By Seni Hayati
“Kita tidak bisa memilih siapa yang jadi jodoh kita.. tapi siapapun itu, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran mutlak diperlukan dlm sebuah hubungan” ( dikutip dari obrolan Seni Hayati dan Nisalfah Alghazali)
Jalal masih menemani Jodha di kamar
“Jodha kamu laper kan? Makan ini yah..aa suapin” (asli author geli nulis kata ‘aa’)
Jalal memetik anggur di samping ranjang dan memasukannya dalam mulut Jodha,,, eh ci aa kumat isengnya.. dia membiarkan jarinya perlama-lama diemut neng Jodha,, sambil senyum-senyum geje merasakan sensasi indah akibat jemarisnya bergesekan dengan bibir jodha yang lembut..imajinasi gemblungnyapun kumat.. ci aa malah ngebayangin kalau yang nempel disitu itu bibirnya.
“Hai.. kenapa senyum-senyum gitu?” tanya Jodha heran, sontak membuat muka Jalal memerah karena merasa malu kepregok lagi ngayal, untuk menutupi rasa malunya Jalal, balik bertanya.
“Jo.. kamu pernah menyukai cowok?”
“Pernah”
“Ganteng?”
“Lumayan ganteng”
“Dia Baik?”
“Sangat Baiak..dan itu yang terpenting..memiliki hati yang baik..karena dia hidup bukan untuk dirinya tapi untuk Robb nya”
“Kalian pacaran??”
“Tidak.. meski kami saling mengagumi..tapi pemahaman yang kami miliki mampu meredam perasaan agar tidak menyeruak keluar..kami sadar rasa itu muncul terlalu dini..”
“Apakah dia Ilyas??” tanya Jalal.. matanya menatap mata Jodha..
“Iya.. dia laki-laki membuat aku tertarik untuk mempelajari Islam, membuatku penasaran ajaran apakah yang membuatnya tak tergoda untuk menyentuh wanita, lambat laun aku mulai bergaul dengan orang-orang dikomunitasnya..orang-orang yang mencintaiku lebih dari kerabatku sendiri..yang mengajariku menjaga hati dan melindungi kehormatan diri..hingga aku menyadari cinta bukan sesuatu yang harus diumbar sesuka hati menuruti nafsu”
#deg kata-kata Jodha begitu menghujam dihati Jalal, sangat mengena mengingat selama ini dia hanya mengumbar cinta sesuai keinginan nafsunya.
“Lalu cinta seperti apakah yang menurutmu benar?” tanya Jalal
“Cinta seorang hamba pada Robb-nya, cinta orang tua pada anak-anaknya, cinta suami pada istrinya, cinta istri pada suaminya”
“Lalu kenapa kamu tidak menyerahkan cintamu padaku Jodha?”
“Karena aa tidak mencintaiku karena Alloh.. aa menikahiku karena aa menginginkan kedudukan sebagai seorang presdir”
Jodha terhenyak dengan kata-katanya sendiri.. butiran kristal mulai menyusuri pipinya.. menikah dengan seseorang yang tidak mencintainya merupakan kenyataan pahit yang harus diterima.
“Kalau aa mencintaimu karena Alloh apa kamu akan menerimaku??” tanya Jalal
“Mencintai itu bukan hanya di lidah a..tapi butuh pembuktian... semua orang bisa mengucapkan ana uhibbuki fillah (aku mencintaimu karena Alloh) tapi tidak semua orang mampu membuktikan ucapannya”
“Oke..Jodha kamu istirahat lah..trima kasih untuk pelajaran hari ini..dan jangan lelah mengajariku sampai aku bisa membuktikan kalau ‘ana ukhibbuki fillah’“ kata Jalal sambil telunjuknya mengarah ke dadanya lalu dua tangannya disambungkan membentuk hati..dan terakhir menunjuk hati Jodha.
“Aku akan sabar menunggu sampai aa bisa membuktikan kalo aa mencintaiku karena Alloh”
*****
Hari ini Jodha mulai masuk kuliah, Jalal memaksa Jodha untuk mengantarnya karena terus di desak akhirnya Jodha mau juga diantar Jalal, Jalal janji nanti siang dia akan menjemputnya kembali..
