih baik jangan dilanjutkan membacanya dan tolong jangan memberi comment yang membuat penulis jadi malas melanjutkan tulisan nya. Silahkan baca cerita lain yang lebih menarik dari ff amatir saya ini. Terima kasih.
Selamat membaca bagi yang readers tersayang yang masih menunggu dan selalu menanyakan ff ini.

------------------------------------
 “Seperti ini saja” Kata Jodha cepat dan ia kembali memeluk Jalal, dan tanpa menunggu Belanda menyerang pun Jalal langsung membalas pelukan Jodha
“Itu,,Semua itu,,A-Aku,,,,”
^^^
TOKK,,TOKK,, Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Jodha
Jalal dan Jodha nampak terkejut, Jalal segera  merenggangkan pelukan nya pada Jodha
“Mungkin itu Paman Khaibar dan Bibi Anga yang sudah datang, biar aku melihatnya dulu” Kata Jalal sambil berdiri dan menuju pintu

Continue Reading...

From YM To Your Heart Part 5

PS: Mohon maaf yang sebesar-besarnya karena baru bisa posting lagi, setelah berminggu-minggu ngalamin 'numb'. Jangankan pada semua pembaca, pada diri saya sendiri aja malu. Mohon sabar ya, tapi pasti ceritanya aku selesaikan kok. Matur nuwun.

FROM YM TO YOUR HEART
Part 5



~~~~~~~~
Sabtu, 25/03/13
Rashed Jalal : Jodha Aadhya, apa kau lembur hari ini?
Aadhya Jodha : Iya, bagaimana kau tahu?
Rashed Jalal : Aku tadi sempat ke lantai 3, dan sepertinya ada kesibukan disana..
Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 34 Part 2

Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

Seketika Jodha menjauhkan tangannya dan bangkit dari tempat tidur dengan tergesa... jantungnya bergemuruh bersama pikirannya, dia mengetahui siapa aku tanpa perlu melihat wajahku, dia masih ingat sentuhanku... Senyum percaya diri muncul di wajahnya yang merona, tapi segera ditahan emosinya dan berkata dengan nada lemah, “Kurasa kau mulai gila, apa kepalamu juga terluka? Aku mengatakannya beberapa saat yang lalu, aku Hira... Biarkan aku pergi dan kumasakkan sarapan untukmu.”
Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 31 - By : Erinda


Sebelumnya mau say thanks dulu buat mbak Arum yang udah buatin banner baru yang kece untuk "Seuntai Harapanku" , Makasih banyak yo mbak dan maaf udah ngerepotin,,hehehe.. ;)
----------------------


“Apa dia mencintaiku?”
^^^
Sejenak Jodha kembali teringat akan mimpi nya semalam saat ia tak sadarkan diri, dia memimpikan sahabat tersayang nya “Rukayah”, dalam mimpi itu nampak Ruk memakai gaun sutra berwarna hijau tampak ia duduk sambil bersenandung di sebuah ayunan, di sekelilingnya dipenuhi kelopak bunga mawar putih.

Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 34 Part 1

Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

Jodha berdiri membeku di pintu masuk, melihat Jalal yang terluka parah. Matanya melebar dan wajahnya menampakkan ketakutan. Untuk beberapa lama, jantungnya berhenti berdetak. Untuk beberapa saat dia merasa hidupnya berakhir... Dia lupa untuk bernapas...
Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 30 - By : Erinda


Jodha hanya menangguk dalam pelukan Jalal, ia memejamkan matanya menikmati kebersamaan dengan pria yang dicintainya ini.
^^^
Di tengah pelukan mereka, tiba-tiba perut Jodha berbunyi menandakan ia tengah kelaparan membuat Jalal melepas pelukan nya dan ia melihat wajah Jodha yang bersemu merah menahan malu, seketika tawa Jalal pecah melihat ekspersi dan kepolosan Jodha, melihat Jalal yang menertawakan dirinya Jodha tidak marah justru ia ikut tertawa bersama Jalal. Ah akhir-akhir ini bahkan ia lupa bagaimana caranya tertawa, yang ia tahu hanya kesedihan yang berakhir dengan air mata.

Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 33 Part 3

Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

Perasaan Jalal benar-benar hancur, dalam beberapa hari saja semua yang ada di sekelilingnya berubah. Seluruh wajahnya  basah oleh keringat... Dia merasa seakan seseorang memukulkan palu pada kepalanya dengan sangat keras... Dengan kasar dia menyisirkan tangan pada rambutnya... Satu kalimat mampu merampas semua kekuatannya... Dia jatuh berlutut dan terduduk di kakinya lalu meratapi kesedihannya “Yaa Allah... Rukaiya... teman masa kecilku... istri pertamaku... pendukungku... bagaimana bisa dia menipuku tanpa perasaan seperti ini? Dia tahu benar aku sangat mengharapkan kehadiran seorang anak, walau begitu dia tetap tega mempermainkan perasaan dan harapanku... Dia tahu aku sangat mencintai Jodha dan karena itulah dia bersikap kasar padanya, dia menampar Jodha, dia mengusir Jodha dari istana ini... Kenapa dia tega menghancurkan perasaan dan impianku??? Impian tentang malaikat kecilku... Impian tentang pangeran kecilku. Tidak pernahkah sekali saja dia membayangkan bagaimana hancurnya hatiku saat impianku hancur... Rukaiya, aku sudah menuruti semua keinginanmu dan apa yang kau berikan sebagai balasannya untukku??? Kemanakah perasaan cintamu? Kau selalu mengatakan kalau kau mencintaiku lebih dari apapun lalu kenapa kau melakukan semua ini??”
Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 29 - By : Erinda



Belum sempat Jalal membalas pernyataan cinta Jodha, Jodha sudah tidak sadarkan diri, tubuhnya yang berada dalam dekapan Jalal tiba-tiba tubuh Jodha terkulai lemas.
^^^
“Berapa lama lagi kita sampai” Tanya Jalal gusar pada Husen
“Sebentar lagi Jalal, rumah sakit nya sudah di depan” Jawab Husen

Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 33 Part 2

Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

Jalal langsung bisa membaca ekspresi Maham Anga yang menyiratkan bahwa dirinyalah pelaku utama atas kejahatan ini... Hatinya yang sakit kembali terluka sekali lagi, jauh di dalam hatinya dia masih berharap bahwa Maham tidak bersalah, tapi sekarang semuanya semakin jelas... sejernih kristal. Sekarang hati dan pikirannya yakin bahwa Maham adalah pembunuh dari bayinya yang belum lahir... dia membunuh impiannya, karena Maham jugalah dia berpisah dari Jodha... Darah ksatrianya mendidih di dalam tubuhnya, tapi yang tampak diluar, dia menjaga ekspresinya tetap tenang dan datar. Dia ingin membuktikan Jodha tidak bersalah dan ingin menangkap Maham beserta bukti yang kuat, dengan tangannya sendiri... Jalal menahan emosinya saat meminta Maham membaca surat itu sekali lagi untuknya. Kali ini suara wanita itu terdengar lebih gugup dari sebelumnya, bahkan suaranya gemetar saat membaca. Terlihat jelas dari semua sikapnya bahwa dia menyembunyikan sesuatu. Sekali lagi dia melewati bagian tentang konspirasi dirinya yang ditulis oleh Jodha.
Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 28 - By : Erinda



Jalal mengakhiri lagunya dan beranjak, ketiga bodyguard nya sudah kembali bersama Jalal
Suara teput tangan penonton mengakhiri lagu Jalal, ia kemudian bangkit dan turun dari panggung
“Ini saatnya” Batin Jalal
^^^
Hingga tiba-tiba tanpa bisa dihindari para wanita yang hadir disana langsung menghampiri Jalal dan mengungkapkan kekaguman mereka padanya serta basa-basi lainnya, Jalal yang sudah akan menjalankan rencana nya untuk membawa Jodha menjadi terhambat karena wanita-wanita itu terus mengelilinginya, jadi mau tidak mau Jalal sedikit meladeni mereka sambil sesekali matanya memperhatikan Surya dan Jodha, hingga pada saat Jalal kembali melihat kearah tempat Jodha tadi berada dia tidak melihat Jodha begitu pun dengan Surya sekarang. “Sial” Jalal berdecak kesal

Continue Reading...

