FanFiction Is It Hate OR Love Chapter 16 Part 2


Written by ShahBhavini
Translate by Dewi Setyo

Akhirnya setelah beberapa jam, di tengah malam tangan Jodha sedikit bergerak. Jalal sedang duduk di lantai mengistirahatkan kepalanya di tempat tidur dekat tangan Jodha. Dia melihat sedikit gerakan tangan Jodha, hatinya mulai berdetak keras. Tangannya kembali bergerak lagi, Seketika Jalal mengambil tangan Jodha, duduk di tempat tidur disampingnya dan menunggu dengan tidak sabar baginya untuk membuka matanya.
Jodha merasa kelopak matanya terasa berat untuk diangkat, setelah beberapa perjuangan akhirnya dia bisa membuka matanya. Setelah beberapa detik penglihatanya menjadi lebih jelas dan ia melihat Jalal sedang duduk di dekatnya, memegang tangannya dan dengan memasang tampang mengerikanya. Jodha langsung menyadari bahwa ia telah bertahan. Mata memerah dan marahnya menatapnya tanpa berkedip dengan tatapan menusuk tapi dibalut dengan pancaran cinta, perawatan dan kemarahan. Setelah beberapa detik wajah Jodha menegang dengan garis ketakutan, dia tidak tahu bagaimana bereaksi terhadap situasi ini. Dia tidak bisa menatap mata menawannya lagi, memberinya rasa bersalah atas tindakanya.
Akhirnya Jalal memecah kesunyian sambil mengontrol kemarahan ekstrim katanya dalam nada sarkastis pahit "Selamat datang kembali dalam kehidupan NERAKA-mu Jodha Begum."
Jodha menarik tangannya dari Jalal dan duduk di tempat tidur dan dengan sedikit frustrasi menjawab "Mengapa Anda menyelamatkan hidup saya?"
Mendengar pertanyaan ini Jalal kehilangan kendali, emosi yang selama ini ditekanya akhirnya meledak keluar, kelemahan utamanya adalah kemarahannya. Dia kehilangan pikirannya dan menampar Jodha dengan sangat keras, Jalal dengan nada marah keras menjawab "Jodha, kau benar-benar ingin tahu mengapa aku menyelamatkan hidupmu? Apa pendapatmu tentang dirimu sendiri? Bagaimana kau bisa mengambil keputusan drastis ini? kau adalah wanita yang paling bodoh, tidak masuk akal, wanita gila yang pernah kukenal. Kau tidak berpikir bahkan sekali tentangku, Kau telah menyakitiku begitu banyak hari ini. Aku tidak pernah merasa begitu banyak rasa sakit dalam hidupku sebelumnya. Ketika berusuran dengan masalah kita, kau selalu memutuskan segala sesuatu sendiri dari awal. aku tahu aku telah membuat banyak kesalahan tetapi aku selalu meminta maaf. Dan biarkan aku mengatakan satu hal, aku berharap kau akan mengerti kata-kata yang tak terucapkan olehku (INTERMEZZO: yaelah kang Jalal emangnya kita cenayang apa *Tepok Jidat Shahenshah*) kau sangat istimewa dalam hidupku dan ya kau adalah satu-satunya orang  yang mampu membuatku menangis, tersenyum dan membenci. setiap tindakan kecilmu memiliki dampak besar pada hidupku. Kau telah sangat menyakitiku saat ini, hatiku rasanya hancur berkeping-keping. aku telah mati berkali-kali dalam beberapa jam terakhir. Sekali lagi aku minta maaf karena telah menyelamatkan nyawamu, aku tidak akan pernah memintamu untuk hak-haku sebagai suami. Kau dapat menjalani hidupmu seperti yang kau inginkan." Jalal bangun dengan mata lembab, ia melihatnya dengan tatapan benci namun ada cinta didalamnya.

Sebelum Jalal pergi menjauh, Jodha dengan air mata mencoba bangkit dari tempat tidur dan dengan nada menyesal mengatakan "Shahenshah, tunggu sebentar." Dia merasa sangat lemah dan tidak bisa berdiri dengan benar.
Jalal mendengar suara gemetar dan merasakan Jodha sedang mencoba untuk bangun, ia dengan cepat berjalan kembali kearahnya dan menyangganya agar tak sampai terjatuh, Jalal memeluk pinggang Jodha. Jodha dengan tatapan intens menatap Jalal dengan cinta, setelah beberapa detik dia berkata dengan nada redup "MAAF" dengan berat hati dan air mata di matanya, dia mengerti rasa sakit dan kesalahan, dan dia tahu dia benar-benar salah untuk mengambil langkah drastis ini.
Tiba-tiba Jodha menyadari apa yang telah dilewati Jalal. Bagaimana rentan ia terdengar dalam kemarahannya, dia bisa merasakan betapa marah dan sedihnya dia. Dengan sekuat tenaga Jodha bangun lurus dan memeluk Jalal erat untuk menghibur luka-lukanya. Keduanya menangis tetapi menyembunyikan dari satu sama lain. Jalal menelan air matanya dan Jodha mengusap air matanya dan kemudian kembali menatap satu sama lain.

