By: Viona Fitri
“Maansing, aku ingin kau mencari tau tentang siapa sebenarnya gadis itu? Aku mau biodata lengkap tentang dirinya. Dan aku tidak terima kekurangan sedikit pun tentang biodata itu. Kau mengerti “ tanya Jalal pada assisten pribadinya.
Maansing hanya mengangguk mengerti dengan tugas yang di perintahkan oleh tuannya itu.” Siapa sebenarnya gadis yang bernama JODHA BAI itu? Aku merasa tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya. Tapi kenapa dia sangat membenci ku? Apa yang telah aku lakukan padanya?” tanya Jalal di dalam pada dirinya sendiri.
Sesampainya di kantor INDIA FD, Jalal langsung turun dari mobilnya dan memasuki ruang kerjanya. Beberapa berkas-berkas dan file-file penting menumpuk diatas mejanya.
Jalal mulai membaca satu persatu dari sekian tumpukan berkas dan file. Ia mencoba fokus pada berkas yang ada di hadapannya. Tapi tetap saja, pikirannya masih melayang jauh pada peristiwa yang baru saja di alaminya itu.
Wajah gadis itu...
Matanya yang terbakar dengan kebencian pada dirinya...
Semangat yang menggelora untuk segera membalaskan dendam padanya...
Semua itu benar-benar membuyarkan konsentrasinya.
“Maansing!” teriak Jalal dari dalam ruangan. Maansing langsung datang dan menghadap Jalal dengan kepala tertunduk tanda hormat.
“Maansing aku ingin kau segera mencari tau tentang biodata gadis itu sekarang juga. Aku sudah benar-benar tidak sabar untuk membuat perhitungan padanya.” Jalal memberi perintah pada Maansing yang hanya dibalasan oleh anggukan dan segera pergi dari sana.
Sementara itu dengan pakaian kotornya Jodha melangkah enggan memasuki sebuah cafe yang bertuliskan FD CAFE. Seorang pelayan yang memperhatikan Jodha dari jauh, menyuruh Jodha masuk dan mengganti pakain kotornya itu.
“Jodha! Kenapa dengan pakaian mu itu? Apa kau baik-baik saja?” tanya Moti sahabat Jodha.
Jodha melihat baju kotor dan menggeleng pelan.” Aku baik-baik saja Moti. Jadi jangan mengkhawatirkan ku!”
“Kalau begitu ayo sekarang kau harus ikut aku untuk mengganti pakaian mu dengan pakaian seragam pelayan disini. Setelah itu kita akan menemui pak Manager “ Moti mengajak Jodha untuk berganti baju sebagai seorang pelayan di sana sebelum bertemu dengan Manager mereka.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Jodha pun keluar dari kamar ganti dengan memakai seragam pelayan. Moti menggandeng Jodha dan membawanya menuju lantai 2 menemui Manager mereka dengan terlebih dahulu menaiki Lift yang memang tersedia di sana.
Moti mengetuk pintu ruang Manager beberapa kali. Lalu muncul seorang lelaki yang kira-kira berusia 30 tahun membukakan pintu sambil mempersilahkan mereka berdua masuk.
“Pak Manager, ini adalah Jodha Bai teman saya yang saat itu saya ceritakan pada bapak. Dia yang akan menjadi pelayan baru di Cafe ini “
Kata Moti membuka pembicaraan.
Jodha mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan diri.” Saya Jodha pak Manager, apakah saya boleh bekerja disini?” tanya Jodha sedikit gugup, kalau-kalau lamaran pekerjaannya itu akan di tolak lagi.
“Saya Mr. Khaibar manager di Cafe ini. Saya harap kamu bisa bekerja sama dengan pelayan yang ada di sini. Dan saya menerima kamu untuk bekerja di sini.” Khaibar tersenyum ramah pada Jodha lalu membalas uluran tangan Jodha.
“Terima kasih pak. Saya dan Moti permisi dulu.” kata Jodha lalu meninggalkan ruangan itu yang di iringi Moti disampingnya.
Jodha pun merasanyaman dengan pekerjaan ini hari demi hari. Sore itu ketika Jodha hendak pulang tiba-tiba seseorang memanggilnya dari arah belakang.
Jodha berhenti sesaat menunggu orang itu menghampirinya.” Jodha, boleh saya antar kamu pulang?” tanya Mr. Khaibar pada Jodha. Moti yang sedari tadi bersama Jodha segera enyah dari sana dan menunggu taksi dari depan Cafe.
