Versi asli Bag. 20 - 22
By: Viona Fitri
“Jalal, kau harus menjaga Jodha. Ingat pesan ibu! Jalal kira-kira kapan ibu akan bisa menimang cucu dari mu?” tanya Hamida sambil tersenyum. Jalal malah membulatkan mata nya mendengar pertanyaan ibunya.
“Cucu, apa bu?” pertanyaan bodoh pun keluar dari mulut Jalal. Sementara Jodha yang mendengar Jalal berbicara tentang cucu, langsung memasang ekspresi bingung dengan apa yang dikatakan Jalal dalam telepon.
“Jalal.... Ibu ingin secepatnya menimang cucu dari mu. Kenapa kau tidak mengerti juga? Kak Salimah telah memberikan Rahim, lalu kau kapan Jalal? Atau jangan-jangan kau tidak pernah melakukan nya sama sekali dengan Jodha?” tanya Hamida selidik.
Wajah Jalal dan Jodha memerah dalam seketika, mereka benar-benar harus menjawab bagaimana.
“Owh itu tentu saja sudah Ibu. Tapi Ibu harus bersabar karna untuk mendapatkan anak tidak semudah yang ibu bayangkan.” kata Jalal sambil tersenyum kearah Jodha.
Jodha mengambil Ponsel Jalal dari tangan dan menyerobot pembicaraan mereka. “Ibu tidak usah memikirkan tentang hal itu. Bukankah Ibu juga sudah mempunyai cucu yang menggemaskan sekali saat ini?”
“Iya itu memang benar Jodha, tapi Ibu juga menginginkan segera cucu dari kalian. Ibu rasa orang tua mu pun berpikiran yang sama dengan Ibu.”
“Iya..... Sekarang Ibu tidurlah, hari sudah semakin larut, aku tidak ingin Ibu kurang tidur. Jaga kesehatan Ibu disana.”
“Baiklah, Ibu tutup dulu telepon nya Jodha.” Hamida kemudian menutup pembicaraan dengan anak dan menantu nya itu.
“Jadi bagaimana dengan permintaan Ibu, apa kau akan memenuhi nya?” Tanya Jalal sambil senyum-senyum tak jelas.
“Apa yang tuan katakan aku tidak ingin membahas masalah itu lagi.” kata Jodha dengan nada kesal dan ekspresi tidak suka. Jalal kemudian meletakkan jari telunjuk nya di bibir Jodha agar Jodha tidak meneruskan kata-kata nya lagi.
Seperti tersetrum aliran listrik dengan tegangan tinggi begitu Jari telunjuk Jalal menempel di bibir mungil Jodha. Ada hasrat yang tiba-tiba muncul dari dalam diri nya segera memiliki Jodha seutuhnya. Jalal menarik Jari nya dari bibir Jodha, dan langsung meredam hasrat nya untuk sesaat.
“Jodha, aku tidak ingin kau memanggil dengan sebutan tuan lagi, aku ingin kau memanggil ku Jalal saja. Ngomong-ngomong tadi kau berbicara dengan siapa ketika aku belum datang kemari? Kelihatan nya dia orang special di hidup mu.” kata Jalal sambil memandang kearah Jodha. Jalal benar-benar terlihat biasa-biasa saja seperti tidak menaruh kecemburuan pada nya. Padahal yang sebenarnya, hati nya sudah mulai merasakan nyeri ketika ia mengucapkan pertanyaan itu.
Jodha juga menatap Jalal dengan bimbang. Ada ketakutan yang mendalam pada Jalal disana. Ia tidak ingin berhobong pada suami nya itu, tapi ia juga tidak ingin Jalal memarahi nya lagi nanti. Tapi akhirnya Jodha memilih jujur pada Jalal, karna dalam sumpah pernikahan nya dia tidak akan pernah berbohong pada suami nya.
“Dia adalah Surya!” kata Jodha dengan takut-takut. “Surya kekasih mu dulu kan? Dia mengajak kau untuk bertemu dengan nya? Benarkan?” tanya Jalal yang sontak membuat Jodha membulatkan matanya menatap Jalal. Berarti Jalal telah mendengar semua pembicaraan nya tadi dengan Surya.
“Kau menguping pembicaraan tadi? Apa kau mendengarkan nya semua?” tanya Jodha yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Jalal.
“Apa kau akan menghukum ku lagi?” Jodha memejamkan mata nya berusaha menerima resiko apapun karna kebodohan nya itu.
Dengan cepat Jalal mencium pipi Jodha dan langsung keluar dari sana. Jodha sontak kaget dan membuka mata nya tapi Jalal sudah tidak ada lagi disana. Akhir-akhir Jalal memang sangat berubah pada diri nya, ia terkesan memperlakukan Jodha dengan sangat baik dan lembut.
