Versi asli Bag. 32 - 34
By: Viona Fitri
“Jalal.... Aku mohon jangan berbicara terlalu keras lagi.” Jodha menutup kedua telinganya dan air mata yang membanjiri pipi mulusnya itu.
“Jodha, kita sudah terlalu banyak bertengkar, mengertilah aku tidak ingin kita mempermasalahkan hal yang tidak jelas. Kemarin malam, aku memang mabuk dan pulang larut, tapi aku tidak melakukan apa-apa Jodha. Aku hanya minum sedikit dan aku juga masih mengingat segala yang telah terjadi.” Jalal mulai berbicara dengan lembut dan mengelus rambut Jodha.
“Tapi foto-foto itu bagaimana Jalal? Apa mungkin itu hanya rekayasa saja?”
“Foto apa Jodha?”
“Pergilah ke kamar dan carilah amplop besar yang ada di lemari pakaianku. Kau akan mengerti apa yang aku katakan ini.”
“Kau juga harus ikut bersamaku. Aku tidak ingin kau tidur di kamar pembantu ini lagi.”
Jalal menuntun Jodha dan membawanya menuju kamar. Jodha mengambil sebuah amplop berukuran besar dari dalam lemarinya dan memberikannya pada Jalal.
“Jalal... Kau lihatlah apa isi amplop itu. Kau akan mengerti kenapa aku bersikap dingin padamu. Tapi aku mohon, kau jangan berbohong padaku.”
Jalal langsung mengambil amplop itu dari tangan Jodha dan melihat beberapa foto dirinya dan seorang wanita yang tengah tidur bersama dalam suatu ruangan. Jalal menggeleng tidak percaya dengan foto dirinya yang ada dalam foto.
“Jadi..... Kau percaya kalau ini aku Jodha? Aku mohon percaya padaku, aku tidak melakukan hal seperti ini. Kau harus percaya akan hal itu. Aku ini suamimu kan?” tanya Jalal yang hanya di balas anggukan lemah oleh Jodha.
“Ini bukan diriku Jodha. Aku tidak pernah merasa melakukan hal seperti ini. Jangan percaya pada hal ini.” Jalal melihat Jodha yang menatapnya dengan tatapan ragu, lalu kemudian Jalal mendekap Jodha dalam pelukannya untuk memantapkan Jodha, bahwa dirinya tidak pernah melakukan itu, dan hanya Jodhalah satu-satunya orang yang ingin selalu ada dalam setiap hidupnya.
“Jalal.....” Kata Jodha lirih sambil membalas dekapan Jalal.
“Kau percaya padaku kan?” tanya Jalal pada Jodha.
“Percaya atau tidak percaya, aku akan tetap percaya padamu. Kau suamiku. Aku tdk perduli seberapa banyak kau melukaiku, aku akan tetap percaya padamu. Aku tau kau tidak mungkin melakukan itu.”
“Aku ingin bertanya satu padamu Jodha, apa kau..... Apa kau... Mulai mencintaiku?”
“Aku tidak tau Jalal, apakah ini Cinta atau tidak jika setiap kali aku hanya merasakan luka saja? Apakah cinta memang terluka seperti ini, Jalal?”
“Jodha tidak perduli kau mencintaiku atau tidak yang jelas aku akan tetap berusaha menjadi suami terbaik untukmu. Maafkan aku, telah berkata keras padamu. Aku hanya merasa marah padamu, karna kau bersikap dingin padaku.”
Jalal membawa Jodha duduk di atas tempat tidur. Lalu Jalal mengganti pakaiannya dgn baju tidur yg tlh di siapkan Jodha di atas meja rias. Jodha datang pd Jalal dan memeluknya dari belakang. Jalal terkejut namun juga senang.
“Jalal.... Apa aku boleh meminta sesuatu padamu?” tanya Jodha pelan.
“Kau ingin meminta apa Jodha. Aku akan memenuhi permintaanmu itu. Tapi kau juga akan memenuhi permintaanku nanti. Bagaimana?”
“Jadi, kau juga ingin meminta sesuatu? Kalau begitu kau katakan saja dulu permintaanmu itu. Tapi, jangan yg membuatku aneh ya?” kata Jodha sambil melepaskan pelukannya pada Jalal.
Jalal berbalik menghadap Jodha dan memeluk pinggang Jodha dgn posesif. Jodha hanya menunduk tersipu tidak berani menatap mata Jalal yg seperti menginginkan sesuatu yg lebih darinya.
