By: Viona Fitri
Jodha tertunduk menyesali pekerjaan nya itu. Kalau ia tau ini adalah Cafe dari Pria Gondrong yang sombong itu, mungkin ia tidak akan pernah mau untuk bekerja disana sebagai pelayan.
“Aku Jalalludin Muhammad Akbar tidak pernah sama sekali di hina seperti itu di depan umum. Kau benar-benar telah membuat ku malu sekali di hadapan orang banyak. Jadi aku putuskan untuk memecat dari pekerjaan mu ini.” Kata Jalal dengan suara yang meninggi.
Jodha menatap lekat kearah Jalal dan mengumpalkan kedua tangan nya dengan geram. Jalal benar-benar orang yang kejam sekali dan memang tidak mempunyai hati sama sekali. Ia sudah tau kalau ayah Jodha sedang sakit keras saat ini, tapi dia malah akan memecat Jodha hanya karna sedikit saja kesalahan yang telah ia lakukan.
“Kau tidak perlu memecat ku seperti ini. Kalau aku tau dari awal bahwa Cafe ini milik mu aku tidak akan pernah menginjak kan kaki ku disini apalagi untuk menjadi seorang pelayan seperti ini. Ternyata kau adalah Jalal si penghancur itu aku senang bisa bertemu langsung dengan wajah Bajingan seperti mu. Aku harap kau masih ingat dengan perkataan waktu itu. Kalau aku akan membalaskan semua rasa sakit ini pada mu.“ Jodha menunjuk Jalal dengan jari telunjuk nya.
Jalal merasa terhina untuk yang kesekian kalinya pada sikap Jodha. Tidak ada yang pernah menunjuk nya seperti itu sebelum nya. Jalal mendekat ke arah Jodha sambil berteriak keras di telinga Jodha.
“Berani nya kau bersikap seperti ini pada ku!” teriak Jalal di telinga Jodha yang sangat memekakan.
Jodha bukan nya gentar malah tertawa memperhatikan Jalal yang sedang naik pitam itu. “Kenapa aku harus takut pada mu tuan Jalal? Aku bahkan tidak merasa takut sekali pun kau ingin membunuh ku. Aku bukanlah orang Bajingan seperti diri mu. Ajaran yang ku anut tidak pernah mengajarkan ku untuk untuh melakukan hal dosa seperti yang telah kau lakukan pada keluarga ku.“ kata Jodha Santai.
Jalal tidak sengaja tertunduk dan melihat cincin yang melingkar di jari manis Jodha sama persis dengan cincin yang melingkar di jari manis nya. Jalan mengambil tangan Jodha dan bertanya dengan nada kasar. “Dari mana kau mendapatkan cincin ini? Apa kau mencuri nya?” tanya Jalal yang langsung menyetakkan tangan Jodha.
“Kenapa? Ini adalah cincin ku, kau tidak berhak tau tentang ini.“ Jodha melihat cincin nya dengan rasa penasaran. Kenapa bisa cincin itu sangat mirip dengan cincin yang melingkar di tangan Jalal?
Jodha menoleh kan wajah nya ke arah Jalal dan tanpa sengaja bibir nya menyentuh wajah Jalal. Jodha langsung memalingkan wajah nya karna takut. Sementara Jalal merasakan desiran halus yang merambat di tumbuh nya. Emosi nya seakan teredam hanya karna Bibir Jodha yang tanpa sengaja menyentuh pipi nya.
“Aku akan pergi!” Jodha melangkah ke arah pintu meninggalkan Jalal yang masih terdiam di tempat nya berdiri.
“Kau jangan berani keluar dari ruangan ini kalau tidak ingin keluarga mu kehilangan tempat tinggal mereka dan kedua adik mu itu akan di keluarkan dari kampus mereka,“ kata Jalal dengana nada Tenang.
Jodha yang sudah hampir keluar dari ruang itu sejenak berhenti dan mengurungkan niat nya. Jalal datang begitu dekat pada Jodha dan membisikkan sesuatu di telinga gadis cantik itu dengan kata yang lembut.
“Aku tau kau sayang menyayangi keluarga mu itu. Kau juga tidak ingin membuat kedua adik mu itu putus harapan. Jadi setelah aku pikir-pikir aku akan memberi mu 2 pilihan. Pertama, kau aku pecat dan mengusir keluarga mu itu dari rumah kecil kalian. Yang kedua...“ Jalal menghentikan perkataan nya sebentar dan melihat ekspresi wajah Jodha.