Jodha berkata dengan nada rendah "Shahenshah. Maafkan saya, saya tidak tahu apa yang terjadi pada saya. Saya tidak bisa melihat Anda dengan wanita lain. Ketika saya melihat Anda berbicara dan menggoda Kanika, otak saya berhenti bekerja dan di atas semua itu anda telah meminta talak (perceraian), anda memberi saya dua pilihan, saya menerima Anda sebagai suamiku seutuhnya atau anda memberikan perceraian. Saya benar-benar kesal memikirkan bagaimana Anda bisa memaksa saya untuk menerima Anda. Anda tidak peduli tentang perasaan saya atau mungkin Anda benar-benar ingin menyingkirkan saya. Semua ini di luar kendali saya dan itulah sebabnya saya mengambil langkah drastis ini.”
Dengan nada melunak Jalal menjawab "Jodha, kau tahu kemarahanku dengan sangat baik dan kau selalu berdebat untuk setiap hal kecil tapi kali ini kau bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun tentang perasaanmu. Kenapa kau tidak berbicara denganku? Mengapa kau tidak berdebat denganku? Aku hanya memberikanmu pilihan untuk memilih jalan hidupmu, tetapi kau memutuskan untuk meninggalkanku selamanya, apa kau tidak pernah berpikir tentangku? Bagaimana aku akan merasa setelah kau mati? Bagaimana aku akan menjalani hidupku tanpa ada bayanganmu? Bagaimana aku akan memaafkan diriku sendiri?"
Jodha dengan nada rewel mengatakan "Saya sangat marah pada Anda, saya ingin menghukum Anda dengan membunuh diriku sendiri karena saya tahu itu akan memberikan rasa sakit yang sama. ketika saya benar-benar marah, saya menjadi sangat diam dan menghukum sendiri, saya seperti itu sejak kecil. Saya ... Jika Anda ingat saya berpuasa selama tiga hari untuk menghukum Krishna karena saya marah padanya yang memilih anda sebagai suamiku."
Jalal dengan sinis mengatakan "Oh jadi begitu caramu menghukum?"
Jodha membentak kembali padanya "Shahenshah, Dalam kemarahan Anda ... Anda telah menghukum saya dengan menampar saya. Anda lebih buruk dari saya."
Jalal membentak kembali dan dengan nada marah mengatakan "Jodha, kemarahanku jauh lebih baik darimu. Kau terlalu berbahaya dan bodoh." Jalal berhenti sejenak dan berkata dengan nada serius "Jodha kau adalah segalanya bagiku, kau adalah duniaku, pusat hidupku, Jika terjadi sesuatu pada dirimu maka aku akan menghancurkan seluruh dunia untuk menghukum Dewa-mu."
Jodha merasa sedikit malu dan canggung dengan pengakuan Jalal. Jodha berpikir mengapa ia bisa menjelaskan perasaannya begitu mudah sedangkan aku tidak bisa.
Akhirnya Jodha menjawab dengan nada rendah "Shahenshah, saya tidak tahu bahwa hidup saya begitu penting bagi Anda, tetapi Anda juga memiliki tempat yang sangat khusus di hati saya juga. senyum Anda membawa kebahagiaan dalam hidup saya, kemarahan Anda memberikan saya sakit luar biasa, kata-kata pahit anda benar-benar menghancurkan saya, setiap tindakan Anda memiliki dampak besar pada hidup saya, ketika Anda melihat orang lain dengan cinta hati saya serasa hancur berkeping-keping, anda tahu mengapa? karena saya pikir saya di ..." Jodha menyadari bahwa ia akan mengaku, dia berhenti tiba-tiba dan berpaling darinya.

Jalal dengan seringai bertanya nakal "Jodha, kau berpikir kau berada di ... APA?"
Jodha berbalik malu-malu dan berkata dengan suara rendah, "Shahenshah, saya pikir saya di ..." ia berhenti selama beberapa detik dan dilanjutkan lagi "Saya pikir saya sakit dan saya harus tidur." Sambil tertawa dia kembali ke tempat tidur.