“Jal....” tiba-tiba saja ucapan Jodha terpotong karna Jalal tlh mendaratkan sebuah ciuman mesra di bibir ranum Jodha. Kali ini tidak ada penolakan dari Jodha, dia malah seperti menikmati ciuman dari Jalal itu. Melihat Jodha yg sepertinya tdk akan menolak untuk hal yg selanjut nya, Jalal segera membopong tubuh Jodha ke atas tempat tidur dan membaringkannya di sana.
Tit.... Tit..... Tit.....
Telephone Jalal berdering berulang kali, Jalal lalu mengambil telephone dan mengangkat panggilan dari ponsel sebrang. Jodha ikut-ikutan duduk di samping Jalal dan mendengarkan ucapan Jalal dgn si penelepon.
“Iya Ruqayah, aku pasti akan segera memberimu keponakan. Kau bersabarlah!” kata Jalal sambil tersenyum nakal ke arah Jodha.
“Tapi kapan Jalal? Ibumu juga sudah tdk sabar lg menunggu cucu dari mu. Ayolah secepatnya buatkan keponakan kecil untukku.” kata Ruqayah yang seperti anak kecil merengek pada Jalal dari ujung ponselnya sana.
“Bukankah kau sudah punya Rahim yg sangat menggemaskan itu? ku rasa dia sudah cukup kan untuk teman bermain mu?”
“Rahim sudah besar Jalal, aku tdk ingin bermain dgn anak yg sudah besar. Aku ingin bermain dgn anak bayi.”
“Kalau begitu, kau harus menikah. Baru kau akan mendapatkan seorang bayi.”
Jodha memalingkan wajahnya dari Jalal karna merasa tdk di perdulikan. Jalal melihat raut wajah Jodha yg kesal lalu menolehkan wajah Jodha agar kembali menatapnya. Jalal mulai berbicara dengan lembut.
“Ruqayah, sudah larut. Aku dan istri ku akan tidur.” kata Jalal sambil memutus pembicaraan dalam telepon. Jodha yang sedang kesal tidak ingin memandang ke arah Jalal. Jodha tampak memanyunkan bibirnya seperti anak kecil yang permintaannya tidak di turuti.
“Kau kenapa Jodha? Tadi itu adalah sepupuku. Dia adalah Ruqayah, kami sudah kenal sejak kecil, kami juga selalu bermain bersama setiap hari. Kau tidak perlu cemburu padanya.” Jalal menyenderkan kepalanya di samping bahu Jodha.
“Aku tidak cemburu. Aku hanya kesal saja kalau kau lebih mementingkan sepupumu itu dari pada aku.”
“Itu sama saja kau cemburu Jodha. Apa kau ingin tau apa yang kami bicarakan tadi? Dia meminta keponakan kecil padaku, lalu aku bilang kau menikah saja dan setelah itu kau akan mendapatkan seorang bayi mungil.”
“Iya itu jawaban yang sangat bagus sekali. Bahkan kalau kau mau kita bisa mengadopsi seorang anak untuk menjadi anak kita.”
“Adopsi? Kenapa kita tidak membuatnya saja sendiri. Bukankah itu lebih baik dari pada mengadopsi?”
“Kalau kita mengadopsi bayi, aku tidak perlu melahirkan. Kau iya enak yang membuatnya, lalu bagaimana denganku yang akan mengandung dan melahirkan mereka?”
Jalal tersenyum lalu membalikkan tubuh Jodha menghadapnya. “Kau tidak perlu khawatir akan hal itu, aku akan tetap berada di sampingmu ketika kau melahirkan anak kita nanti.” Jalal mencium habis wajah Jodha lalu turun menuju leher jenjang istrinya. Jodha mendesah merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Tangan Jalal mulai bergerilya kesana kemari menelusuri setiap lekuk tubuh Jodha yang sexy. Jodha membaringkan tubuhnya perlahan di atas bantal dan disusul oleh Jalal yang menindih tubuh mungilnya itu.
Belum puas dengan aksinya Jalal segera menuju bibir ranum Jodha dan melumatnya perlahan. Tapi kelihatannya Jodha enggan membuka mulutnya, Jalal tidak kehabisan ide dan langsung menekan pipi Jodha agar mulutnya sedikit terbuka. Jodha hanya pasrah dan membiarkan lidah Jalal masuk dan menautkan lidah dengan lidah Jodha.
Setelah beberapa menit mereka masih dalam aksi seperti itu, Jodha merasa sangat kehabisan oksigen dan mendorong tubuh Jalal kuat. Jodha duduk sambil melepaskan tangan Jalal yang merangkul pinggangnya. Nafasnya benar-benar tidak beraturan dan sangat tersenggal. Untungnya tadi Jodha berhasil mendorong tubuh Jalal menjauhi nya, kalau tidak mungkin dirinya akan pinsan karna kehabisan banyak oksigen.