Wajah jodha seketika yang keras berubah lembut dan setitik air mata nya sudah terurai di pipi indah nya. Aneh nya, Jalal malah merasa sakit melihat hal itu, dada nya terasa nyeri sekali. Bahkan untuk bernafas pun ia sedikit ragu.
Jodha berbalik dan menatap lekat pada Jalal. Dia langsung menatap tepat pada manik mata hitam Jalal dengan mata berair.
“Tidak bisakah kau mengerti penderitaan yang telah kau berikan pada keluarga ku. Apa kau masih belum puas akan kekuasaan dan jabatan mu ini? Aku kau benar-benar menginginkan ku menderita? Aku bisa menerima itu, tapi jangan kau lakukan itu pada keluarga ku. Ayah ku sedang sakit keras saat ini...“ Jodha terisak membayangkan apa yang akan terjadi pada mereka nanti setelah Jalal mengusir mereka dari rumah sederhana mereka itu.
Jalal melanjutkan perkataan nya tapi tidak bisa melihat Jodha yang menatapkan dengan air mata.“ Kalau begitu kau harus menuruti permintaan ku yang kedua... Aku ingin kau menjadi istri ku. Dengan begitu aku bisa membalaskan dendam ku pada mu. Kau tidak perlu khawatir lagi dengan keluarga mu!”
DUAR... Seperti petir di siang bolong perkataan Jalal barusan di telinga Jodha. Mata nya masih berair dengan kesedihan nya. Tubuh nya serasa melemas. Kaki nya sudah tidak mampu lagi untuk menompang berat badan nya. Seakan nyawa nya telah keluar dari raga. Dia terlihat seperti tidak bernyawa lagi saat itu, mata nya redup lagi dengan kabut yang mengelilingi hidup nya.
Jodha terduduk dihadapan Jalal dan bersujud di bawah kaki nya. Air mata tak henti-henti nya membanjiri pipi putih mulus nya. Jalal sebenar nya tidak bisa melihat seorang wanita menangis di hadapan nya, tapi wanita yang satu ini dia sangat berbeda. Dia telah membuat nya malu di depan publik dengan kata-kata kasar yang di lontarkan Jodha pada diri nya.
“Tuan Jalal, kau boleh membunuh ku sekarang juga jika kau mau. Tapi tidak bisakah kau tidak mencampur adukkan masalah ini dengan keluarga ku. Kau memberikan ku 2 pilihan yang sangat sulit untuk ku putuskan. Disisi lain ada keluarga ku dan sisi lain nya lagi, saat ini aku masih sangat berharap dengan kekasih ku dulu. Apa yang akan menguntungkan mu jika kau menikahi ku? Bukankah sebuah rumah tangga harus di jalin berdasarkan cinta?” Tanya Jodha sambil memegang kaki kanan Jalal.
“Itu adalah keputusan mu Jodha. Kalau kau tidak mau menikah dengan ku, maka aku akan menganggap mu memilih pilihan yang pertama. Kau akan mengorbanan keluarga mu pada hal ini. Kau tidak perlu berpikir setelah menikah nanti hidup mu akan bahagia dengan ku. Jadi semua keputusan ada di tangan mu. Aku tidak pernah memaksakan mu untuk menikah dengan ku. Tapi kau akan tau apa yang akan terjadi pada mu dan keluarga mu setelah itu. Aku membenci mu, tentu saja rumah tangga kita hanya akan menyakitkan bagi mu.“
Jalal membantu Jodha berdiri dengan memegang kedua pundak nya.
“Kau tau kan ayah ku sedang sakit keras, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada keluarga ku nanti.“ Isak Jodha semakin menjadi ketika bayangan ayah nya yang tengah terbaring lemah di atas tempat tidur berkelebat di pikiran nya.
“Kau sudah membuat masalah dalam hidup ku. Jadi sekarang adalah giliran ku untuk membalas perlakuan mu itu.“ Kata Jalal dengan tertunduk. Ia benar-benar tidak bisa melihat seorang wanita menangis di depan nya.
Jodha terdiam dan pergi meninggalkan Jalal. Tapi tiba - tiba Jalal menghentikan langkah nya lagi. “ Jodha...“ Jalal berjalan menghampiri Jodha dan menatap mata Jodha yang masih berair. Wajah nya terlihat sembab dengar air mata.
