Versi asli Bag. 15 - 16
By: Viona Fitri
“Kau tidak mau minta maaf pada ku ha?” tanya Jalal pada Jodha. “Aku rasa itu tidak perlu. Sudah, aku tidak akan mengganggu mu lagi, tapi bolehkan aku melihat wajah mu itu, setidaknya sedikit lebih dekat lagi?” Tanya pada Jalal.
“Tidak, kau pasti akan menambahkan tamparan mu itu lagi kan? Aku tidak mau. Kau ini wanita tetapi kasar sekali”
“Ku bilang aku tidak ingin mengganggumu, aku hanya ingin melihat sedikit lebih dekat wajah mu itu saja. Kau benar-benar pelit sekali ternyata.”
“Menjauhlah dari ku!” perintah Jalal pada Jodha. Tapi, Jodha malah semakin mendekat membuka tangan Jalal yang menutupi sebelah wajah nya yang memerah.
Jodha terus berusaha untuk melihat bekas tamparan itu. Tapi Hamida tiba-tiba datang dan pura-pura berdehem pada mereka berdua. Hamida mengira bahwa mereka sedang bercanda satu sama lain, tapi padahal mereka sedang bertengkar saat itu.
“Ehem.... Ehem....” suara deheman itu mengagetkan Jalal dan Jodha. Sementara tangan Jodha yang sudah hampir membuka tangan Jalal yang menutupi wajahnya seketika itu terhenti tapi posisi tangan Jodha masih berada tepat di pipi merah Jalal.
Tanpa sengaja tangan Jodha mengenai pipi Jalal yang memerah itu, Jalal mendesis kecil, namun Hamida juga mendengar desisan itu.
“Aw....” kata Jalal sambil melotot ke arah Jodha.
“Maaf aku tidak sengaja!” kata Jodha merasa bersalah. Jalal hanya mengangguk, tapi di dalam hati nya ia mencaci panjang pendek tentang Jodha. Hamida mendekat ke arah Jalal dan melihat wajah Jalal yang memerah seperti bekas pukulan itu.
“Jalal..... Wajah mu kenapa nak?” Tanya Hamida pada Jalal. “Ehm..... Tadi Jalal tidak sengaja tertabrak tembok ibu, tadi Jalal tidak memperhatikan jalan!” Kata Jodha dengan sedikit gugup.
“Tertabrak tembok dimana Jalal? Kamu benar-benar selalu saja ceroboh, untung saja ada Jodha. Tadi ibu melihat dia mencoba memegang pipi karna ingin mengobati luka mu itukan?” tanya Hamidan sambil tersenyum ke arah Jodha.
“Tidak ibu! Tadi dia malah akan menambahkan sakit ini lagi. Aku tidak bisa percaya pada nya.” kata Jalal berkata dengan nada manja pada Ammijan nya.
“Tadi aku hanya ingin melihat pipi nya saja ibu, tapi dia malah tidak memperbolehkan ku untuk melihatnya.” kata Jodha sangat manis mencoba membuat calon ibu mertua nya itu percaya pada nya.
“Sudah, sebaiknya kita pulang sekarang hari bertambah semakin sore, orang tua Jodha pasti akan khawatir dengan mu Jodha.” Jodha hanya mengangguk lalu membawa Paper bag besar berisi Gaun pengantin nya.
Mengingat ia akan menikah dengan Jalal orang yang dia benci, seketika wajah nya yang ceria itu langsung berubah muram seperti sebelum nya.
* * * * * * * *
Hari yang dinantikan oleh Jalal pun kini telah datang, ia benar-benar sudah tidak sabar membuat hidup Jodha seperti ada di neraka. Kalau waktu itu mereka pernah bercanda bersama, itu karna Hamida yang selalu mengawasi Jalal dan Jodha disana. Tidak mungkin, ia akan bersikap kasar pada Jodha.
Sudah 2 kali wajah tampan nya itu mendapatkan pukulan pedas dari Jodha. Dan dua kali juga Jodha telah menghina nya didepan banyak orang dan Ibu nya.