Jalal juga ikut terduduk dan membawa rambut Jodha ke arah depan. Tubuh Jodha serasa ingin terbang ketika Jalal menciumi tengkuk belakangnya sambil sesekali merasakan lidah Jalal yang bergerilya mondar mandir disana. Apalagi dengan kumis Jalal yang aneh itu, serasa ingin sekali Jodha memotongnya saat itu juga.
“Jalal.... Tidak bisakah kau berhenti sebentar. Aku harus menelepon Shivani dan menanyakan apakah dia jadi datang kesini atau tidak.” Kata Jodha mencoba menghindari dari Jalal yang mulai ganas melumat dan menggigit daun telinganya itu.
Jodha berbalik dan menatap Jalal penuh harapan. “Jalal..... Setidaknya izinkanlah aku menelepon Shivani sebentar saja. Aku ingin bertanya apakah dia akan benar-benar datang atau tidak.”
Jalal malah tidak menghiraukan perkataan Jodha dan mulai menelusuri bagian pundak Jodha dan menurunkan sedikit saja baju tidur Jodha. Bulir-bulir keringat pun mengucur deras dari kedua insan yang tengah dimabuk cinta itu. Jalal sudah mulai menarik tali piyama Jodha, tapi tiba-tiba Jodha menghentikannya dan berkata dengan nada lembut.
“Jalal, aku belum siap untuk melangkah ke arah yang lebih jauh lagi.”
Jalal menatap mata Jodha yang sangat berharap penuh padanya. Dia mencoba membendung hasratnya yang ingin segera tersalurkan itu. “Baiklah untuk saat ini kau bebas, tapi untuk lain kali, aku tidak bisa menjamin akan hal itu.”
“Kau tidak marah padaku, kan?” tanya Jodha yang langsung menatap ke arah manik mata hitam milik suaminya itu.
“Sudah jangan membahas itu lagi. Aku bisa mengerti dengan dirimu. Aku tau ini hanya akan terjadi sekali dalam hidupmu. Dan aku tidak ingin memaksamu jika kau tidak menginginkannya.”
Jodha mengangguk lalu tidur di dada bidang Jalal sebagai bantalnya. Jodha sudah sangat terlelap dalam tidurnya, tapi Jalal masih juga belum bisa memejamkan matanya. Dia sedang memikirkan tentang siapa dalang dari foto palsu itu, ia benar- benar tidak pernah melakukan hal seperti itu pada wanita sebelumnya.
Jalal mencium ujung kepala Jodha lembut sambil mengucapkan kata-kata pada sosok tubuh yg ada dlm dekapannya itu.”Jodha... Aku berjanji padamu akan mencari tau tentang siapa sebenarnya dalang dari foto itu. Aku tdk ingin melihatmu menangis lagi. Kau sudah terlalu banyak menangis untukku. Sebenarnya siapa yang ingin menghancurkan rumah tangga kita? Apa mungkin dia kekasihmu dulu yang ingin merebutmu dari ku?”
Keesokan hari nya, Jodha terbangun lebih awal dari Jalal, ia memindahkan tangan Jalal yang memeluk pinggang nya lalu pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan pagi seperti biasa nya sebelum Jalal berangkat ke kantor nya.
“Aku harap dia tidak akan mengingat kejadian semalam ketika aku menolak nya. Aku akan membuat makanan special untuk nya agar dia tidak marah padaku.” kata Jodha sambil bersemangat memasak makanan untuk Jalal.
“Sudah ku bilang aku tidak marah pada mu. Kau jangan berkata seperti itu terus. Atau kau ingin melihat ku marah di pagi buta seperti ini hemm....?” Kata Jalal tiba-tiba yang datang langsung menyahut perkataan Jodha tadi.
“Kau cepat sekali hari ini. Owh iya, kau duduk lah dulu, aku akan membuatkan makanan untuk mu. Kau jangan mengganggu ku ya, nanti masakan ku akan jadi berantakan.”
“Aku hanya ingin melihat mu memasak saja. Apa itu pun tidak boleh?”
“Hah... Aku benar-benar selalu kalah berdebat dengan mu. Kau tau Jalal, hari ini aku sangat bahagia sekali.”
“Kenapa kau bahagia? Seharus nya kau juga merasa kecewa karna malam pertama kita tidak terjadi. Tapi kau malah bahagia.”
“Jalal.... Aku ingin meminta satu permintaan pada mu, tapi kau jangan marah dulu sebelum aku menyelesaikan kata-kata ku.”
“Tentu saja. Apa permintaan mu itu. Tapi setidak nya, siapkan dulu makanan untuk ku. Aku akan duduk manis menunggu sarapan pagi ku di meja makan.”