“Aku tidak ingin kau keluar dari ruangan ini dengan air mata,“ Jalal mengusap lembut air mata di pipi Jodha dengan Jemari nya. Sementara Jodha hanya terlihat bingung dengan sikap Jalal itu.
“Kau tidak perlu berpikir bahwa aku melakukan ini karna mencintai mu. Aku hanya tidak mau mendengar perkataan orang yang buruk tentang ku. Ini ambil lah kartu nama ku, kau bisa menghubungi ku jika kau sudah memutuskan jawaban mu. Ingat aku tidak pernah memaksa mu.“ Jalal menyodorkan kartu nama nya pada Jodha.
Jodha mengambil nya lalu segera pergi dari sana sambil menahan isakan nya. “Dia hanya memikirkan martabat nya saja, dia benar-benar keterlaluan. Tapi bagaimana dengan ayah kalau aku menolak permintaan nya. Aku tidak bisa membuat ayah menderita hanya karna ku.“ runtuk Jodha dalam hati.
Moti yang melihat Jodha sudah kembali dari ruang direktur menjadi merasa was-was. Jodha menghampiri Moti dan bertanya meminta penjelasan pada nya.
“Moti, kenapa kau tidak memberi tahu ku, bahwa direktur utama Cafe ini adalah Jalal? Kau aku sangat membenci nya, lalu kenapa kau membohongi ku Moti?” tanya Jodha sambil mengguncangkan pundak Moti.
“Jodha maafkan aku. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk membohongi mu. Tapi saat itu kau sangat membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Ayah mu. Aku hanya ingin membantu mu saja Jodha, percayalah pada ku!” kata Moti berusaha meyakinkan Jodha.
“Seharusnya kau tidak melakukan ini Moti, aku merasa malu pada diri ku sendiri karna telah bekerja untuk seseorang yang sangat aku benci. Walau pun aku tidak mempunyai apa-apa lagi sekarang, aku tidak akan pernah mengemis uang dan belas kasihan pada nya. Dia begitu menghina keluarga ku Moti. Apakah kau tidak mengerti dengan dendam yang ada di hati ku ini Moti?” Jodha langsung melepas seragam pelayan nya dan berlalu dari sana sambil terisak.
Moti hanya menangis sedih dan menyalahkan diri nya sendiri karna hal itu. Ia tidak bermaksud membohongi Jodha, ia hanya berusaha membantu sahabat nya itu, tapi malang nya Jodha tidak berpikiran yang sama dengan pemikiran Moti.
Jodha terus menyusuri jalanan yang menyertai air mata nya. Hati nya benar-benar terluka dengan semua peristiwa yang terjadi dalam hidup nya.
Jodha langsung masuk kedalam kamar nya sambil mengunci pintu nya dari dalam. Air mata nya tambah mengalir dengan deras. Dia menyesali perbuatan nya sendiri, meringkuk membenamkan wajah nya di bantal agar suara isakan nya tidak di dengar oleh kedua orang tua nya.
“Kahna... Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan saat ini, aku benar-benar bingung! Tolong bantu aku Dewa!” Rintih Jodha dalam hati.
Tiba-tiba saja ponsel Jodha berdering, sebenarnya Jodha tidak ingin mengangkat telepon nya, tapi setelah berulang kali panggilan itu memanggil nya, akhir nya mau tak mau Jodha pun mengangkat telepon.
“Halo!” kata Jodha yang terdengar serak akibat tangis nya. “ Halo juga Jodha. Ini aku Mr. Khaibar, aku dengar dari Moti tuan Direktur memecat mu? Moti sudah menceritakan semua masalah mu pada ku. Tadi dia diam-diam menguping pembicaraan mu dengan tuan Direktur. Tapi tenanglah aku akan membantu mu. Aku bisa membantu mu mencarikan rumah untuk tempat tinggal mu dan juga keluarga mu. Kau tidak sudah menerima penawaran nya jika kau tidak mau. Aku juga akan membantu mu untuk mendapatkan pekerjaan baru. Kau jangan Khawatir tentang itu. Aku akan selalu ada untuk membantu mu setiap waktu.“ kata Mr. Khaibar dari sebrang ponsel nya sana.
