Written By: BhaviniShah
Translate By: Dewi Agasshi
Jodha mengulurkan tanganya pada Jalal sambil memberikan senyum malaikat di wajahnya, Jalal menatapnya dengan tatapan cinta intens di matanya dan melupakan bahwa mereka masih ada dalam Diwan E Khass. Mengetahui Hamidah melihat drama mereka, Jodha menarik tangan Jalal dengan sedikit memaksa untuk menghampiri Hamidah. Jalal begitu sentimental sehingga ia tidak menyadari bahwa mereka masih berada di Diwan E Khas. Ia melihat wajah Hamidah dengan kepuasan konten dan matanya melunak dengan air mata kebahagiaan. Sudah bertahun-tahun sejak ia melihat kebahagiaan yang menyenangkan seperti ini di wajah ibunya. Sesampainya didepan Hamida bano Jodha membungkuk untuk mendapatkan restu dari sang mertua tercinta. Melihat itu Jalal merasa heran kenapa Jodha ingin berkah. Ia ingin juga melakukan hal yang sama namun egonya sebagai Shahenshah Hindustan dan perbedaan masa lalu menahanya untuk membungkuk didepan ibunya. Air mata Hamidah masih mengalir, ia meletakkan tangannya di atas kepala Jodha dan memberkatinya dengan semua kebahagiaan di dunia juga sang waris untuk Saltanat tersebut. Jodha dan Jalal keduanya saling memandang dengan berkat waris (anak) dan tersipu.
Seringai nakal menghiasi wajah Jalal mengingat keprihatinan AmmiJaan untuk Jodha, Ia dengan hormat berkata "Aadab Ammijaan. Sesuai saran Anda, saya tidak akan menghukum Jodha Begum karena datang terlambat untuk DWK."
Hamidah menyeringai mendengar komentar sarkastik anaknya ini. Jalal kembali melanjutkan "AmmiJaan, saya telah memenuhi keinginan Anda untuk membawa kembali Begum favorit Anda “Jodha” dari Amer dan saya yakin Anda bahkan lebih bahagia setelah pengumuman hari ini!"
Hamidah penuh kasih membelai wajah Jalal dan menjawab "Jalal aku sangat senang melihat Jodha kembali Agra dan juga perubahan Mughal Shahenshah.” kemudian dia memberkatinya untuk hidup bahagia dan banyak anak-anak.
Setelah bertahun-tahun anak dan ibu, keduanya saling memandang dengan cinta yang intens. Hamida berdeham dan dengan nada memuji berkata.. "Jalal, itu adalah tanggung jawabmu untuk memastikan bahwa Jodha tidak lagi meneteskan air matanya lagi gara-gara perbuatanmu. Sepertinya Jodha tidak perlu bahuku lagi, aku ingin kalian berdua bahagia selamanya.” Sekali lagi Hamida memberi berkat, menegakkan tubuhnya dengan mengangkat tinggi lehernya dan berjalan keluar dari DWK dengan kepuasan yang sangat nyata.
Dari sudut lain Maham menatap Jalal dan Hamidah dengan tatapan menusuk. Dia kesal melihat Jalal mendekati Hamidah Banoo. Ia merasa jantungnya terjepit, Jalal sengaja pergi ke Mariam Makhani Hamidah Banoo pertama untuk mendapatkan berkah darinya. Rajvanshi ini telah mulai memainkan pion-nya.
Jodha dan Jalal keduanya saling memandang dengan tampilan konten dan cinta abadi. Jodha merasa begitu banyak perubahan, dalam satu hari semua direformasi. kemarin malam ia penuh dengan air mata sakit dan hari ini ia memiliki air mata kebahagiaan. Semuanya terjadi begitu cepat, dia masih dalam keadaan melamun. Ia tidak pernah berpikir Jalal akan mengumumkanya di depan dunia bahwa ia jatuh cinta dengan dia.
Itu adalah hal yang ekstrim baginya untuk berfikir bahwa mimpinya menjadi kenyataan. Jodha merasa luar biasa dan sangat unggul. Tiba-tiba dalam langkahnya ia bersyukur dari Malika e Hindustan. Keduanya memegang tangan masing-masing dan berjalan menuju pintu gerbang.