FF: Is It Hate or Love Chapter 33 Part 1

Written by Bhavini Shah
Translate by Tyas Herawati Wardani

Pagi baru menjelang, awan hitam bergelayut  di langit, tanda-tanda badai mulai terbentuk perlahan dan akan menerjang pada saat yang tepat. Matahari bersembunyi di balik awan hitam yang tebal itu, seakan mataharipun enggan membangunkannya dari sisa-sisa mimpi indahnya. Burung-burung bertengger di sarang mereka dan menunggu hingga badai lewat, untuk membuatnya terjaga mereka mulai berkicau pelan, untuk meredakan rasa sakitnya mereka mulai melantunkan irama merdu, angin kencang menggerakkan rambut di wajahnya. Mendung sedikit tersibak, matahari mulai tampak menjatuhkan sinar hangat dan silaunya menerpa wajahnya. Dalam mimpinya sebelum akhirnya dia terjaga, dia melihat sinar terang yang sangat jauh, mendengar kata-kata terakhir Jodha, ‘Aku mencintaimu Jalal’ yang membuatnya tersenyum dalam damai. Pada akhirnya, alam bawah sadarnya membawa dia kembali pada kenyataan. Perlahan dia mencoba membuka matanya, namun dikarenakan kurangnya istirahat dan tekanan batin yang sangat berat, kelopak matanya terasa berat namun dia teringat, betapa pentingnya pagi ini bagi dirinya dan Jodha. Seketika seluruh tubuhnya gemetar ketakutan, kelopak matanya terbuka untuk mencari keberadaan Jodha, ayunannya bergerak pelan menyesuaikan dengan bobotnya, hanya dia sendiri di atas ayunan yang bergoyang. Jantungnya berdetak semakin kencang... Pikirannya was-was saat saat dia menyadari kekhawatirannya benar-benar terjadi.... Dia berteriak sekencang-kencangnya “JODHA”
Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 27 - By : Erinda





Berfikir sejenak lalu Tn Pratap membisikan sesuatu pada Surya dan setelah itu mereka berdua tertawa puas dan kembali masuk kedalam untuk melaksanakan ide Tn Pratap.
^^^
Malam harinya acara resepsi pernikahan Surya dan Jodha tengah berlangsung
Surya dan Jodha sedang berada di tengah-tengah para tamu undangan, terlihat sekali Surya sangat bahagia dengan senyum dan tawa yang tidak pernah lepas dari wajahnya begitu pun dengan Jodha, bagi orang awam yang baru melihatnya pasti akan mengira kedua pengantin itu begitu bahagia dengan pernikahan mereka tapi yang sebenarnya tidak demikian, tidak untuk sang pengantin wanita, hati dan perasaan nya sudah hancur lebur dan begitu mengenaskan, susah payah ia menyunggingkan senyum nya untuk para tamu yang mengucapkan selamat padanya. Ucapan selamat yang baginya sama seperti ucapan turut berduka cita.
Tidak jauh dari resepsi pernikahan mereka, nampak banyak para pengawal yang sudah di sewa Surya untuk mengamankan pernikahan nya dan juga tentu saja untuk mengamankan Jodha seperti yang dikatakan Tn Pratap pada Surya tadi pagi.

Continue Reading...

FF - Is It Hate or Love Chapter 32 Part 2

Written by Bhavini Shah
Translate by Arum Chusnianti

Jodha dengan tenang menjawab “Apa yang aku lakukan adalah untuk keselamatanmu Rukaiya begum dan jika Kau tidak setuju maka aku harus berbicara dengan Shahenshah.”
Continue Reading...

Seuntai Harapanku Part 26 - By : Erinda




Tujuan Jalal saat ini adalah menuju Hotel tempat Jodha menginap sekarang seperti yang disarankan sepupu kembar nya tadi, secepatnya Jalal harus segera sampai disana dan mengawasi Jodha tanpa mengundang kecurigaan dari Surya dan antek-antek nya, mereka berpesan pada Jalal jangan sampai Surya mendekati Jodha apalagi sampai melakukan kontak fisik dengan Jodha, hingga sekarang Jalal tidak mengerti apa maksudnya itu karena mereka juga belum mau menjelaskan nya pada Jalal, mereka bilang tidak waktu untuk menjelaskan semuanya sekarang yang penting adalah Jalal menjaga dan melindungi Jodha sebisa yang Jalal bisa lakukan tanpa mengundang kecurigaan.
^^^
Di kamar hotel tempat Jodha menginap, Bhaksi dan Javeda sudah sampai beberapa jam yang lalu. Mereka hanya berbicara ringan, Javeda dan Bhaksi tidak ingin mengungkit dan menerka-nerka apa yang akan terjadi besok karena itu hanya akan membuat Jodha kembali sedih dan terpuruk, Bhaksi dan Javeda terus berdo’a dan yakin bahwa teman Richard itu pasti bisa membantu Jodha keluar dari masalah ini.

Continue Reading...

From YM To Your Heart Part 4



FROM YM TO YOUR HEART
Part 4


 ~~~~~
Jumat 23/03/13
Rashed Jalal : Apa kau sudah dengar kabar dari meja managermu?
1 jam yang lalu
Rashed Jalal : Jodha Aadhya, apa kau sedang sibuk?
30 menit yang lalu
Rashed Jalal : Jodha Aadhya?