Jodha seperti mendapatkan nyawa nya kembali, dia menjawab perkataan Mr. Khaibar dengan begitu semangat. “Mr. Apakah Mr. Bersungguh-sungguh dengan ucapan Mr? Aku benar-benar senang sekali mendengar kabar ini. Kalau begitu, aku akan segera menemui Mr. di cafe besok!”
“Baik lah, aku menunggu mu jam 3 sore di Cafe. Maaf Jodha aku harus menutup telepon ku dulu, ada Client penting saat ini. Bye“ Ucap Mr. Khaibar menutup pembiraan.
“Sekarang aku telah terbebas dari kedua pilihan itu. Aku benar-benar sangat banyak berhutang pada Mr. Khaibar!” Kata Jodha dalam hati.
Jodha langsung memeluk ponsel nya dan mencium nya berulang kali. Akhir nya dewa memberikan jalan keluar dari semua masalah ini. Jodha keluar dari kamar nya dan menghampiri ayah nya yang sedang makan dengan di suapi oleh Ibu nya.
“Ayah, apakah kabar ayah sudah membaik?” Jodha mengambil alih pekerjaan ibu nya dan menyuapi ayah nya dengan sesendok bubur buatan ibu nya.
“Seperti biasa, ayah mu ini selalu sehat saja. Jodha... Kenapa dengan mata mu itu? Apa kau habis menangis nak? Apa seseorang telah menghina mu karna kau menjadi seorang pelayan Cafe? Katakan pada ayah, siapa yang melakukan hal ini pada mu?” Tanya Bharmal pada Jodha.
“Ayah aku memang menangis tadi, tapi aku menangis karna bahagia. Kita akan segera pindah dari rumah ini dan aku akan segera mendapatkan pekerjaan baru lagi. Besok aku akan menemui Manager ku, dia yang akan membantu kita Ayah. Aku sangat banyak berhutang budi pada nya “ Jodha tersenyum pada sang Ayah. Lalu kembali menyuapi nya dengan sesendok bubur yang ada dipiring yang ia pegang.
“Benarkah itu Jodha? Ayah sangat senang sekali mendengar nya. Kau harus berterima kasih pada nya yang telah sangat berbaik hati pada mu.“ Kata Bharmal sambil tersenyum penuh haru.
Jodha memperhatikan raut wajah ayah nya yang begitu bahagia begitu mendengar kabar dari nya itu. Ini adalah pertama kali nya Jodha melihat senyum ayah nya kembali mengembang setelah sekian lama.
* * * * * * *
Sementara itu, Jalal tengah berdiri di depan mobil nya sambil memperhatikan satu persatu orang yang keluar dari bandara sana. Terlihat seorang wanita paruh baya bertubuh tinggi, mulai berjalan mendekat ke arah nya.
“Ibu... Bagaimana kabar mu. Aku benar-benar sangat merindukan mu. Apakah keadaan Rukayah sudah membaik saat ini?” Jalal memeluk rindu Ibu nya dengan gembira.
“Rukayah sudah lebih baik saat ini Jalal. Kau tidak perlu mengkhawatirkan nya lagi “ kata Hamida sambil mencium kening Jalal.
“Aku benar-benar khawatir dengan kondisi nya saat kak Salimah berkata kau jatuh sakit. Rukayah adalah sepupu ibu, dia teman bermain ku sejak kecil. Tapi sekarang aku sudah lega mendengar kabar ini langsung dari ibu. Sekarang ibu masuk lah kedalam mobil, kita akan berbicara lagi nanti setelah sampai di rumah“ Kata Jalal sambil mempersilahkan ibu nya masuk ke dalam audi nya.
Jalal adalah anak pertama dari Hamida Banu dan Humayun. Ayahnya meninggal semenjak umur Jalal masih berkisar 3 tahun. Sedangkan kak Salimah yang merupakan anak angkat dari orang tua Jalal sudah berumur 5 tahun saat itu. Semenjak ayah nya meninggal, Jalal sangat menyayangi dan menjaga ibunya dengan sangat baik. Hamida Banu ibunya tinggal di rumah Salimah anak angkat nya yang sudah ia anggap seperti anak nya sendiri. Terkadang jika ia merindukan Putra nya itu, maka ia akan Ke Agra untuk bertemu dan melepas rasa rindu nya hanya untuk sementara waktu.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
--NEXT—