Sambil berjalan disamping sang suami tiba-tiba mata cantik Jodha menangkap sosok astral disana, iya dia melihat Begum E Khass kodok kita tercinta (maap saya memang udah ga mau menulis namanya lagi). Melihat wajah menyakitkan ekstrim dan air mata di matanya, memberikan sengatan jauh di dalam hati Jodha itu. (tapi merasa puas senang sampai nari tor-tor)
Namun rasa bahagia Jodha jauh lebih besar dari rasa kasihanya pada Ratu Kodok, sehingga dengan segera ia kembali merasakan luapan cinta untuk sang suami. Jalal berjalan menuju kamarnya sambil memegang tangan Jodha, Jodha berhenti didepan pintu dan berkata "Shahenshah, ini sudah sangat larut malam. Aku akan kembali ke kamarku, Subhratri.”
Jalal begitu tenggelam dalam luapan kebahagiaanya sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa mereka berjalan menuju kamarnya, dan telinga-Nya hanya mendengar keterangan Selamat malam.. Jalal menjawab tegas, "Jodha, kau tidak akan berhasil."
Jodha mendekatkan dirinya ke arah Jalal dan berkata dengan nada rendah... "Shahenshah, apakah kau lupa kalau ini adalah kamar pribadimu. Bukankah kau tak ingin berbagi kamarmu dengan salah satu Begum-mu.”
JA: "Kau benar Jodha Begum, aku tidak ingin berbagi kamarku dengan salah satu istriku dan selamaya tak akan pernah. Tapi aku dengan senang hati mau berbagi kamarku dengan Malika E Hindustan.” Jalal berkata dengan nada dan seringai nakal khasnya.
JO: "Ohh tapi Malika E Hindustan sangat lelah dan dia ingin beristirahat." Seperti biasa Jodha sok jual mahal padahal mau.
Jalal melingkarkan tanganya dipinggang Jodha dan dengan sedikit memaksa menariknya lebih mendekat padanya dan berbisik ditelinganya dengan nada rendah... "Tapi Shahenshah E Hindustan tidak merasa seperti dia bisa beristirahat malam ini dan ingin menghabiskan sepanjang malam dengan Malika E Hindustan." Jurus gombalnya mulai keluar
Jodha tidak bisa mengendalikan wajahnya memerah, dengan malu-malu menjawab dalam nada rendah.. "Shahenshah E Hindustan harus bangun pagi-pagi dan mempersiapkan diri untuk DWK dan Malika E Hindustan telah menghabiskan sepanjang hari dengan Shahenshah, jadi sekarang selamat malam suami tercinta." (klepek-klepek deh Jodha mau bilang gini **arghhh krakoti bantal guling sak pinunggalane**)
Jalal menyeringai padanya dan menjawab main-main... "Aku menghabiskan sepanjang hari dengan Begumku tapi sekarang aku ingin menghabiskan sepanjang malam dengan Malika E Hindustan." Jalal masih tak mau menyerah
Jodha melihat para penjaga mendengarkan dan menikmati pembicaraan romantis ini. mereka semua memerah menahan senyum sambil melihat ke bawah karena mereka dekat dengan gerbang ruangan. Jodha gugup mengisyaratkan Jalal dengan matanya menunjuk ke arah penjaga dan isyarat untuk tidak berbicara seperti ini di depan mereka. Jodha keras kepala mengatakan "Shoobh Ratri Shahenshah hum apne hojre mein ja rahe hai" (Selamat malam Shahenshah saya akan kamarku) dan berbalik untuk pergi dari sana.
Jalal menarik tangannya dan dengan cepat memeluknya di depan semua penjaga tanpa mengucapkan sepatah kata dan berjalan di dalam kamarnya. (ya salammm, edannn tenan Hamari Shahenshah)
Dengan langkah mendadak ini, Jodha menjadi benar-benar terkejut. Dengan sedikit kemarahan palsu ia berkata dengan nada marah-marah "Shenshah biarkan aku pergi ..."
Jalal menyeringai melihat tindakan palsunya. Dengan lembut ia membuatnya duduk di tempat tidur bulat besarnya. Jodha merasa malu namun senang, tapi dengan tindakan palsu dia berkata... “Shahenshah, Biarkan aku pergi ke kamarku. Dan jangan dekat-dekat padaku.” Namun dengan sikap kekanak-kanakanya Jalal sengaja pergi lebih dekat dan dengan nakal bertanya.. “Berapa jarak tepatnya Jodha begum, agar aku tak menjadi lebih dekat padamu.”
Jodha tampak di matanya dan perlahan berbisik "hame jana dijye .."