Sementara di kamarnya, tampak Jodha sedang dirias oleh beberapa orang perias. Air mata nya mengalir, mengingat bahwa hari ini ia akan menjadi istri sah Jalal. Dia takut akan mendapat perlakuan kasar dari Jalal lagi. Hidupnya benar-benar berada diambang kehancuran.
Perias yang merias Jodha merasa kesal karna Jodha tdk berhenti menangis. Make Up yang telah di poleskan di wajah ayu Jodha menjadi luntur lagi. Dgn gereget si perias mengambil sekotak tissue dari tas bawaan nya dan memberikan nya pada Jodha.
“Nona, kalau nona menangis terus kapan saya akan menyelesaikan tugas saya. Setiap anda menangis, saya selalu memoles ulang Make Up di wajah anda” kata sang perias sambil tetap mendandani Jodha.
Jodha lalu berhenti menangis dan kemudian turun ke tempat pesta pernikahan nya dengan Jalal. Semua para tamu undangan yg hadir disana merasa terpesona oleh kecantikan sang mempelai wanita nya.
Sudah hampir 5 menit dia menunggu Jalal, tapi Jalal belum datang juga. Jodha mengambil segelas minuman, lalu berbalik ingin mencari Jalal sambil membawa segelas minuman juice yang terisi penuh, tapi tanpa diketahui oleh Jodha ternyata Jalal sudah berada tepat di belakang nya. Jodha sontak kaget dan tanpa sengaja Minuman yg ia bawa mengenai baju pengantin Jalal yg langsung basah karna hal itu.
Jalal melihat baju nya tersiram air Juice, apa Jodha benar-benar ingin mempermalukan nya lagi untuk yg ketiga kali di hadapan publik saat ini? Jalal mengeraskan rahang nya sambil menggumpalkan tangan nya menahan amarah. Kalau saja, tdk ada orang disana, Jalal pasti akan mencaci Jodha mati-matian saat itu juga. Seperti nya Jodha malah merasa bahagia dgn hal itu? Dia malah tersenyum ke arah Jalal sambil menggumam pelan. “Aku tidak sengaja tuan Jalal!” Kata Jodha dgn nada tebal.
Jalal hanya tersenyum pada semua para tamu nya, lalu izin sebentar untuk mengganti Jas nya yang telah basah itu. Sementara Jodha, merasa terheran karna Jalal tidak memarahi nya di depan umum, padahal kalau saat itu emosi Jalal meledak semua orang pasti akan tau bagaimana sikap Jalal yang sebenarnya. Tapi cara ini telah gagal total, tidak ada lagi harapan untuk membebaskan diri dari Jalal.
Tak lama kemudian Jalal pun memasuki area pesta lagi dan berjalan mendekat ke arah Jodha. Lalu Jalal menggandeng tangan Jodha dan mengajakkan kedepan penghulu untuk melaksanakan Ijab Kabul menurut Agama Islam.
Setelah semua Orang mengucapkan syah pada mereka. Keluarga Jalal dan Jodha langsung menghampiri mereka sambil mengucapkan syukur atas pernikahan mereka berdua.
“Jodha.... Kau sudah menikah sekarang nak, patuh pada setiap perintah suami mu.” kata Meinawati sambik mencium kening Jodha.
“Jodha, seorang suami adalah seorang dewa bagi istrinya. Ayah yakin kau mengerti dengan maksud ayah nak, kau akan meninggal kan orang tua mu dan akan hidup bersama suami mu. Ayah hanya bisa berdoa untuk kebaikan rumah tangga kalian” kata Bharmal yang juga mencium lembut putri kesayangan nya itu untuk yang terakhir kali, karna selanjutnya, Jodha akan tinggal bersama Jalal dan sekarang menjadi suami nya.
Hamida juga memberi selamat pada Jodha dan Jalal untuk pernikahan mereka. Malam ini juga Hamida akan pulang ke Delhi ke rumah Salimah. Ia sangat rindu dengan cucu nya Rahim yang sangat menggemaskan itu .