~~~~~

Jodha menatap bodoh layar monitornya yang terus berkedip-kedip selama satu jam terakhir. Matanya terbuka lebar, tapi otaknya mengembara entah kemana. Berkas-berkas pekerjaannya  tersusun rapi di atas mejanya, bukan karena sudah selasai dikerjakan tapi karena belum disentuhnya sama sekali sejak jam pertama dia masuk kantor hari ini. Kebisingan di sekitarnya tidak mampu menerobos masuk alam sadarnya. Dia hanya duduk manis dengan sebelah tangan menyangga dagunya dan tangan satunya memain-mainkan pena di antara jemarinya.
Sebenarnya dia sudah tidak ingin mengingatnya, tapi otaknya dengan keras kepala memutar kembali dan kembali semua adegan yang terjadi semalam, lebih tepatnya insiden tak terduganya dengan seorang pria tak dikenal yang, entah kenapa, begitu berkesan bagi dirinya. Jodha bahkan bisa mengingat setiap obrolan, semua perlakuannya, setiap menit yang dilaluinya, setiap tarikan napasnya bahkan aromanya, seakan pria itu masih ada di dekatnya saat ini. Bahkan sejak semalam, dia sulit tidur karena pikirannya penuh dengan ingatannya akan pria itu. Otaknya sudah seperti pita kaset rusak yang hanya memainkan lagu yang sama berulang kali. Jangankan saat memejamkan mata, saat matanya masih terbuka yang terlintas selalu saja hal yang sama.
Pagi ini lebih parah lagi, rasa penasarannya akan sosok pria itu hampir membuatnya mengabaikan semua ajaran moral dan susila dalam dirinya. Pertemuan pertama mereka di dalam elevator memunculkan dugaan bahwa pria itu juga bekerja di Golden Building. Andai saja dia tidak punya pengendalian diri yang kuat, maka Jodha akan berkeliling di setiap lantai gedung ini untuk mencari pria itu.
Lalu akal sehatnya bertanya pada hatinya, ‘Siapa pria itu hingga mampu menjungkir balikkan duniamu padahal kau sudah bertunangan?!’...
Plakk...serasa ditampar keras saat dia ingat bahwa dia wanita yang sudah terikat. Sungguh tidak pantas seorang wanita memikirkan pria lain selain tunangannya, itu dikategorikan sebagai perselingkuhan, meski tidak ada hubungan romatis yang terjalin di antara mereka.
Begitu pikirannya mendapatkan pencerahan, Jodha segera berkonsentrasi kembali pada pekerjaannya. Sudah mendekati akhir bulan, semua klaim pengeluaran harus sudah diklarifikasi dan masuk akun pembukuan perusahaan. Jodha hanya punya waktu dua hari untuk merekap laporannya, meski posisi managernya sedang dinonaktifkan, dia tetap harus menyusun laporannya dan diserahkan langsung pada Chief Finance. Itu memo terbaru perusahaan yang diumumkan sesaat lalu.
Target Jodha laporannya harus sudah selesai sebelum dua hari. Tidak akan lagi dia ijinkan dirinya memikirkan hal yang tidak pantas dia pikirkan. Meski sudah berkali-kali meyakinkan dirinya, tapi ingatan tentang pria itu sesekali menyelinap ke dalam pikirannya. Bahkan hal itu berlanjut saat dia makan siang bersama Varun, tunangannya.
Siang itu, Varun mengajak Jodha makan siang di sebuah restoran cepat saji di Mumbay.   
“Jodha...Kau mendengarku kan?” tanya Varun mengejutkan Jodha yang lagi-lagi melamun.
“Eh...tentu saja...” jawabnya dengan senyum sedikit dipaksakan.
“Apa kau sedang memikirkan sesuatu?”
“Tidak..” jawabnya berbohong.
Mana mungkin dia menceritakan pada Varun kalau dia sedang melamunkan seorang pria dan ciuman ‘hampir saja tapi ternyata bukan’ nya semalam.
“Apa kau memikirkan tentang pernikahan kita? Kau tahu, aku sudah berkali-kali berbicara dengan ayahku untuk merubah keputusannya meminta mahar 200 ribu rupee untuk pernikahan kita...tapi ayahku tetap bersikeras...kuharap kau tidak keberatan dengan jumlah sebesar itu... Aku sudah tidak sabar untuk menikah denganmu..” Varun menjelaskan dengan manisnya.
“Aku juga ingin segera menikah denganmu, tapi mengumpulkan uang sebesar itu tentu aku butuh waktu sedikit lebih lama...Kuharap kau bisa bersabar menunggu..” jawab Jodha, sebenarnya siapa yang berusaha diyakinkannya, Varun atau dirinya sendiri.
Memang tidak semudah yang dibayangkan untuk mengumpulkan 200 ribu rupee, apalagi uang itu harus disisihkannya dari gaji bulanannya. Tapi dia tidak punya pilihan, tidak mungkin baginya membatalkan rencana pernikahan hanya karena masalah mahar. Dia dan Varun saling mencintai dan tidak terpikir olehnya untuk menikah dengan pria lain.