Jalal memeluk Jodha, mengusap pipinya dengan miliknya dan perlahan berbisik ... “Ohh Jodha aku tak bisa lagi jauh-jauh darimu bahkan untuk satu detikpun. Aku merasa ingin memelukmu sepanjang malam, aku ingin merasakan ketenangan konten dalam pelukan hangatmu. Aku tak bisa menemukan kata yang tepat untuk melukiskan betapa aku sangat bahagia hari ini. sekarang dan seterusnya hati Jalaluddin Muhammad Akbar hanya akan diperintah oleh Malika E Hindustan.”
Jodha menatapnya tanpa berkedip dan tersipu berat.
Jalal mencium pipi Jodha dengan lembut kemudian dengan nada sensual bergumam di telinganya... “Jodha Begum, mata indahmu telah memabukkanku. Semakin aku mendekatimu, semaik aku haus akan sentuhanmu. Kau telah mempesonaku dan sepertinya matamu telah melakukan beberapa sihir padaku. Aku tak bisa melihat apapun selain dirimu.” (ohhhh so sweeeeeeetttt... hoekkkk)
Lalu perlahan-lahan ia mencium telinganya. Jodha menutup matanya dan berbisik... “Jalal biarkan aku pergi dan jangan merayuku dengan sentuhan manismu.”
Jalal menciumnya lagi di lehernya. Jodha berbisik... "Jalal, kau membuatku gila untukmu, menjauhlah dariku.” Jodha mulai merasakan ancaman perbuatan Jalal.
Jalal menyeringai dan mencium pada daun telinganya. Jodha lagi-lagi bergumam... “Apakah kau bermain permainan rayuan denganku Jalal?.”
Akhirnya, Jalal menciumnya dengan lembut di bibirnya. Seluruh tubuhnya gemetar dengan sentuhan lembut dan manis. Ia kembali menciumnya dengan sedikit lebih semangat. Tangannya mulai bergerak di sekitar pinggang telanjang. Sentuhan Jalal membuat ia gila. Jodha menyerah dan menanggapi dengan ciuman sama bergairah. Bibir mereka menciptakan api, Jodha mulai menciumnya liar. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan energi yang sangat besar, Jalal tahu dia ingin lebih tapi ia ingin menggodanya. Jalal perlahan melepaskan bibirnya dan bergerak sedikit menjauh darinya dan berkata tanpa ekspresi "Shobba Kheer Jodha Begum."
Jodha menatapnya nakal dan menjawab dengan nada tenang yang sama... “Shubratri Shenshah." Ia kemudian bangkit dari tempat tidur. Ini sangat mengejutkan bagi Jalal, ia yakin bahwa keinginannya berada di puncak dan dia memilih meninggalkanya. tapi dengan tindakan tiba-tiba seperti ini padanya, Jalal merasa diabaikan. Ego jantanya merasa sakit hati, tiba-tiba kemarahan mengambil alih suasana hatinya. (ck ck ck dasar Childish abis)
Tanpa mengetahui perubahan suasana hati Jalal yang begitu tiba-tiba, Jodha terus bermain permainan petak umpet.ia berjalan sepanjang jalan ke pintu dan kemudian berbalik dan kembali menatap Jalal dan ingin melihat ekspresinya. Ia memberikan senyum palsunya dengan menyembunyikan kemarahannya. Jodha tersenyum nakal dan menutup pintu kemudian kembali kepadanya.
Ego Jalal yang diremukkan dengan tindakan kecilnya, Ia menatapnya dengan marah dan bertanya dengan nada sarkastik... "Jodha Begum, kenapa kau kembali? Pergilah, jangan mengkhawatirkanku. Jika kau terlalu lelah aku akan mencari cara lain untuk menghabiskan malamku.”
Jodha dengan tatapan menggoda pergi mendekat padanya dan duduk di tepi tempat tidur. Ia membelai wajah tampan suaminya dan bertanya... "Hmmm, apakah kau benar-benar ingin aku pergi, apa aku harus meninggalkanmu Shahenshah?.”
Jalal yang masih jengkel menyingkirkan tangan Jodha dari wajahnya dan menjawab dengan nada tebal... "Ha.. chale Jaiye."
Jodha menyeringai melihat kemarahannya dan menggoda menyelinap tangannya di lehernya dan pergi dekat dengan telinganya dan berbisik.. “Bagaimana aku bisa tidur jika tanpamu?.”
