Versi asli Bag. 17 - 19
By: Viona Fitri
“Tuan tidak perlu marah dengan apa kata orang tentang diri anda karna itu memang benar adanya.”
“Aku sedang tidak ingin berdebat dengan mu Jodha, sekarang makan lah, kalau tidak aku benar-benar tidak akan berangkat ke kantor ku.” kata Jalal sambil mengambilkan nasi dan lauk pauk di piring untuk Jodha.
“Ayo makan makanan mu, kalau kau tidak mau memakan nya maka aku juga tidak akan berangkat, jadi apa kau ingin aku hanya duduk manis dan bersantai di rumah saja seperti itu.” Jalal menarik tangan Jodha dan menduduk kan Jodha kursi samping nya.
Jodha hanya menatap Jalal dengan tatapan heran. Manusia yang ada di samping nya ini benar-benar aneh, kadang sangat lembut dan perhatian tapi kadang juga sangat kejam dan menyakitkan.
“Ayo cepat makan makanan mu itu. Atau kau ingin aku untuk menyuapi mu juga? Ammijan pasti akan sangat marah pada ku kalau kau sampai sakit karna ku.” kata Jalal sambil melihat kearah Jodha.
“Apakah benar aku boleh makan di meja ini tuan? Bukankah seorang pelayan seharusnya......” Ucapan Jodha kemudian terhenti karna Jalal menyuruhnya untuk diam dan tidak banyak tanya lagi dengan perintah nya.
“Jodha tak bisa kau menuruti perkataan suami mu ini. Ya benar memang aku menyuruh mu memanggil ku dengan sebutan tuan, tapi aku juga suami mu kan, tolong turuti perintah ku ini.”
Jodha kemudian memakan makanan nya sambil sesekali memandang ke arah Jalal yang terus memperhatikan nya. Apakah Jodha benar-benar memakan nya atau tidak?
Setelah Jodha selesai makan, pandangan Jalal tidak lagi memperhatikan nya. Jalal lalu pergi sambil mencangking tas kecil nya. Tapi Jodha segera menghentikan langkahnya. “Tuan sebentar, kau terlupa memakai dasi mu!” Jodha berlari menghampiri Jalal yang sudah berada di ambang pintu.
Jalal melihat kemeja nya yang plong tanpa dasi. Ia lalu tersadar kalau hari ini ada meeting besar yang di hadiri oleh perusahaan-perusahaan ternama di India. Seharusnya ia tidak lupa akan hal itu.
“Tuan kau lupa memakai dasi mu, ijinkan memasangnya tuan?” kata Jodha penuh harap. Setidaknya ia bisa sekali saja berguna dalam hidup suami nya itu. Jalal hanya mengangguk setuju. Kemudian Jodha memasangkan dasi Jalal dengan sangat berhati-hati karna takut membuat Jalal akan marah padanya lagi.
“Terimakasih. Aku akan pulang jam 5 sore nanti. Aku pergi dulu.” Jalal kemudian memasuki mobil nya melaju kencang menyusuri jalan lintas kota Agra yang sangat ramai sekali itu.
* * * * * * * * *
Jodha sibuk dengan tugasnya membereskan rumah. Hari sudah hampir sore, Jodha lalu memasakkan makanan untuk makan malam Jalal nanti. Terdengar suara mobil memasuki halaman, Jodha tidak menyambutkan karena belum selesai melakukan puja.
Jalal masuk ke dalam rumah tapi tidak mendapati Jodha menyambut ke pulangan nya. Jalal panik kalau-kalau Jodha akan melarikan diri dari nya. Tapi kemudian setelah Jalal mendekat ke arah dapur, hati nya merasa lega mendengar suara Jodha yang sedang menyanyikan Bhajan pada Kahna nya.
Jalal melihat ke arah meja makan yg sudah penuh dengan masakan-masakan kesukaan nya. Tapi dari mana Jodha tau tentang semua hal itu, “Oh mungkin saja ibu yang memberi tahukan nya.” Jalal berdiri di depan pintu kamar Jodha untuk menunggu nya makan bersama. Setelah Jodha selesai dengan puja nya, ia membuka pintu kamar nya dan terkejut melihat Jalal berada tepat di hadapan nya.