“Owh baiklah... Aku akan segera menyiapkan masakan ku.” kata Jodha seraya tersenyum pada Jalal. Jalal membalas senyum Jodha lalu melangkah ke meja makan.
“Aku harap dia akan mengabulkan permintaan ku.” kata Jodha sambil membawa masakan nya dan menghidang kan nya di atas meja makan.
“Wah kelihatan nya enak sekali. Aku pasti akan menyantap nya sampai habis tak tersisa sedikit pun.” Jodha mengambil beberapa centong nasi dan menaruh juga beberapa lauk pauk serta sayur mayur di atas piring Jalal.
“Kau tidak makan Jodha? Nanti kau lapar.” Jalal menyendok kan sesendok nasi ke arah Jodha lalu berkata”Ayo makan, bukankah aku selalu berkata pada mu, kalau kau tidak makan, maka aku tidak akan pergi ke kantor.” Mendengar ucapan Jalal, Jodha lalu membuka mulut nya dan melahap makanan nya dengan perlahan. Jodha bingung, apakah ia harus mengatakan permintaan nya itu pada Jalal?
“Bagaimana, kau memasak sangat enak kan? Aku pikir tidak ada yang dapat menandingi masakan mu ini. Aku saja ingin menambah nya lagi. Tapi aku harus segera berangkat ke kantor. Kau tidak apa-apa kan kalau aku tinggal?” tanya Jalal yang memperhatikan Jodha sedari tadi hanya terdiam memperhatikan nya.
“Jodha.... Kau kenapa menatap ku seperti itu? Aku tidak sedang memarahi mu. Jadi kau tidak perlu takut padaku. Owh iya, tadi kau bilang ingin meminta suatu permintaan. Katakan padaku, apa permintaan mu itu?”
Jodha malah terlihat ragu ingin mengatakan permintaan nya tadi. Dia tidak ingin membuat Jalal marah. Tapi, ia juga tidak mungkin tdk menuruti permintaan Surya yg ingin bertemu dengan nya. Surya sudah sangat jauh-jauh datang hanya ingin bertemu dgn nya.
“Jalal.... Aku... Sebenar nya tdk enak mengatakan ini. Tapi, aku juga tdk bisa mengacuhkan hal ini.”
“Jodha..... Sebenar nya apa permintaan mu itu? Kau terlihat tdk seperti biasa nya. Apa permintaan mu nanti akan menyulitkan ku?”
“Entahlah Jalal, tapi aku mohon jangan marah padaku karna hal ini. Aku ingin kau mengabulkan permintaan ku. Sekali ini saja, setelah itu aku juga akan mengabulkan satu permintaan mu.”
“Ya baiklah. Sekarang katakan padaku, apa permintaan mu istri ku?” tanya Jalal dgn manis sambil menangkupkan kedua tangan nya di wajah Jodha.
“Berjanjilah kau tdk akan marah padaku?” Jodha memberikan jari kelingking nya & di sambut oleh Jalal yg mengaitkan jari kelingking nya dgn jari Jodha.
“Surya....” Jodha merasa takut untuk mengatakan hal itu pada Jalal, apalagi setelah melihat ekspresi Jalal yg terlihat tdk suka mendengar Jodha mengatakan nama pria itu.
“Aku belum mengatakan apa-apa saja kau sudah kesal. Bagaimana kau akan menepati janji mu itu?” tanya Jodha mengalihkan pandangan nya menatap lekat pada manik hitam mata Jalal.
“Kenapa membicarakan nya Jodha. Aku tdk ingin mendengar nama nya lagi.”
“Jalal ..... Surya ingin bertemu dengan ku. Dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting padaku. Dia sudah berada di rumah saudara nya untuk saat ini. Dia....” tiba-tiba saja Jodha menghentikan kata-kata nya begitu melihat raut wajah Jalal yang sangat menakutkan, apalagi mata elang nya yg selalu menjadi ciri khas Jalal saat akan terjadi amukan-amukan hebat dari nya.
“Dia apa Jodha? Kenapa kau berhenti berbicara... Lanjutkan saja permintaan mu itu. Aku tau kau tdk pernah mencintai ku, & aku juga mulai sadar bahwa cinta mu pd kekasih lama mu itu sangat dlm & tdk bisa di pisahkan lg. Tapi aku mencoba untuk mencintai mu dan menjadi suami yg terbaik bagimu.” Ucap Jalal mencoba tenang.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
--NEXT—
Aduh.... Udah bahagianya rumah tangga mereka jadi ingin hancur lagi :(
ReplyDeleteLanjutin mbak moga aja part berikutnya membuat mereka menjadi akrab lagi^_^