Jalal tidak memberikan jawaban, ia masih dalam suasana hati yang marah. Dia pindah wajahnya ke sisi lain dan menjawab dengan nada mellow sedikit... “Jodha Begum, kau pasti lelah. Pergi dan tidurlah.”
Jodha menggoda dengan mencium telinganya dan tiba-tiba menggigit pipinya.
Gigitan yang tiba-tiba ini membuatnya lebih marah, ia mendorong menjauh darinya. Perilaku kasar Jalal yang mendadak benar-benar mengejutkan dirinya. Matanya mulai menitikkan air mata, dengan sedih Jodha berkata... “Shahenshah maafkan aku , aku juga tak bisa hidup tanpamu. Untuk senyuman kecilmu aku rela memberikan seluruh hidupku. Bukan hanya malam ini saja, tapi aku ingin menghabiskan seluruh hidupku dalam dekapanmu. Aku tak tahan dengan gangguan dimatamu yang kau tujukan untukku.” (asliii manissss, terharuuu)
Jalal masih melihat sisi lain. Tidak ada tanggapan dari Jalal membunuh Jodha, air matanya mulai menganak sungai. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Ia bangkit dan berbalik berjalan kelua,r tapi sebelum Jodha mengambil langkah apapun Jalal meraih tangannya dan menariknya dalam pelukanya. Isak tangis Jodha memang senjata ampuh untuk meleleh hatinya, mereka saling memandang dengan penyesalan. Jalal menyeka air matanya dengan penuh kasih dan memeluknya erat dengan gairah dan berkata dengan nada rendah... "Jodha Begum, aku tidak ingin melihat air mata di matamu, aku hanya ingin melihat cinta untukku dimatamu.” (makanyaaaaaa kempesin tu egonya, aishhhhh)
Jodha dengan mata berkaca-kaca menjawab... “Shahenshah, aku benar-benar takut akan kemarahanmu. Jika kemarahanmu memisahkan aku darimu maka aku akan mati.”
Jalal menangkup wajahnya dan berkata... “Maafkan aku, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku tiba-tiba, mengapa aku begitu marah? Tapi Jodha, kau adalah hidupku dan tidak ada yang bisa memisahkan kita, bahkan kemarahankupun tak akan pernah bisa melakukanya.” (Let’s See, huh *kibas Duppatta*)
JO: "Shahenshah, Jangan sakiti aku seperti ini lagi. Aku tidak bisa melihat kebencian di matamu yang kau tujukan untukku lagi. Hatiku akan berhenti bernapas jika memikirkan kita berpisah." Jodha menjawab sedih.
Jodha menatapnya dengan cinta yang intens di matanya. Jalal lembut mencium di pipi dan membawanya dalam pelukannya dan berkata... "Aku minta maaf Jodha Begum."
Beberapa menit kemudian Jalal dengan nada santai berkata... “Jodha Begum, kau istirahat di sini dulu, aku akan pergi dan berganti pakaian, aku akan segera kembali.”
Lalu ia tiba-tiba teringat sesuatu. Jalal membuka lemari dan memberinya gaun sutra murni merah malam dan berkata...”Sebenarnya gaun ini dipesan khusus untuk kau gunakan ketika malam pertama kita kemarin. Namun jika kau mau kau bisa memakainya sekarang.” (Ya Khudaaaa akhirnya gaun semprul ini muncul juga **ga usah sorak-sorak kegirangan juga keless :p)
Jodha lagi-lagi dikejutkan dengan perlakuan Jalal, ia segera melepas perhiasanya dan pergi ke ruang ganti. Jalal sedang beristirahat di tempat tidur menunggu Jodha, sedangkan Jodha merasa canggung mengenakan baju tidur tanpa lengan dipotong panjang mendalam sehingga untuk menutupi punggungnya dia meninggalkan rambut mengkilap panjang terbuka, ia keluar dari ruang berusaha untuk menutupi dirinya sebanyak yang dia bisa.
Jalal melihatnya dalam baju tidur merah, mulutnya terbuka dengan ekspresi WOW..Jalal tak pernah membayangkan bahwa Jodha akan terlihat begitu sensual panas. Jalal langsung bangkit dari tempat tidur dan.................. Dan sampai jumpa di Part selanjutnya (Ngumpet dibelakang Shahenshah ***ha ha ha ha ketawa jahat)