Hampir saja Jodha menabrak tubuh Jalal, untung nya Jalal segera bergeser dari tempat nya dan menuju ruang makan. Jodha menguntit di belakang Jalal sambil menarikkan satu kursi untuk tempat duduk Jalal.
“Maafkan aku tuan, aku tidak tau kalau anda sudah ada di depan pintu kamar ku tadi. Aku juga tidak menyambut anda, karna aku belum menyelesaikan puja ku.” kata Jodha memohon.
“Tidak masalah, sekarang kau duduklah kita akan makan bersama!” kata Jalal lembut. Jodha kemudian duduk di hadapan Jalal dan mengambil kan nasi komplit dengan lauk pauk nya untuk Jalal.
“Terimakasih!”
“Apa tuan tidak memarahi ku karna hal itu?”
“Untuk apa aku memarahi mu, kau sudah sangat baik pada ku.”
“Aku harap tuan tidak akan lagi memarahi ku lagi.”
“Itu tergantung pada mu, kau melakukan kesalahan atau tidak.”
“Baiklah aku akan berusaha untuk tidak membuat kesalahan lagi.”
“Hem....... Aku juga berharap seperti itu.”
Jalal dan Jodha pun makan bersama. Tanpa di sadari oleh dirinya sendiri, ia telah begitu baik memperlakukan Jodha dalam hidupnya. Meskipun rasa benci pada Jodha belum sepenuhnya hilang, tapi ia juga mulai memikirkan satu hal. Wajar kalau Jodha marah pada nya karna telah menghancurkan keluarga nya, ayah nya sakit keras hanya karna ulah gila nya menginginkan kekuasaan dan martabat tertinggi di India. Ia menyadari, kalau kesalahan, tidak sepenuh nya pada diri Jodha.
Setelah mereka selesai menyantap masakan Jodha, Jalal menyuruh Jodha untuk tetap duduk sebentar karna ada hal penting yang ingin di sampaikan pada Jodha.
“Jodha, aku ingin berbicara pada mu. Kau pernah bilang bahwa kau sangat mengharapkan kekasih lama mu, apa kau akan pergi meninggal kan ku, ketika kekasih mu nanti datang lagi pada mu dan meminta mu untuk menikah dengan nya?”
Jodha terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan dari Jalal. Harapan untuk hidup bersama Surya memang masih ada. Tapi apakah ia akan meninggalkan Jalal seorang diri? Ketika ia menikah dengan Jalal, ia telah bersumpah di depan api suci untuk selalu setia pada suami nya dan sumpah itu sangat sakral sekali menurut Ajaran Hindu nya.
“Kenapa bertanya seperti itu tuan? Aku tidak ingin membahasnya!” kata Jodha mencoba menghindari pertanyaan Jalal barusan.
“Apa aku tidak boleh bertanya itu pada mu? Atau kau masih sangat berharap kali pada kekasih mu itu?”
“Tidak seperti itu tuan. Aku benar-benar bingung untuk menjawab nya.”
“Apa kau masih mencintai nya Jodha? Aku melihat dimata mu, kau masih menyimpan banyak harapan pada lelaki itu.”
“Aku memang tidak pernah berhenti berharap, tapi takdir mungkin telah memilih mu untuk menjadi suami ku. Jadi aku akan tetap bersama mu. Tak perduli apa kau akan menyakiti ku sekalipun.”
“Aku juga tidak ingin memperpanjang masalah ini. Tapi Jodha kau harus ingat bahwa kau saat ini sudah menjadi seorang istri, seorang yang sudah bersuami tidak boleh menjalin hubungan dengan pria manapun selain suami nya.”
“Aku tau itu, tapi bagaimana jika suami ku sendiri tidak pernah menganggap ku sama sekali, dia hanya menganggap ku sebagai pelayan nya saja, lalu apakah aku harus tetap hidup bersama nya? Apa aku tidak di izinkan untuk mendapatkan kebahagiaan dengan lelaki lain yang lebih mencintai ku? Tuan aku sangat ingat betul bahwa kau membenci ku, aku juga masih belum bisa melupakan apa yang terjadi pada ku dan juga keluarga ku. Sampai saat ini aku memang masih membenci mu, tapi aku berusaha untuk menjadi istri yang baik bagi mu karna aku memegang janji ku pada ayah.”