“Saya adalah seorang pelayan pak, apa kata orang nanti jika melihat seorang manager mengantar pulang pelayannya.” Jodha balik bertanya pada Mr. Khaibar.
“Aku hanya ingin mengantar mu pulang. Dan lagi untuk apa mendengarkan perkataan tidak benar orang-orang tentang kita nanti.”
“Tapi maaf pak! Sepertinya kita akan pulang bersama dilain waktu. Saya permisi dulu!” Jodha tersenyum hangat pada Managernya lalu berjalan kearah lintas lalu menyetop sebuah taksi yang berlalu lalang di sana.
Sesampainya di rumah, Jodha langsung menghampiri ayahnya yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Jodha sebenarnya tidak ingin terlihat lemah di depan ayahnya, tapi dirasa tak akan ada seorang anak yang tidak sedih melihat orang tua yang sangat di cintainya terbaring lemah tak berdaya di atas kasur seperti itu.
“Jodha apa kamu sudah pulang kerja nak? Kenapa kamu menangis sayang, apa kamu kelelahan?” tanya Bharmal yang melihat putrinya menangis sesegukan di sampingnya.
Jodha masih menangis sesegukan di samping ayahnya. Sudah lama rasa nya, ayah nya sakit dan sampai saat ini ia belum bisa juga membawa ayah nya ke Rumah sakit untuk mendapatkan penanganan dari dokter secepat nya.
“Aku tidak kelelahan Ayah. Aku sedih melihat ayah masih terbaring lemah diatas tempat tidur ini. Aku sendiri bahkan tidak berguna sama sekali menjadi Putri “ ucap Jodha di sela tangis nya.
“Jodha apa yang kau katakan nak? Kami sangat menyayangi mu. Kamu sangat berharga bagi Ayah. Tolong jangan menyalahkan dirimu sendiri Jodha!” kata Bharma mencoba tersenyum pada Jodha.
Jodha teringat dengan salah satu perhiasan melingkar di Jari manis nya. Itu adalah sebuah cincin yang telah melekat di diri nya sejak kecil. Dulu cincin itu dijadikan bandul kalungnya. Tapi setelah dewasa, Meinawati menyuruh Jodha untuk memakainya di jemari nya. Jodha tidak pernah tau tentang alasan kedua orang tua nya sangat menjaga cincin itu dengan baik. Jodha melepas cincin itu dari jari nya.
“Sampai saat ini ayah masih belum membaik, aku harus menjual cincin ini untuk biaya pengobatan ayah.”
Bharmal langsung menghentikan Jodha dan memasangkan cincin itu kembali ke jari manis nya.
Bharmal bertanya dengan nada lemah. ”Jodha apa yang ingin kamu lakukan dengan melepas cincin itu? Bukankah ayah dan ibu selalu berkata pada mu agar menjaga cincin itu baik-baik? Ayah akan segera sembuh Jodha“
Jodha berkata dengan terisak dan tersenggal “Ayah, kenapa aku tidak boleh menjual cincin ini? Kondisi ayah semakin parah sekarang. Aku tidak ingin sesuatu terjadi pada ayah. Cincin ini adalah cincin biasa kan ayah? Aku berjanji akan membeli cincin yang baru setelah aku mendapat gaji ku nanti“
“Jodha jangan pernah berpikir untuk menjual cincin itu. Suatu saat nanti kamu akan mengerti kenapa Ayah dan Ibu menyuruh mu untuk menjaga baik-baik cincin itu“ ucap Meinawati membalas perkataan putri nya dengan nada yang lembut namun benar-benar mengenai langsung pada hatinya.
“Ibu, Ayah maafkan aku. Aku tidak bermaksud ingin membantah perintah Ayah dan Ibu, tolong maafkan aku! Aku berjanji tidak akan pernah ingin menjual cincin ini lagi. Aku akan menjaga nya dengan sangat baik.” Ucap Jodha seraya menangkupkan kedua tangan nya di depan dada.
“Sudahlah nak, beristirahatlah sekarang. Kamu pasti kelelahan karna baru pulang dari kerja.” Bharma mengusap lembut rambut Jodha lalu Jodha pun berlalu dari sana.