Jam makan siang sudah hampir selesai, Jodha bangkit diikuti oleh Varun.
“Eh sayang...kau yang bayar dulu ya, lagi-lagi Ibuku membawa kartu kreditku untuk berbelanja...” pinta Varun dengan manisnya
“Tentu..” jawab Jodha tanpa keberatan.
“Jangan lupa nanti malam kita nonton film, sepulangmu dari kantor...” Varun mengingatkan Jodha.
Seperti itulah kencan makan siang mereka. Bagi orang lain mungkin terlihat hambar, tapi bagi Jodha, ini adalah kencan idealnya. Tidak perlu hal-hal romantis atau spektakuler seperti dalam drama, karena baginya hal seperti itu hanya untuk remaja dan bukan untuk wanita dewasa seperti dirinya. Tidak perlu ada lonjakan perasaan dan kata-kata cinta memabukkan, karena sebagian besar isinya hanya omong kosong. Cukup hal-hal normal yang terkesan akrab dan masuk akal untuk dilakukan bersama.
Sisa hari itu dilaluinya dengan mulus, tanpa interupsi dari ingatannya tentang semalam. Berhasil menyelesaikan satu laporannya, dia rapikan mejanya dan menutup pekerjaannya. Malam ini dia ingin menikmati akhir pekannya bersama Varun.
Jam di arloji Jodha menunjukkan pukul 21.15, sudah kelima kalinya dia melirik jarum jam yang berputar dengan sangat lambat. Jodha berdiri di sebuah ujung blok di Ghandi Boulevard, menunggu, dengan sedikit tak sabar, Varun datang menjemputnya. Seusai mereka nonton film di bioskop, Varun terpaksa meninggalkan Jodha sementara di tempat itu karena harus membantu ayahnya yang mobilnya mogok di jalan, lima blok dari tempatnya menunggu. Varun berjanji akan menjemputnya kembali dan mengantarnya pulang usai mengantar ayahnya.
Jalanan mulai sepi, orang-orang yang lalu lalang pun mulai berkurang. Angin malam juga mulai terasa dingin dan lembab di kulitnya, dia hanya berharap malam ini tidak akan turun hujan sebelum dia sampai di rumahnya.
“Hai, lady...kau sedang menunggu siapa?”
Jodha terlonjak kaget saat seorang pria, ralat, tiga orang pria tiba-tiba sudah mengelilinginya. Dari tatapannya, mereka sepertinya bukan orang baik-baik. Pria yang pertama kali bicara tadi mulai mencolek-colek tangannya... Firasat buruk.
“Ka..kalian mau apa?”
Jodha memucat....Keringat dingin mulai meluncur di wajahnya...Jantungnya mulai berdetak tak beraturan.... Tubuhnya lemas.... Dia mundur selangkah, tapi buntu, di belakangnya sudah ada pria yang lain menghalangi. Dia sendirian, jangankan melawan, melarikan diri saja dia tidak akan punya kesempatan....Otaknya serasa menciut karena ketakutan yang teramat sangat...
Matanya membelalak lebar menatap ketiga orang itu bergantian. Tenggorokannya tercekat...tak bisa berteriak... meski berteriak sekuat tenaga, masih adakah orang yang mau menolongnya?....Tidak ada satupun orang atau kendaraan yang lewat....
Jodha makin terpojok....Mereka memepetnya ke dinding sebuah toko yang sudah tutup....Dia hanya bisa berpegangan pada tali tas bahunya...’Ya Tuhan, hanya kau yang bisa menolongku sekarang.’ Doa Jodha dalam hati sambil memejamkan matanya rapat-rapat, berharap ada dewa penolong yang datang.
“Sayang, apa kau sudah lama menungguku?”
Terdengar suara seorang pria beberapa langkah di belakangnya. Deg. Seketika Jodha langsung membuka matanya....’Varun?!....Syukurlah....Tunggu..tunggu, itu bukan suara Varun, tapi...’ hati Jodha bertanya-tanya.
Jodha masih membelakangi suara itu, tapi dia bisa mendengar langkah-langkah tegap sepasang kaki yang mendekat....Dia belum berani menoleh... Lima...Empat...Tiga....Dua langkah lagi semakin dekat....Lalu sebuah tangan kekar merangkul pundaknya...
“Hhhk..” tubuh Jodha menegang...Dia tersentak karena sentuhan itu. Saat dia menarik napas karena terkejut, saat itu pulalah aroma yang sangat dikenalnya terhirup oleh indera penciumannya...