“Syukron ya a...”
“Sykuron?? apa itu.. makanan putih yang dalemnya kacang??”
Jodha hanya mesem, “Itu sukro... kalau syukron artinya terimakasih”
“Oooh.. hanya itu?? Tidak ada yang lain??” cecar Jalal sambil memajukan bibirnya..mengharapkan Jodha memberinya sebuah kecupan.
#Cup
“Sementara ini dulu” jawab Jodha setelah memberi sebuah kecupan di kening Jalal. Kaca mobil depan Jalal yang transfaran membuat sepasang mata lelaki membuang muka setelah melihat pemandangan yang barusaja ia lihat. Laki-laki itu adalah Ilyas..yang sedang menahan perihnya hati melihat akhwat impiannya telah dimiliki laki-laki lain.
Jodha segera turun dari mobil..dengan muka berseri-seri..namun senyumnya seketika hilang menyadari Ilyas dan teman-temanya ada di depan pintu masuk kampus mereka..Jodha melihat raut muka ilyas berbeda, ‘Apakah Ilyas melihat aku mencium Jalal’ gumam Jodha dalam hatinya.. Jodha baru ingat kalau dia belum mengucapkan terimakasih pada Ilyas..dia pun segera menghampiri pemuda itu..pandangannya tertunduk kebawah..begitu pula dengan pandangan Ilyas
“Mmm..jazakallah atas pertolongannya kemarin” ucap Jodha
“Sama-sama ukhti.. udah baikan?? afwan kemarin tidak menunggumu sampai sadar”
“Alhamdulillah sudah mendingan..”
“Selamat atas pernikahanmu.. semoga kalian bahagia”
#Deg ucapan selamat Ilyas dirasakan seperti sayatan pisau dihati Jodha.
“Dari mana akhi tau kalau saya sudah menikah?”
Ilyas tersenyum..mencoba menyembunyikan suasana hatinya, “Di rumah sakit...aku bertemu suamimu..dia yang mengatakannya sendiri padaku” jawab Ilyas..sambil ujung matanya mengarah pada sosok laki-laki yang kini turun dari mobil.
Sebenarnya dari tadi Jalal yang hendak pulang mengurungkan niatnya, karena melihat Jodha yang terlibat percakapan dengan Ilyas..sebenarnya mereka tidak berdua banyak teman-teman yang lain yang ada disekitar mereka..tapi hati Jalal seolah terbakar melihat Istrinya berbicara dengan laki-laki lain..terlebih dengan Ilyas..sosok ikhwan yang di kagumi Jodha...Jalalpun segera mencari cara agar bisa menghampiri mereka..beruntung buku Jodha tertinggal dalam mobil.
“Sayang... bukumu tertinggal” suara nge-bas Jalal membuat semua yang ada di depan pintu kampus meoleh kearah Jalal.
Jodha segera menghampiri Jalal, yang berjalan mendekat padanya.. “Syukron a..untuk kamu inget”
Jalal berbisik ditelinga Jodha, “Ga dikasih hadiah lagi”
“Aa ini kan tempat umum malu”
Namun bukan Jalal namanya kalau tidak berbuat nekad..
#cup Jalal mencium pipi Jodha..sontak membuat teman-teman kuliah Jodha bersorak bahkan ada yg iseng dengan membunyikan mulutnya. “Wit...wiw..” Kecuali Ilyas.. mukanya merah padam menahan cemburu.
“Hai.. semuanya.. kenalkan saya suaminya Jodha... tolong kalian jaga istriku ya.. jangan sampai ada penyamun yang menggodanya” teriak Jalal sambil melambaikan satu tangannya.
Jodha yang merasa dipermalukan mencubit pinggang Jalal, “Sudah.. sana pulang.. malu-maluin aja”.
Jalal kembali berbisik di telinga Jodha, “Jangan macem-macem kalau aku ga ada”
“Yang biasanya macem-macem kan aa, sama cewek-cewek seksi itu” balas Jodha memberikan skak mat pada Jalal..yang hanya bisa tersenyum tanpa dosa, sambil berjalan menuju mobil dengan gaya slengean.