* * * * *
Malampun tiba, hari semakin larut dalam kesunyian dan udara dingin di luar sana. Mata Jalal seakan tidak bisa terpejamkan masih melayang jauh ke peristiwa pagi itu. Bayangan gadis cantik yang telah menghina nya di depan umum itu, masih berkelebat di pikiran nya yang kacau tak karuan. Itu adalah penghinaan terbesar dalam hidup nya.
Begitu juga dengan Jodha, dirinya pun seakan enggan untuk memejamkan mata nya. Entah karna peristiwa pagi itu atau karna keadaan ayah nya yang kian memburuk. Kapan diri nya akan bertemu dengan Jalal si penghancur itu? Rasanya tak akan ada lagi maaf untuk diri nya lagi dalam hidup Jodha.
Mentari pagi menyingsing menyinari seluruh permukaan bumi ini. Cahaya nya menembus kisi-kisi kamar Jodha dan membuat terbangun dari tidur lelap nya.
Jodha langsung bersiap-siap dan bergegas berangkat menuju Cafe tempatnya bekerja. Tak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat, Jodha sangat menikmati hari-hari nya menjadi seorang Pelayan Cafe. Hari ini Jodha akan menerima gaji pertama nya sebagai seorang pelayan. Hati nya berbunga dalam kegembiraan akan Gaji pertama nya itu.
Sementara dikantor nya Maansing yang ditugaskan oleh Jalal mencari tau tentang Biodata Jodha telah berhasil mengumpulkan semua data-data nya dengan komplit.
Jalal tertawa senang mengetahui siapa Jodha sebenar nya.” Kerja yang bagus Maansing. Ternyata gadis angkuh itu adalah putri Tuan Bharmal. Ini adalah hal yang hebat, aku juga pasti akan menambahkan penderitaan itu pada putri mereka. Dan dia juga saat ini sedang bekerja di Cafe ku yang dia sendiri tidak tau itu. Aku akan memecatnya dan membuat hidup nya lebih sengsara lagi. Ini lah akibat nya berani menghinaku! Maansing, segera siapkan mobil sekarang juga. Aku akan pergi ke FD Cafe sekarang juga.” pertintah Jalal pada Maansing yang langsung segera keluar dari ruangan Jalal dan mempersiapkan mobil untuk keberangkatan mereka.
Moti dan Jodha yang sedang beristirahan di dapur Cafe terlihat begitu ceria dengan obrolan mereka saat itu.” Jodha bagaimana hubungan mu dengan Surya? Apa dia akan segera kembali ke India?” tanya Moti sambil menyeruput minuman Jus nya.
“Sampai saat ini aku belum mendapatkan kabar apapun tentang nya Moti. Kau tau kan bagaimana Surya itu, Dia adalah seorang yang berkeinginan keras dan harus mencapai apapun yang dia inginkan.” kata Jodha lesu.
“Hubungan kalian baik-baik saja kan Jodha?” tanya Moti lagi. Jodha terlihat lesu dan tak bersemangat membicaran tentang Surya pada nya. Apalagi mengingat ucapan ibunya dulu yang melarang nya dekat dengan Surya. Entah apa alasan nya, Jodha hanya menurut dengan perintah itu tanpa membantah sedikit pun.
Surya memang pernah mengisi kekosongan hati nya ketika masa Kuliah dulu. Tapi, setelah Surya pergi ke London Jodha tidak pernah mendengar kapan apapun tentang Surya. Hati nya merasa hancur sekali, memang saat itu Surya sudah berpamitan pada Jodha untuk pergi ke London, tapi hati nya masih belum rela kalau pada kenyataan nya Surya telah mengabaikkan nya selama ini.
Setidak nya mereka masih bisa berhubungan lewat media komunikasi atau pun surat menyurat. Tapi bahwa hanya sekedar memberi tahukan kabar saja tidak pernah sama sekali.
“Moti aku tidak ingin membahas tentang masalah Surya lagi. Mungkin dia sudah mendapatkan pengganti ku disana. Atau dia masih marah dengan ucapan ibuku dulu yang melarang nya mendekati ku. Aku juga akan berhenti memikirkan nya. Bagi ku semua nya telah berakhir saat ini.” Jawab Jodha panjang lebar.
Moti seperti mengerti kesedihan yang dialami sahabat nya itu. Dielusknya pundak Jodha dengan sangat lembut bermaksud membuat nya sedikit tenang dengan peristiwa silih berganti menghampiri nya.