Pelan-pelan, dengan kecepatan satu langkah per lima detik, Jodha menoleh ke arah kanannya, tempat pria itu berdiri dengan mantap merangkul pundaknya.
Bola mata Jodha hampir keluar karena dia terlalu lebar membelalakkannya, namun disambut dengan sebuah senyuman di wajah pria yang seharian ini menguasai akal sehatnya.
Pria ini...apa dia sudah tahu situasi apa yang kuhadapi?...Apakah karena itu dia memanggilku sayang? Itu semua pura-pura kan?’ Jodha berusaha bertanya dengan isyarat matanya, karena mulutnya tak berani bersuara...Tapi pria itu masih tersenyum seolah-olah ini pertemuan biasa yang dilakukannya setiap hari...
“Sayang, ayo kita pulang.” Ajak pria itu. Tangannya yang merangkul pundak Jodha menekan dan membalikkan tubuhnya.
Belum sempat melangkah, jalan mereka kembali diblok oleh dua dari tiga pria tadi.
“Tunggu dulu, Tuan... Tidak semudah itu...” kata salah satu pria itu sambil meletakkan tangannya di dada pria penolong Jodha.
Ketiga preman yang mencegat Jodha, kesemuanya memiliki badan yang besar, tapi pria penolongnya ini juga memiliki badan yang tak kalah besar. Hanya saja jumlah mereka yang tak seimbang. Karena itulah mereka dengan mudah mengintimidasinya.
“Apakah ada masalah?” tanya pria di sebelah Jodha, berpura-pura bodoh.
“Berikan semua milikmu, maka kau bisa pergi!!”
“Apa yang kami miliki yang kau inginkan?” tanyanya lagi. Jodha yang berdiri di sebelahnya hanya bisa diam gemetaran, tubuhnya makin mengkerut ketakutan.
“Gelangnya, anting, dompet kalian.” Perintah salah satu preman sambil tangannya menunjuk ketiga barang yang dimaksud.
“Baik, kami akan berikan....Sayang, lepas gelang dan antingmu!” katanya pada Jodha.
“Tapi...”
“Lepaskan saja...” kata pria itu lebih menekankan kata-katanya.
Dengan tangan gemetar, Jodha melepaskan gelang dan anting dari telinganya. Dengan berat hati diserahkannya kedua perhiasan itu beserta dompetnya pada preman-preman yang memalak mereka. Pria di sebelahnya juga mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya dan diserahkan juga pada mereka.
“Ayo, sayang...” ajaknya lagi, ingin segera lepas dari mereka.
“Mobilmu juga!” pria yang sedari tadi diam berdiri di belakang Jodha, akhirnya juga ikut bicara.
“Jangan sentuh mobilku!” Jodha terkejut dengan naiknya nada bicara pria di sebelahnya, sepertinya dia mulai kehilangan kesabaran hingga mengatakan itu dengan menekankan setiap katanya dengan jelas.
Jodha melirik takut ke sampingnya. Pria yang tangannya masih merangkul pundaknya itu, tubuhnya lebih tinggi darinya hingga dia harus sedikit mendongak. Dari samping, Jodha bisa melihat samar-samar otot-otot leher pria itu tertarik menegang, rahangnya mulai mengeras dan sorot matanya menyipit, seperti orang yang sedang mengumpulkan kekuatan dan siap bertarung.
Atmosfer di sekitar mereka berlima mulai meningkat panas. Ketiga preman sepertinya juga mulai ancang-ancang menunjukkan kekuatan mereka. Lalu....
Salah satu preman mengeluarkan pisau lipat dari balik punggungnya dan mengacungkannya ke dada pria calon korbannya itu. Jodha menjerit tertahan dan mundur selangkah karena ngeri dan takut melihat kilatan pisau yang teracung .... tapi pria di sebelahnya tidak.
Dia tetap berdiri menantang mereka.
Entah siapa yang memulai atau apa yang memicu, dalam sekejap keempat pria itu terlibat dalam pertarungan.... Jodha yang terlambat bereaksi, sempat terjebak di tengah-tengah, tapi kemudian dirasakannya sebuah tangan menarik dan mendorongnya ke pinggir, menjauh dari pukulan, tendangan dan sabetan pisau.
Seperti orang tolol, Jodha hanya sanggup berdiri diam...bingung tak tahu harus berbuat apa....menjerit minta tolong? Suaranya masih tertahan di kerongkongannya, tak mau keluar... Melarikan diri? Tidak mungkin dia meninggalkan pria yang menolongnya.... Menolong? Lebih tidak mungkin lagi, dengan cara apa dia akan menolong... Dia hanya bisa berdiri di pojok, melindungi tubuhnya sendiri dari kemungkinan kena salah pukul.