Jalal menatap senyum polos yang indah, kemarahannya benar-benar menghilang, kemudian ia duduk di tempat tidur dekat Jodha dan dengan cinta mengecup lembut kening istrinya. Setelah beberapa detik katanya dalam nada yang sangat tegas dan serius "Jodha berjanjilah apapun yang terjadi di masa depan kau tidak akan mengambil langkah ekstrim seperti ini lagi."
Jodha menjawab dengan nada serius "Shahenshah, saya berjanji saya tidak akan pernah melakukan sesuatu seperti ini lagi kecuali itu adalah masalah perlindungan diri saya."
Jalal menyeringai dan berkata "Jodha, aku akan melindungimu seumur hidupku, kau tidak akan pernah perlu khawatir tentang itu."
kemudian dengan nada penuh perhatian Jalal berkata "Kau perlu rileks dan beristirahat. Besok, kau akan naik kuda bersamaku. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian lagi bahkan satu menitpun tak akan kubiarkan kau lepas dari pandanganku."

**Pagi Hari**
Di pagi hari Panditji datang untuk memeriksa kondisi Jodha dan untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
Jodha merasa malu untuk tindakan sembrononya. Dia tidak bisa melihat langsung pada gurunya itu, dalam nada rendah ia berkata kepada gurunya “Guruji, maafkan saya terima kasih karena telah menyelamatkan hidup saya."
Panditji menjawab dengan nada serius "Jodha, kau tidak perlu berterima kasih padaku, kau harus berterima kasih pada suamimu yang telah menyelamatkan nyawamu. Dia berada dalam kondisi rentan, meskipun ia adalah orang Mughal ia berdoa kepada Krishna untuk menyelamatkan hidupmu. Dia sangat stress, kehilangan kesadaranya ketika aku mengatakan bahwa kondisimu sangat kritis dan aku sudah menyerah pada semua harapan. Hidupmu adalah keajaiban, dan cintanya telah membawamu kembali pada kehidupan, kau diberkati memiliki suami seperti dia."

Jalal bersiap-siap dan datang kekamar untuk memeriksa kesehatan Jodha. Dengan nada hormat ia bertanya pada Panditji "Bagaimana kesehatan Jodha Begum?, dapatkah kita melanjutkan perjalanan kita hari ini ?"
Pandit dengan nada riang menjawab "Ya Shahenshah, Jodha baik-baik saja dan kau dapat melanjutkan perjalanan."
Jodha dan Jalal mengambil berkah dari Panditji dan meninggalkan ashram.

Sekarang adalah waktu musim dingin. Pagi yang indah, sinar matahari cerah diikuti dengan napas dingin yang membuat suasana jauh lebih menyenangkan. Jodha dan Jalal sedang menunggangi kuda yang sama. Keduanya merasa segar dan ceria. Jodha merasa sedikit canggung dan malu karena duduk begitu dekat dengannya, satu tangan Jalal melingkar mesra pinggangnya.
Telinga Jodha berdenging dengan kata-kata Panditji. ia memerah memikirkan itu semua. Lalu ia berpikir mengapa aku harus takut kehilanganya? dia benar-benar peduli padaku. Tidak masalah jika dia tidak mencintaiku tapi aku mencintainya dan aku akan melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia, aku tidak peduli jika dia akan kembali padaku atau tidak namun aku akan selalu menghargai kenangan bersamanya seumur hidupku.
Jalal menariknya sedikit lebih dekat kepadanya dan berbisik di telinganya "Jodha Begum, apa yang kau katakan kemarin bahwa kau tidak dapat melihatku dengan wanita lain? Kenapa? Apakah kau tahu, mengapa kau merasa seperti itu?.”
Jodha kesal berpikir, “dia terlalu pintar untuk berakting pura-pura bodoh, dia tahu jawabanya namun masih bertanya padaku, dia belum mengakui cintanya dan sekarang dia ingin bermain denganku, hmmmmmm.”