“Bagus Jodha, kau yg telah mengingatkan ku dengan dendam ini, padahal aku sudah mulai mencoba melupakan nya, tapi kau yang membuatku akan berubah seperti dulu lagi.” Jalal lalu pergi menuju kamar nya. Jodha hanya memperhatikan punggung Jalal yg semakin lama semakin menjauh dari nya.
Di kamar nya Jalal berusaha untuk memejamkan mata nya, tapi mata nya seakan tidak ingin terpejam malah ingin melihat sosok Jodha. Ada kerinduan dengan sosok gadis cantik itu. Tapi tetap saja ego nya masih berusaha tidak memenuhi kata hati nya, dia sangat ingin meminta maaf pada Jodha tapi....... Akhirnya Jalal tidak bisa menahan kata hati nya untuk segera menemui Jodha dan meminta maaf pada nya, setidak nya itu akan membuat rumah tangga mereka sedikit lebih membaik dari sebelumnya. Jalal pun melangkah menuju kamar Jodha.
Belum sempat Jalal mengetu pintu kamar Jodha, tapi luar terdengar Jodha sedang berbicara dgn seseorang dgn sangat berhati-hati sekali.
“Surya, aku tidak bisa bertemu dengan mu. Sekarang aku sudah menikah, aku harap kau mengerti itu. Aku tidak ingin membuat masalah baru dgn suami ku.” kata Jodha di layar ponselnya.
“Tapi, aku hanya ingin bertemu dgn mu sebentar saja Jodha. Aku tau kau masih mencintai ku, aku juga masih menjaga hati ku hanya untuk mu. Tak bisa kah kau mengerti bahwa aku datang jauh-jauh dari London hanya untuk menemui mu, setidaknya hargailah usaha ku ini”
Jalal yang berada di luar pintu, ternyata bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Ia mengurungkan niat nya untuk mengetuk pintu Jodha karna mulai tertarik dengan pembicaraan Jodha dengan si penelepon.
“Jodha, apa rumah tangga kalian berjalan dengan baik? Kenapa kau mengatakan tidak ingin membuat masalah baru dengan suami mu? Apa kau sangat mempunyai banyak masalah dengan nya?” tanya Surya dari sebrang ponsel nya sana.
“Dia sangat baik, dia sangat mencintai ku sekali.” kata Jodha terisak.
“Lalu kenapa kau menangis Jodha?” tanya Surya lagi. Tidak mungkin semua nya berjalan dengan baik dengan rumah tangga Jodha disana, kalau semuanya baik-baik saja lalu kenapa Jodha menangis seperti itu?
“Surya..... Kau tau kan siapa suami ku sekarang ini? Dia adalah Jalal orang yang menghancurkan keluarga ku. Dia juga orang yang sudah membuat ayah ku jatuh sakit. Bagaimana aku bisa hidup seatap dengan orang yang telah menyakiti ku. Dia memperlaku kan ku dengan tidak baik. Aku tau aku pernah membuat kesalahan padanya, tapi itu karna dia lah yang telah bersalah lebih dulu dan aku hanya ingin membalaskan rasa sakit ku ini pada nya.” kata Jodha terisak.
“Apakah dia memperlakukan mu dengan sangat kasar Jodha? Aku benar-benar tidak bisa menerima hal itu, aku akan datang pada nya dan membicarakan hal ini pada suami mu. Benar dia adalah suami mu, tapi dia tidak berhak kasar terhadap mu kan?”
“Surya tidak apa-apa. Dia sudah mulai berubah sekarang. Tapi tadi kami bertengkar lagi, aku tidak ingin kau menemui ku dan mengganggu rumah tangga ku. Aku pasti akan bahagia hidup bersama nya. Aku yakin ayah ku telah tepat memilihkan Jalal untuk ku. Sudah larut Surya aku akan tidur dulu.” Jodha langsung pembicaraan telepon nya dengan Surya.