Tiba - tiba seorang pelayan yang lain datang menghampiri Moti dan Jodha yang tengah bersantai di Dapur Cafe.
“Jodha, tuan Direktur utama pemilik Cafe ini akan bertemu dengan anda secepat nya.” pelayan itu langsung pergi dari mereka setelah menyampaikan pesan dari atasan nya.
Moti terlihat bingung sekaligus ketakutan. Bingung karna tidak biasa nya Direktur Utama pemilik Cafe itu memanggil seorang pelayan seperti Jodha. Dan Takut karena Jodha akan segera mengetahui siapa sang Direktur utama pemilik Cafe dimana ia bekerja itu.
Jodha menangkap gurat kegelisahan diwajah sahabat nya itu. Tapi ia mencoba menampik rasa penasaran nya itu jauh-jauh karna sekarang ia harus bertemu dengan Direktur utama mereka. Nanti setelah kembali dari sana, dia akan bertanya tentang perubahan sikap Moti yang seperti sedang Gelisah dengan suatu hal.
“Moti, aku akan pergi ke ruang Direktur.” Jodha lalu melangkah dari sana menekan tombol lift kelantai 3. Sementara Moti terlihat semakin salah tingkah memikirkan apa yang akan terjadi nanti setelah Jodha mengetahui bahwa Direktur Utama mereka ada orang yang selama ini ia benci yaitu Tuan Jalalludin Muhammad Akbar.
Jodha sampai di depan ruang Direktur lalu membuka pintu dengan pelan. Terlihat seorang pria berambut gondrong yang di kucir dengan rapi sedang terduduk di kursi megah nya membelakangi Jodha.
Jodha lalu mendekat kearah sang direktur.” Selamat siang pak! Suatu kehormatan bagi saya karna bapak ingin bertemu dengan saya,“ Jodha hanya tertunduk namun kata-kata nya terdengar begitu meyakin kan.
Sang Direktur memutar kursi menghadap kearah Jodha.” Jadi kau merasa sangat terhormat dengan hal ini?” tanya sang Direktur dengan suara serak khas nya.
Jodha lalu mendongak kan kepala nya menatap sang direktur. Jodha tekejut bukan kepalang, benar saja ia seperti pernah mendengar suatu itu sebelum nya.
“Kau... Untuk apa kau datang kesini. Dan kenapa kau duduk di kursi Pak Direktur?“ tanya Jodha penasaran.
Jalal menatap lekat ke arah Jodha. Di perhatikan seperti itu Jodha merasa jengah juga. Tapi jalal malah menanjamkan pandangan elang nya ke arah Jodha. Karna merasa tidak bersalah, Jodha juga membalas tatapan itu dengan tidak kalah sengit nya.
“Kau JODHA BAI putri dari Tuan Bharmal yang telah bangkrut itu. Kau juga mempunyai 2 orang adik yang masih berkuliah di Delhi Campus. Aku juga tau bahwa kau membenci tuan Jalalludin Muhammad Akbar. Ayah mu Tuan Bharmal sedang sakit keras saat ini dan membutuhkan perawatan yang intensiv dari rumah sakit. Kau mencari pekerjaan kesana kemari dan akhir nya kau diterima bekerja di Cafe ini sebagai pelayan. Benar begitu?” tanya Jalal sambil tersenyum sinis kearah Jodha.
“Kau...” Ucapan Jodha terhenti begitu Jalal melanjutkan perkataan nya.
“Tidak usah terkejut Jodha. Aku tidak butuh ekspresi terkejut mu itu. Aku tau yang aku katakan tadi semuanya benar. Tapi sayang nya kau telah membuat masalah pada ku terlebih dulu. Jadi aku tidak bisa menerima itu. Aku tau banyak hal tentang dirimu. Tapi ternyata kau tidak mengenal siapa aku. Kalau kau sudah mengetahui siapa aku yang sebenar nya, aku tidak bisa menjamin aku masih bisa bertemu dengan mu lagi saat ini. Bukan kah aku pernah mengatakan padamu bahwa dengan uang Jalal yang kaya raya itu juga bisa membeli mu. Tapi kau tak percaya dengan hal itu. Dan lihat sekarang diri mu sendiri malah bekerja untuk orang yang sangat kau benci itu...” Kata Jalal sambil tersenyum mengejek pada Jodha.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
--NEXT—