Jodha memegang pipi nya yang baru saja di Cium oleh Jalal. Ia kemudian tersipu dan senyum-senyum sendiri. Jodha mengira bahwa Jalal akan memarahi nya, tapi ternyata tidak, dia hanya ingin mencium istri nya. Jodha tersenyum senang dan kemudian tertidur dengan mimpi indah nya.
Pagi hari Jodha membuka mata nya dan melihat jam sudah sangat siang, Jalal bisa sangat marah kalau diri nya belum menyiapkan sarapan pagi untuk nya sebelum berangkat ke kantor. Jodha membuka pintu dan terkejut melihat Jalal sudah ada di meja makan dan sudah ada dua porsi nasi goreng yang tertata di atas meja.
Jodha bermaksud hendak pergi ke kamar mandi berpura-pura memegangi perutnya. “Jodha... Kau mau kemana? Kau jangan mencari-cari alasan untuk menghindar dari ku lagi!” Jalal berpura-pura membentak keras pada Jodha. Melihat mata Jalal yang sudah mulai mengeluarkan tatapan elang nya, Jodha mendekat ke arah Jalal dan berdiri menunduk tidak berani menatap nya.
“Hem..... Jodha kau bangun kesiangan lagi, sekarang duduklah aku sudah membuatkan nasi goreng untuk mu dan untuk ku.” Jodha terbelalak mendengar kata-kata Jalal yang begitu lembut dan tidak berteriak keras seperti biasanya lagi.
“Nasi goreng?” tanya Jodha heran. “Hemm.... Kau tidak menyukai nya ya? Aku hanya bisa membuat nasi goreng saja, tapi kalau kau tidak mau memakan nya tidak apa-apa, atau kau ingin memesan sesuatu pada ku? Aku akan membelikan nya nanti setelah aku pulang dari kantor. Jadi katakan pada ku, kau ingin memesan apa?” tanya Jalal sambil menghentikan melahap makanan nya.
Jodha hanya menggeleng lalu duduk di samping Jalal. Dengan perubahan Jalal yang sangat drastis seperti ini Jodha jadi merasa was-was sendiri.
“Tapi setidak nya kau harus makan dulu sedikit saja, kau tau kan aku tidak akan pergi kerja sebelum kau makan?”
“Kau kenapa sangat baik pada ku Jalal? Apakah kau sedang demam? Aku akan mengambil kan air dingin untuk mengkompres mu, kalau kau sakit lebih baik kau tidak usah kerja dulu.” Jodha hendak mengambil air dingin dari dalam kulkas, tapi Jalal mencekal tangan Jodha dan menduduk kan Jodha kembali.
“Aku sedang tidak demam Jodha, kau jangan sampai mengira kalau aku sakit jiwa ya? Aku hanya ingin menepati janji ku pada Ammijan untuk menjaga mu itu saja.”
“Owh...... Aku tidak ingin memesan apa-apa Jalal. Aku akan memakan nya tapi nanti setelah aku mandi. Kau tidak usah menunggu ku makan.”
Jalal menyendokkan sesendok nasi goreng buatan nya ke arah mulut Jodha. “Ayo buka mulut mu, kau harus makan. Bukankah sudah ku bilang kalau hanya akan berangkat kerja ketika kau sudah makan.” kata Jalal masih dengan memegang sendoknya yang akan mendarat ke mulut Jodha.
Jodha membuka mulut nya dan memakan nasi goreng buatan suami nya itu. “Bagaimana enak?” tanya Jalal menunggu jawaban Jodha. Yang di tanya hanya membalas dgn anggukan saja.
“Owh ya Jodha, aku tidak mau lagi kau tidur di dalam kamar pembantu lagi. Kita bisa tidur satu ranjangkan?”
“Satu kamar?”
“Kalau kau tidak mau tidur seranjang dengan ku tidak masalah, aku juga akan ikut tidur dengan mu di kamar pembantu.”
“Jalal, tapi bukankah di samping kamar mu ada satu kamar lagi. Mungkin aku bisa tidur di sana dan kau tidurlah di kamar mu.”
“Itu adalah kamar tamu Jodha. Kau bukan seorang tamu kan? Kalau kau ingin tidur disana, aku juga akan ikut tidur disana bersama mu.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Kita adalah suami istri Jodha, sudah selayaknya kita tidur dalam satu kamar, kau ingatkan bagaimana ammijan selalu menyuruh ku untuk selalu menjaga mu? Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa, karna sudah menjadi kewajiban seorang suami untuk menjaga istri nya”
“Baiklah kita akan tidur sekamar. Aku bisa tidur di sofa nya dan kau yg tidur di tempat tidur. Bukankah itu lebih baik?”