“Ayah, Ibu, ammijan kalau begitu aku dan Jodha akan segera pulang ke rumah kami. Aku rasa ini sudah sangat larut, dan kelihatan nya Jodha juga sudah tidak sabar untuk melihat rumah baru, kalau begitu kami permisi dulu!”
Jalal dan Jodha berlalu dari sana sambil menggeret sebuah koper yang semuanya berisi baju-baju Jodha. Di dalam mobil, Jodha hanya terdiam saja, ia benar-benar takut dengan apa yang akan terjadi pada dirinya selanjut nya.
* * * * * * * *
Sesampai nya di halaman sebuah rumah yang sangat megah di kompleks Elite, Jalal menghentikan audi lalu membuka pintu mobil nya sambil menggeret koper Jodha yang penuh dengan pakaian.
Jodha masih berada di dalam mobil Jalal, ia tidak ingin keluar dari mobil itu, ia tau bagaimana sikap Jalal yang sebenarnya. Jalal menarik tangan Jodha kemudian membawa Jodha masuk ke rumah dengan paksa.
Jalal langsung mengunci pintu rumahnya dan menyentakkan tangan Jodha dengan kasar. “Jangan kau kira, aku tidak marah dengan perbuatan mu tadi ha? Kau benar-benar sudah mempermalukan ku lagi Jodha. Sekarang kau akan terima akibat dari perbuatan mu itu.” teriak Jalal ditelinga Jodha. Jalal menarik tangan Jodha menuju suatu kamar yang sangat kecil di dekat dapur.
Jalal mendorong tubuh Jodha hingga Jodha terpental ke dinding kamar. Air mata nya mengalir deras saat itu. Jalal benar-benar ingin membalaskan semua dendam pada dirinya.
Namun seakan isakan Jodha tidak berpengaruh apapun terhadap Jalal. Jodha semakin takut ketika Jalal semakin mendekat ke arah nya. Jodha berusaha menghindar namun sayang nya Jalal telah lebih dulu menjambak rambut Jodha dengan sangat kuat.
Jodha meringis kesakitan dan memohon pada Jalal untuk melepaskan diri nya. “Aw.... Jalal aku mohon lepaskan aku! Kenapa kau memperlakukan ku dengan begitu kasar?” tanya Jodha sambil memegangi tangan Jalal yang masih menjambak rambutnya.
“DIAM...... Berhentilah memanggil nama ku Jalal lagi, sekarang kau harus memanggil ku dengan sebutan Tuan Jalal. Kau akan menjadi pelayan ku disini. Kau harus bekerja mengerajakan apapun seperti yang pembantu lakukan dalam rumah tangga. Aku sudah bosan melihat mu menangis terus, kau sangat cengeng sekali Jodha, sekarang kau akan tinggal disini. Kau akan tidur dikamar pembantu ini untuk selama nya!” Jalal mendorong lagi tubuh Jodha hingga Jodha tersungkur diatas lantai dengan rambut yang acak-acakan tak karuan. Tanpa menghiraukan Jodha lagi, Jalal pergi dari sana menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
Jodha meletakkan patung dewa Krishna yang di bawa nya diatas meja kecil disana. “Kahna..... Apa ini takdir hidup ku, harus menikah dengan orang yang tidak berperasaan sama sekali seperti itu? Kenapa takdir ku begitu menyedihkan sekali? Beri aku kekuatan untuk selalu berbakti pada suami ku. Aku mohon kuatkan aku Dewa....” Jodha menangkupkan kedua tangan nya di depan dada sambil masih terus menangis. Setelah menyelesaikan doa nya, Jodha langsung terlelap tidur di kasur kecilnya itu.
* * * * * * * *
Pagi hari nya ketika Jalal sudah berpakaian rapi dan siap pergi ke kantor biasanya dia akan sarapan dulu. Tapi kali ini tidak ada makanan apapun yang terhidang di meja makan. Jalal berteriak memanggil nama Jodha “Jodha.....” tapi tidak ada jawaban sama sekali. Jalal menuju kamar pembantu tempat tidur Jodha, Jalan mengetuk pintu dengan sangat kasar dan berulang kali.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
--NEXT—