Sempat ada beberapa kendaraan lewat, tapi begitu melihat ada perkelahian, mereka cepat-cepat tancap gas menjauh. Pejalan kaki yang hendak lewat jalan itu langsung berputar balik memilih jalan lain. Tak seorang pun terpikir untuk melerai apalagi menolong.
Pria penolongnya itu ternyata mampu bertarung sehebat itu. Jodha yakin kemampuan beladiri seperti itu tidak mungkin hanya didapat dari bermain game online. Kemampuan di level itu pasti hasil dari latihan keras selama bertahun-tahun....
Satu per satu preman-preman itu roboh tersungkur ke beton trotoar. Sumpah serapah keluar di antara suara erangan dari mulut mereka. Pria misterius itu merapikan bajunya yang berantakan karena duel tadi. Dirampasnya kembali dompet miliknya dan milik Jodha serta perhiasan yang tadi sempat ada di tangan mereka.
“Ini! Untuk mengobati luka kalian.” Dikeluarkannya uang 100 rupee dari dompetnya dan dimasukkan ke saku pakaian salah satu preman.
“Ayo kuantar pulang.” Perintahnya pada Jodha dan berjalan menduluinya.
Jodha bergegas menyusul langkahnya.
“Hey.....Kenapa kau memberi mereka uang?”
“Untuk mengobati luka atau untuk membeli makanan. Terserah mereka.”
“Bagaimana kau tahu mereka butuh uang?”
“Karena aku pernah hidup di jalanan.”Jawaban terakhir itu sama sekali tak diduga. Langkah Jodha sampai terhenti karena tak percaya dan tak tahu harus bereaksi bagaimana.
“Cepat masuk!.” Pria itu sudah membukakan pintu mobil untuk Jodha.
“Eh...tidak usah, aku sedang menunggu seseorang disini.” Jodha menjelaskan dengan setengah hati.
“Oke..sampaikan salamku pada ketiga orang tadi kalau mereka datang lagi.” Jawabnya acuh...
Tanpa menunggu lagi...
“Aku ikut.” Teriaknya ketakutan dan melesat masuk ke dalam mobil.
Jodha salut pada pria ini, dalam situasi menegangkan seperti ini, dia tetap berprinsip pada norma kesopanannya sebagai seorang pria, seperti saat ini, dia membuka dan menutup pintu mobil untuk Jodha sebelum dia sendiri masuk.
“Ehm..terima kasih sudah menolongku tadi...apa kau kebetulan lewat di sekitar sini?”
“Ya.”
“Boleh aku bertanya?” pria itu diam tidak mengiyakan atau melarang.
“Kenapa kau baru melawan saat mereka akan mengambil mobilmu?... Kemampuan bela dirimu hebat, sepertinya kau bisa melawan mereka dari awal saat mereka mengambil perhiasan dan dompet kita....Maksudku, aku sudah ketakutan kalau mereka akan melukai kita berdua karena kupikir kau juga takut saat mereka mengancam...” Jodha tidak meneruskan kata-katanya...
“Mobil ini sudah bersamaku hampir 10 tahun. Kuanggap mobilku ini temanku yang paling setia. Orang menikah saja dianggap hebat kalau bisa saling setia selama itu....jadi pasti aku akan melindungi mobil ini karena kalau bukan aku, siapa yang akan melindunginya....mobil ini kan tidak bisa melindungi dirinya sendiri....” kata pria itu panjang lebar.
“Tapi aku juga kan tidak bisa melindungi diriku sendiri, kalau kau langsung menghajar mereka kan aku tidak perlu ketakutan lama-lama...” kata Jodha pelan
“Nona Jodha Aadhya, apa kau pikir ini adegan Bollywood Movie?...Apa kau pikir aku bisa menghajar orang seenaknya?...Apa kau pikir aku tidak takut terluka?...Bagaimana kalau ternyata komplotan mereka lebih banyak?!... Atau bagaimana kalau mereka lapor polisi atas tindak penyerangan, malah aku berbalik jadi penjahatnya kan?!...Jadi, aku butuh alasan yang tepat untuk menghajar mereka. Tidak mungkin kan demi dirimu?! Aku tidak punya hak dan kewajiban untuk melindungimu....”
Jodha terdiam, semua perkataan pria itu benar. Dia terlalu memikirkan dirinya sendiri. Mungkin ini efek yang tersisa dari ketegangan tadi, hingga Jodha mencerocos tak karuan...
“Kau juga, kenapa kau suka sekali berdiri sendirian di tempat gelap seperti itu?”
“Eh...sudah kubilang, aku sedang menunggu seseorang.”
“Pacarmu?”
“Tunanganku.”