Teman-teman Jodha banyak yang saling berbisik.
“Ga nyangka ya selera Jodha..masa anak kaya gitu..bukan Jodha banget gitu loh”
Yang lain menimpali, “Iya..betu..betu..pantesnya kalau Jodha kan sama Ilyas”
****
Hari ini jadwalnya Jodha praktikum di Lab. Kimia Analitik satu kelompok dengan Ilyas dan 6 orang lainnya, mereka merasa begitu dekat seperti keluarga karena dari tingkat satu selalu dalam satu kelompok yang sama, sambil menyelesaikan percobaan mereka biasanya mereka bersenda gurau.
“Jo..emang bener suamimu anaknya Prof. Hameda?” Tanya Ilham dengan polosnya.
Jodha dan Mei saling berpandangan, namun akhirnya Jodha menjawab, “Iya” ujung matanya melirik Ilyas yang sedang sibuk dengan titrasinya.
“Ko..kamu nikah ga ngundang kita-kita Jo..kamu ga nganggap kita sahabat” tanya Fiky,
Jodha terdiam... menarik napas panjang, namun akhirnya memberi jawaban, “Ada alasan di balik semua itu..suatu saat nanti aku akan mengatakannya.. namun tidak sekarang”
“Hem.. kira-kira alasan seseorang menikah dadakan apa ya?..kalau Hamil diluar nikah..itu ga mungkin..kami percaya pada Jo..hei ustad jangan diem aja.. menurut pendapat ente apa alasan yang masuk akalnya Jodha nikah dadakan?” tanya Hanif pada Ilyas.. teman-temannya memang sering memanggil Ilyas dengan sebutan Ustaz..
Ilyas meletakan erlenmeyer yang sedang dipegangnya, lalu melihat keteman-temannya yang siap menunggu pendapat Ilysa..sedang Jodha hanya menunduk kedua tangannya dimasukan dalam saku jas lab.
Ilyas mulai mengeluarkan analisanya, “Jodha kan tinggal dirumah Prof. Hameda.. ga baik kalau tinggal satu rumah dengan laki-laki yang bukan muhrim.. maka dari itu menikah adalah pilihan yang tepat.. betul ga, Jo?”
Ditanya seperti itu oleh Ilyas membuat Jodha salah tingkah.. dia segera mengalihkan perhatian, “Aku antri nimbang dulu ya..ada satu sample yang belum aku timbang” ucap Jodha sambil berlalu menuju rung timbangan..temannya pun kembali asyik dengan percobaannya.
Ilyas pun ikut antri di ruang timbang..dia berdiri di belakang Jodha sambil bersandar pada meja batu.. “Jo..” pangil Ilyas pelan.
“ya” jawab Jodha tak kalah pelan.
“Kamu bahagia dengan Jalal?”
“Kenapa bertanya seperti itu.. itu urusan pribadiku”
“Aku cuma ingin meyakinkan kalau kamu bahagia dengan pernikahanmu”
“Ya.. tentu saja.. aku bahagia.. sangat.. sangat bahagia”
“Aku tau kau bohong Jo.. kau tak pernah bohong sebelumnya.. jadi sekalinya bohong kelihatan sekali diwajahmu”
Banyaknya interaksi karena urusan kuliah, praktikum, pembuatan laporan membuat IIyas sangat hafal watak Jodha.
Jodha tidak menjawab dia hanya diam dan duduk di depan karena telah sampai gilirannya menimbang.
*****
Jam 1 siang Jalal sudah menunggu di depan kampus Jodha, tak lama Jodha dan kelompok praktikumnya keluar. mereka masih masih diskusi dan saling tukar menukar data hasil percobaanuntuk bahan pembuatan laporan.
Melihat mobil Jalal sudah menunggu, Jodha segera pamit pada teman-temannya, namun baru saja beberapa langkah Ilyas memanggil.
“Jo.. tunggu, buku penuntun praktikummu ketuker sama punyaku” kata Ilyas sambil menyerahkan bukunya pada Jodha.