Jodha kembali menatap suaminya dengan tatapan jengkel dan dengan nada kesal berkata "Shahenshah, saya tidak tahu mengapa?.”
Jalal dengan menggoda mengatakan "Oh !!! aku tahu mengapa? Karena kau cemburu."
Jodha: “huh, aku tidak cemburu pada siapapun." Dia mengatakanya dengan nada marah
Jalal: “Acha, tapi mengapa kau begitu marah padaku dan Kanika, aku bahkan tidak dekat dengannya.”
Segera setelah dia mendengar nama Kanika keluar dari mulut suaminya ia menjadi kehilangan kendali emosi dan kecerdasanya. Jodha menoleh kebelakang, dengan nada putus asa ia berkata.
Jodha: "Shahenshah, saya hanya tidak suka pada Kanika. dan Jangan berbohong, saya melihat  bagaimana Anda memuji si lampir Kanika.... “Ohhh Kanika aku suka pakaian Rajvanshi dan kalung cantikmu itu, terlihat begitu indah ketika kau kenakan”.... saya tidak ingat anda pernah memuji tentang pakaian yang saya kenakan. Ohhhh, dan juga, bagaimana tak tahu malunya anda. Anda melepas kurta anda tanpa ragu-ragu, sehingga lampir itu menerapkan salep di dada anda.” Jodha mengatakanya dengan kemarahan yang mencapai puncaknya dia lalu meneruskan cecaranya.. “Anda tahu Shahenshah, anda telah membuat kesalahan besar, kenapa anda tidak sekalian saja menikahinya, satu wanita lagi akan ditambahkan kedalam daftar Begum-mu maka Anda bisa memanggilnya ‘Hamari Kanika’.” Jodha mengatakanya dengan kekesalah yang tak bisa disembunyikanya.
Melihat wajah frustrasi istri tercintanya, Jalal tidak bisa menahan tawanya. Dia tertawa terbahak-bahak dan berkata "Ohoo..... jadi itu berarti Hamari Begum, Hamari Ladli sangat cemburu pada Kanika.” Jalal mengatakanya sambil menjawil dagu imut Jodha
Jodha menyipitkan matanya dan berkata “Anda mulai lagi, saya tidak akan berbicara dengan Anda lagi, dan harap diingat bahwa saya tidak cemburu pada siapapun.”
Jalal: “hmmm jadi Jodha Begum, berarti kau tidak mempermasalahkan kedekatanku dengan si kodok itu? Ehhh maaf maksudku Rukayah Begum?
Jengah dengan kelakuan suaminya akhirnya Jodha dengan marah berkata "Hentikan kudanya sekarang, saya tidak ingin berkuda dengan anda lagi. Saya akan naik tandu saja.”
Jalal menyeringai matanya menyipit licik, dan dengan cepat dia mengecup pipi Jodha lalu berkata "ketika kau marah pipimu berubah menjadi merah dan kau terlihat begitu manis."
Jodha merasa malu tapi dengan sedikit marah dia berkata "Shahenshah, Jangan menciumku seperti ini. kita tidak sendirian di sini."
Jalal menariknya lebih dekat dan berkata dengan sensual: "Oooh. jadi itu berarti, kau tidak punya masalah jika aku melakukan ini ketika kita sendirian?.”
Jodha malu-malu menjawab: “saya tidak mengatakan itu, dan ya saya tidak punya masalah. Dengan salah satu Begum anda, anda bisa melakukan apa saja dengan mereka dan jangan lupa bahwa Anda telah berjanji pada saya bahwa Anda tidak akan menyentuh saya tanpa izin saya ..tapi ... " sebelum Jodha bisa melanjutkan kalimatnya Jalal menghentikannya, egonya terluka. Dengan pura-pura ia langsung berkata dengan nada serius "Jodha Begum, aku tahu batas dan aku tidak tertarik untuk mendekatimu."

Setelah beberapa menit diam Jodha bertanya dengan nada serius "Shahenshah, anda memiliki begitu banyak Begum, apa pengaruhnya kematian saya dalam hidup anda?
Jalal dengan kesal mengatakan: "Jodha, mengapa kau tidak bisa mendengar kata-kata tak terucapkanku? Apakah kau benar-benar ingin tahu apa arti hidupku bila tanpamu? Baik, maka dengarlah baik-baik perkataanku.

Zubaan Khamosh, Aur Ankhon Me Nami Hoti,
(diammu dan mata penuh kesedihan itu)
Yahi Bas Meri Ek Dastan-e-Zindagi Hoti,
(Hanya ini akan menjadi kisah hidup saya)
Bharne Ko Toh Har Zakham Bhar JATE lekin,
(Setiap luka dapat sembuh dengan cepat atau lambat, tapi....)
Kese Bharegi Wo Jagah Jaha Tumhari Kami Hoti,
(Bagaimana tempat itu dipenuhi, di mana hanya ada tempat untuk Anda)

Jodha terkejut mendengar pengakuannya, dengan menggoda dia bertanya “Shahenshah, mengapa Anda sudah merasa seperti ini?.”
Jalal hanya menyeringai dan tidak menanggapinya.

Bersambung ke Part 3-->


FanFiction Is It Hate OR Love Chapter 16 Part 2

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...

Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.

Terima Kasih.