Jalal benar-benar sakit mengetahui Jodha sangat tersiksa hidup dengan nya. Jalal bisa mendengar dgn jelas tangisan Jodha yang benar-benar menghanyutkan itu. Dia bercerita tentang Jalal dan menjaga martabat Jalal dgn sangat baik. Jodha berusaha tegar menjalani hari-hari nya dgn Jalal. Ia menahan semua rasa sakit nya sendirian dan menyimpan nya dalam hati. Tapi padahal dalam kesunyiaan dia menangis seorang diri. Meratapi takdir nya yang begitu menyedihkan.
Jalal membuka pintu kamar Jodha. Dia melihat Jodha sedang meringkuk memeluk lutut dan membenamkan wajahnya disana. Ia seperti telah kehilangan segala nya dari hidup.
“Jodha.....” kata Jalal memanggil Jodha yg masih menangis itu. Jodha mendongak menatap Jalal dan segera menghapus air mata nya. Pandangan nya tertuju pada pintu kamarnya yg terbuka, mungkin tadi ia terlupa mengunci pintu dan Jalal kemudian datang dan membuka nya.
Jalal duduk disamping Jodha sambil memperhatikan nya. Wajah nya sembab dengan air mata. Mata nya pun memerah karna terlalu banyak menangis.
“Maaf tuan aku tidak tau kalau tuan sudah ada di kamarku.” kata Jodha berusaha menyembunyikan kesedihan nya.
“Kenapa kau menangis lagi Jodha? Apa kau tidak bisa tidak menangis dalam sehari saja? Tak bisa kah kau tidak menyakiti diri mu sendiri?” tanya Jalal yang terduduk di samping Jodha.
“Bagaimana aku tidak menangis tuan? Ini adalah kebiasaan baru setelah aku menikah dgn anda. Kalau pun aku menyakiti diri ku sendiri, aku tidak apa-apa. Karna memang pada kenyataan nya hidup ku memang pantas untuk ditangisi. Kau boleh tertawa dan merasa senang sekarang tuan, karna kau memang yg menjadi pemenang nya.”
“Kau selalu saja begini Jodha. Tak bisakah kau melupakan masa lalu mu? Aku mencoba bersikap baik pada mu, tapi kau malah yg bersikap dingin pada ku.”
“Aku mungkin telah kehilangan semua sikap baik ku untuk mu. Mungkin aku bisa bersikap baik pada mu jika nanti aku sudah melupakan masa lalu ku dan juga menerima mu sebagai suami ku.”
Tet.... tet.... tet. Bunyi Handphone Jalal berdering dari saku Kimono malam nya itu. Jalal mengangkat telepon dan ternyata yg menelepon adalah Ammijan nya.
“Iya ammijan Jodha ada bersama ku. Ada apa?” tanya Jalal di Layar Ponselnya. “Ammijan sangat ingin berbicara pada nya Jalal, tolong berikan Handphone nya pada Jodha!” pinta Hamida yg terdengar dari handphone Jalal.
Jalal memberikan handphone pada Jodha. “Halo ammijan, ada apa?” Tanya Jodha dgn suara seraknya seperti habis menangis. “Jodha kau kenapa nak? Apa kau baru saja menangis? Apa Jalal menyakiti mu? Tolong berikan telepon nya pada Jalal.” Jodha memberikan Handphone nya pada Jalal kembali.
“Jalal, kau apakan lagi Jodha? Apa kau menyakiti nya lagi? Bukankah sudah ibu katakan untuk selalu menjaga dan menyayangi nya? Apa kau tidak bisa menjaga perasaan seorang wanita dgn baik?” tanya Hamida meminta penjelasan pada Jalal.
“Ibu aku tidak melakukan apa-apa pada nya? Dia mungkin hanya teringat dengan orang tua nya saja. Besok aku akan mengantar nya kerumah Orang tua nya jika dia mau. Ibu tidak usah khawatir tentang Jodha. Aku akan menjaga nya dgn sangat baik disini.”
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
--NEXT—
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...
Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.
Terima Kasih.