“Berarti tunanganmu bukan pria baik-baik.”
“Hey...” balas Jodha tersinggung.
“Kalau dia menghormati wanita, dia tidak akan membiarkan tunangannya menunggu, apalagi di tempat sepi, malam-malam, sendirian... Apa kau tahu aturan penting saat berkencan?”
“Adakah?” tanya Jodha setengah penasaran.
“Ya Tuhan, kau ini lugu sekali. Ada tiga aturan penting...Pertama, pria yang harus menjemput dan mengantarkan sang wanita sampai ke rumah. Kedua, pria yang membayar semuanya. Ketiga, jangan biarkan pasanganmu merasa bosan setiap acara kencan kalian. Apa pacarmu selalu melakukan ketiganya?”
“Tentu.” Jawab Jodha dengan dagu terangkat angkuh, meski dalam hati dia tahu itu bohong.
“Kau bohong.” Jodha ketahuan.... “Contohnya malam ini. Berapa lama kau sudah menunggu disana? Kenapa harus di tempat seperti itu? Dan...kenapa kau belum menelponnya sekarang?”
Jodha teringat, dia belum menghubungi Varun sama sekali. Sejujurnya dia bahkan tidak terpikir soal itu. Dia terlalu sibuk berdebat dengan pria di sebelahnya ini.
Jodha sedang merogoh-rogoh isi tasnya mencari ponselnya saat merasakan mobil itu berhenti... Tangannya berhenti mencari... Dia menoleh ke kanan dan kiri, mencoba mencari tahu dimana mereka berada sekarang.
“Sudah, kau telepon saja dari rumahmu. Kita sudah sampai.” Ujarnya
Jodha sama sekali tidak memperhatikan jalan, dia tidak tahu kemana pria ini membawanya. Anehnya, jauh di bawah alam sadarnya, dia percaya penuh pada pria di sebelahnya, yang bahkan belum dia ketahui asal-usulnya, akan membawanya ke tempat aman. Dan tempat itu adalah rumahnya....
Pria itu sudah memarkir mobilnya, lagi-lagi tepat posisinya, di depan lobi gedung apartemen Jodha. Pria itu pun sudah membukakan pintu mobil untuknya saat Jodha masih sibuk merapikan tas dan rambutnya.
Jodha turun dan berdiri canggung di sebelahnya, ada hal yang ingin ditanyakannya tapi dia butuh sedikit waktu untuk mengatasi kegugupannya.
“Ehm...hey...kau sudah mengantarku pulang dua kali. Tapi aku belum tahu namamu.”
“Bukannya kau sudah memberiku nama...Hey...Hey...begitu kan kau memanggilku?!” jawab pria itu bercanda.
Jodha malu pada sikapnya. Dipikir-pikir lagi, pria misterius ini justru tingkah lakunya lebih sopan dari dirinya yang seorang wanita.
“Itu kan karena aku tidak tahu namamu. “ jawab Jodha tidak enak hati.
Pria itu hanya tersenyum misterius dan mempersilakan Jodha berjalan lebih dulu, seperti malam sebelumnya.... Hal yang sama terulang lagi. Jodha yang berjalan di depan...merasa salah tingkah,  bibirnya kering, hatinya berdebar lebih cepat dari biasanya.... Kebisuan ini justru lebih mengganggu daripada tadi saat mereka berdebat di dalam mobil....
Angin malam yang dingin meniupkan udara sejuk pada tubuhnya yang meremang hangat. Entah bagaimana Jodha merasa seolah-olah mata pria itu memandangi sekujur tubuhnya di balik punggungnya, mengirimkan getar-getar aneh yang dirasakannya dari ujung kaki hingga wajahnya. Tangan pria itu yang tadi sempat merangkul pundaknya, cengkeraman hangatnya pun masih terasa.
Di depan pintu apartemennya, Jodha berhenti dan mengetuk pintu....
“Kau sudah tahu namaku...jadi siapa namamu?” tanya Jodha
“Hey?” jawabnya jahil.. “kenapa kau penasaran sekali? Apa kau ingin menyebut namaku dalam mimpimu?”
Mulut Jodha bergerak-gerak lucu karena jawaban pria itu...
“Apa kau juga bekerja di Golden Building?”
“Kau akan segera tahu..” balasnya penuh teka-teki.
Jodha ingin bertanya lagi, tapi tertahan saat Ibunya membukakan pintu.
“Selamat malam Nyonya, saya mengantarkan putri anda pulang...” kata pria itu pada Ibunya dengan penuh hormat.
Setelah mengatakan itu, dia mengangguk dan berbalik pergi. Sekali lagi Jodha dibuat penasaran oleh pria itu...
*************

Continue Reading...