“Jodha-Jodha.... Kau selalu saja mencoba mencari cari alasan untuk menghindar dari ku. Kenapa harus seperti itu, aku hanya ingin menjaga mu saja. Aku juga bahkan akan tidur di sofa bersama mu.”
“Kau keras kepala sekali Jalal, bagaimana kalau kau sakit nanti? Kau tidak akan bisa pergi ke kantor kan? Jadi lebih baik kau tidur di tempat tidur mu saja.”
“Itu alasan yang bagus Jodha. Kalau begitu bagaimana kalau kau yg sakit karna tidur di sofa?”
“Bukan kah kita sudah sekamar Jalal? Lalu kenapa aku tidak boleh tidur terpisah dengan mu?”
“Kenapa mengajukan pertanyaan bodoh seperti itu Jodha. Kau tanyakan saja pada Ibu mu, apa boleh seorang istri tidur berpisah dengan suami nya?”
“Hah seperti nya kau susah sekali mengerti keinginan wanita”
“Jodha, aku akan segera pergi ke kantor. Kau harus menghabiskan makanan mu.” kata Jalal seraya merapikan Jas nya dan mengambil tas nya.
“Jalal.....” kata Jodha mendekat kearah Jalal. Wajah mereka sudah sangat dekat sekali. Jantung keduanya seakan serasa berdetak cepat memacu adrenalin nya. Jalal hanya diam memperhatikan wajah Jodha yang semakin dgn nya.
“Ada sedikit nasi di bibir mu.” Jodha mengambil nasi yang menempel di bibir Jalal. “Hah..... Ku kira dia akan mencium ku, ternyata hanya mengambil nasi saja dari sudut bibir ku.” kata Jalal dalam hati.
“Seperti nya, kau harus belajar seperti anak TK lagi untuk memakan makanan dgn benar tidak belepotan seperti ini” kata Jodha sambil di iringi oleh senyum manis nya.
Sesaat Jalal memperhatikan senyuman Jodha yang begitu memikat. Bibir nya melengkung membentuk sebuah senyuman yang sangat indah di luar kata-kata nya.
“Apa kau bisa memasangkan dasi ku lagi, Jodha?” Tanya Jalal penuh harap. Jodha hanya mengangguk dan mulai memasangkan dasi pada Jalal. Serasa ada debaran hebat di hati kedua nya, tidak Jalal saja yg merasakan hal itu, Jodha pun merasakan hal yg sama dengan Jalal. Ia berusaha tidak salah tingkah di hadapan Jalal.
“Kalau begitu aku akan berangkat kerja dulu. Kau harus merapikan pakaian mu dan membawa nya ke kamar ku. Dan ingat selama aku bekerja, kau tidak boleh keluar rumah selain dengan ku. Kau tidak boleh menerima tamu pria siapa pun itu.” kata Jalal seperti mengancam. Jodha hanya tersenyum singkat lalu menatap dalam ke arah Jalal. Ada ketenangan yg dia dapatkan disana.
“Sudah selesai, kau bisa berangkat ke kantor sekarang.” kata Jodha sambil memperbaiki dasi Jalal sedikit lagi. “Terimakasih, aku pergi dulu.” Jalal lalu melangkah pergi, tapi baru saja ia memegan gagang pintu, ia berbalik lagi menghampiri Jodha.
“Apa ada sesuatu yang tertinggal, Jalal? Aku akan mengambilkan nya. Tapi, apa yang tertinggal?” tanya Jodha pada Jalal.
Jalal tidak membalas pertanyaan Jodha, ia malah memegang pundak Jodha dan kemudian mencium :-*lembut kening Jodha. Jodha terdiam untuk sesaat waktu, ia masih membayangkan apa yang baru saja terjadi.
“Aku lupa mencium istri ku sebelum aku berangkat bekerja.” Jalal lalu pergi dari sana dengan mengendarai mobil nya.
* * * * * * * *
Sesampai nya di kantor wajah Jalal terlihat sangat ceria sekali tidak seperti biasa nya. Kalau hari-hari biasa karyawan yang menyapa nya, hari ini justru terbalik, Jalal lah yang malah menyapa semua karyawan nya.
Maansing juga memperhatikan perubahan yang begitu besar dari diri Jalal. Biasa nya ia enggan tersenyum dan terkesan angkuh, tapi kali ini ia membuat semua pandangan orang tentang diri nya berubah.
Jalal memasuki ruangan nya sambil masih menyungging senyum nya. Maansing jadi merasa heran kenapa tiba-tiba bos nya bersikap sangat berbeda sekali hari ini.