Jodha segera membuka tasnya, betul saja yang dia bawa tadi buku punyanya Ilyas, “Oh.. iya ma’af ya”
Dari dalam mobil Jalal menatap mereka dengan tatapan geram, menerka-nerka apa yang sebenarnya sedang Jodha dan Ilyas bicarakan. Jalal masih cemberut saat Jodha masuk ke dalam mobil.
“Afwan... sudah membuatmu menunggu”
Jalal diam dengan tatapan tajamnya, dia segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat Jodha merasa aneh dengan perubahan sikap Jalal.
‘Kambuh lagi nih angot-angotannya, antepin aja lah, nanti juga baik dengan sendirinya’ gumam Jodha dalam hati.
Karena kecepatan mobil semakin kencang, Jodha-ahirnya angkat bicara, “Jalal!!! eh ma’af aa ada apa sih? Bisa pelan-pelan saja kan?”
Jalal menginjak rem seketika, membuat Jodha yang kurang persipan kepalanya terbentur, tepat di bekas insiden lemparan batu kemarin.
“Awww..” teriak Jodha, membuat Jalal kaget dan menyadari kesalahannya. Darah segar kembali merember dari luka yang masih di tutup perban. Jalal panik, dia segera melihat luka Jodha.
“Jo.. ma’afkan aku, aku tidak bermaksud menyakitimu, aku cuma tidak suka kamu dekat-dekat dengan Ilyas” Jodha tidak bergerak, matanya terpejam. Jalal menepuk-nepuk pipi Jodha. “Jodaha.. Jodha..ma’afkan aku.. ayo bangun lah” Jodha tidak memberikan reaksi. Jalal semakin panik, “Apa yang harus aku lakukan??? haruskah aku memberi napas buatan padanya???” Jalal berbicara pada dirinya sendiri, tanpa fikir panjang, tangan Jalal segera memegang pipi Jodha dan menekan sedikir ujung bibir Jodha, dia memiringkan wajahnya..dan..baru saja dua detik bibir Jalal mendarat di bibir Jodha..mata Jodha terbuka..betapa shock nya dia ketika mendapati bibir tebal Jalal menempel di bibirnya. Jodha segera mendorong Jalal
“Lepaskan..apa yang kau lakukan!!” teriak Jodha
“Jodha dengarkan dulu penjelasanku, aku tidak seburuk yang kamu fikrikan, aku cuma mau memberimu nafas buatan”
“Kamu fikir aku korban tenggelam apa!!”
“Jo..kalau aku mau..aku sudah melakukannya sejak kita awal menikah..tapi aku menghormatimu Jo..mengormati mimpimu yg cuma akan menyerahkan kesucianmu pada laki-laki yang kamu cintai dan mencintaimu karena Alloh”
Mendengar penjelasan Jalal yang masuk akal..akhirnya Jodhapun mema’afkan Jalal.. “Baiklah..aku percaya padamu a..jangan kau lakukan lagi kalau tanpa peraetujuanku ya”
“Oke.. siap.. meski sebenarnya tadi aku mulai menikmati bibirmu yang lembut Jo.. aku takut nanti malam tidak bisa tidur karena memikirkannya,” goda Jalal sambil tersenyum genit.
********************************
--NEXT—
Jiahhhh si aa.. udah mulai usaha nich...
ReplyDeleteLanjuuuut tq
Jalal ingin menggoda jodha terus ^_^
ReplyDeleteLanjutin mbak ceritanya!!!
Jiahh....Jalal bodoh apa pura" bodoh.. Msak di kasii Nafas buataN... Mau"Nya dia to...
ReplyDeleteKayaknya aa' Jalal dah mulai ada hati tuch ma Neng Jodha...
ReplyDeleteKayaknya aa' Jalal dah mulai ada hati tuch ma Neng Jodha...
ReplyDeleteAa jalal cemburunya gk ketulungan (mamaj afi)
ReplyDeleteCie...cie...yang ada maunya nyari" kesempatan nih...next mbak
ReplyDeleteIh si aa nyuri2 kesempatan deh
ReplyDelete