Semua file yang harus di tanda tangani oleh Jalal sudah menumpuk di atas meja kerja nya. Biasa nya Jalal selalu mengeluh dgn tumpukan-tumpukan file dan berkas-berkas penting yang menggunug, tapi hari ini ia terlihat begitu semangat menandatangani dan memeriksa file-file itu dengan senang hati.
“Tuan..... Hari ini anda seperti nya sangat bahagia sekali. Aku juga turut bergembira untuk anda!” kata Maansing yang melihat Jalal terus tersenyum dari awal menandatangani File sampai hampir habis file yang akan di tanda tangani nya.
“Kau benar Maansing hari ini aku memang sangat senang sekali. Kau akan mengerti hal ini ketika kau udah berumah tangga nanti.” kata Jalal pada Maansing.
Maansing hanya tersenyum mengerti maksud ucapan Jalal. “Owh ya Maansing, aku mau kau mencari buku Biodata tentang Jodha yg pernah kau berikan pada ku. Aku lupa menyimpan nya dimana. Setelah kau mendapatkan nya, tolong segera berikan pada ku.” Perintah Jalal pada Maansing yang langsung dibalas oleh anggukan kepala oleh nya.
Jalal telah selesai menyiapkan tugas nya. Ia mengingat kembali apa yg telah terjadi pada nya dan pada Jodha. Mereka sudah mulai membaik satu sama lain. Dan hari ini adalah malam pertama kali nya mereka akan tidur satu ranjang bersama. Ia tidak sabar lagi ingin melihat wajah damai Jodha ketika ia tertidur. Jalal tau kalau saat ini mungkin di hati Jodha masih ada rasa benci yg menyelimuti hati nya, tapi ia yakin semua nya akan berubah menjadi lebih baik seiring dgn berjalan nya waktu.
Jalal mengingat hal itu sambil senyum-senyum sendiri. Maansing datang membawa beberapa lembar kertas yang seperti nya biodata tentang Jodha.
“Maansing apa kau sudah menemukan nya?”
Maansing langsung mengangguk dan memberika biodata tentang Jodha pada Jalal. “Maansing, aku sudah menyelesaikan semua file-file dan berkas ini, sekarang kau bisa membawa nya pergi.”
Tanpa membuang waktu lagi, Maansing langsung membawa file-file dan berkas itu pergi dari sana tanpa ada yang tertinggal sedikit pun.
Jalal membaca tentang biodata Jodha. Semua nya ia baca tanpa ada yang terlewatkan sedikit pun. Jalal berencana akan memberikan sesuatu pada Jodha saat ia pulang nanti.
* * * * * * * * * * *
Jam sudah menunjuk kan pukul 17.30 WIB. Jodha telah menyiapkan semua makanan kesukaan Jalal di atas meja dan juga sudah merapikan pakaian nya di kamar Jalal. Semua nya sudah selesai, Jodha hanya tinggal menunggu Jalal pulang saja.
Tidak lama kemudian, terdengar bunyi mobil yang datang memasuki halaman rumah nya. Jodha langsung menuju pintu Utama dan membuka kan pintu nya. Jalal berdiri di hadapan nya sambil memberikan sebuah senyuman maut nya. Jodha juga membalas senyum itu dengan tidak kalah manis nya.
“Kau sudah pulang?” tanya Jodha basa basi pada Jalal. Ada keanehan yang seperti nya Jalal sembunyikan di belakang tangan nya.
“Apa yang kau bawa di belakang mu itu. Owh, jangan-jangan kau membeli makanan enak tetapi tidak mau memberikan pada ku! Tidak apa-apa, aku juga tidak akan meminta nya.” kata Jodha asal tebak.
“Apa yakin kau tidak akan meminta nya Jodha? Aku membawakan sesuatu yang sangat kau suka.” Jalal kemudian memperlihat kan sebuah buku Novel kesukaan Jodha yang berjudul 'AFTER RAIN' karya Anggun Prameswara*:-D maaf kalau gak salah nama nya :-)*. Jodha langsung merebut buku Novel itu dan melompa kegirangan.
“Kau membelikan nya untuk ku?” tanya Jodha yg sangat terharu dengan Novel yg ada di dekapan nya itu. Jalal hanya menggangguk cepat dalam hati Jalal berkata “Seperti nya dia lebih menyayangi Novel itu dari pada aku.” kata Jalal menyesali perbuatan nya dalam hati.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
--NEXT—
Aduh..Aduh..bang jalal udah ada hati nih..next mbak..
ReplyDeleteSabar jalal mungkin suatu saat nanti jodha juga sayang sama kamu ^_^
ReplyDeleteDitunggu kelanjutanya mbak!!!