Versi asli Bag. 35 - 37
By: Viona Fitri
“Jalal.... Aku tidak bermaksud ingin menyakiti mu. Aku juga tidak akan pergi menemui Surya kalau kau tidak mengizinkan nya. Tapi aku mohon pada mu, coba kau pikirkan lagi akan hal ini. Surya telah jauh-jauh datang dari London hanya karna ingin bertemu dengan ku. Dia meninggalkan tugas nya hanya karna aku. Tidak bisakah kau mengizinkan aku bertemu dengan nya? Aku berjanji, tidak akan pulang terlalu lama.” kata Jodha dengan wajah memelas, berharap permintaan nya akan dikabulkan oleh suami nya itu.
Jalal mencoba mencerna kata-kata Jodha barusan. Dia tidak mungkin membuat Jodha kecewa seandai nya dia tidak mengizinkan nya untuk bertemu dengan Surya. Tapi, kalau Jalal mengizinkan nya, maka hati nya yang akan terluka, karna harus merelakan istri nya begitu dekat dengan pria lain.
“Jodha aku sebenar nya tidak ingin membuat mu kecewa. Tapi, kau selalu saja yang membuat ku kecewa. Aku telah memutuskan kalau kau boleh menemui Surya, asal kan aku ikut dengan mu. Bagaimana?”
Jodha mengangguk cepat lalu mencium pipi Jalal singkat. Sementara Jalal hanya tersenyum hambar ke arah Jodha. Terlihat sekali di wajah Jodha kalau dia sangat bahagia akan bertemu dengan Surya. Bagaimana tidak hati nya merasakan luka lagi karna pria itu.
“Jalal.... Kau baik sekali. Aku tidak masalah kau akan ikut dengan ku, tapi aku sangat senang kau mengizinkan ku untuk bertemu dengan nya.”
“Aku melakukan ini untuk mu Jodha. Kelihatan nya kau senang sekali akan bertemu dengan nya? Atau kau masih mempunyai perasaan pada nya?”
“Jalal, aku tidak ingin membahas masalah ini lebih panjang lagi. Ya, dulu aku memang pernah mempunyai perasaan pada nya. Aku juga dulu pernah berharap kalau dia lah yang akan menjadi suami ku. Tapi takdir berkata lain, kau yang telah di utus dewa untuk menjadi suami ku. Kalaupun aku masih menyimpan perasaan pada nya, kami tidak akan pernah hidup bersama. Karna selama nya aku akan menjadi istri mu, dan begitu pun kau, Jalal... Hanya kau yang akan menjadi suami ku.”
“Sekarang aku tau Jodha. Sebenar nya kau tidak ingin kita menikah dan hidup bersamakan? Kau selalu saja lebih mementingkan pria itu dari pada suami mu sendiri. Bahkan kita juga pernah bertengkar, hanya karna mempermasalahkan Surya.” Jalal langsung menghentikan perkataan nya dan berpaling dari Jodha. Setitik air bening jatuh dari mata nya. Ia benar-benar sakit untuk menerima kenyataan yang ada. Mungkin, tidak akan pernah ada seorang suami yang akan rela membiarkan istri nya bertemu dengan pria lain selain diri nya. Itulah yang menjadi beban terbesar dalam hidup nya ketika harus menikah dengan orang yang tidak mempunyai cinta untuk seorang suami seperti nya.
Jodha berjalan ke arah Jalal dan melihat air mata nya. Dia tidak bermaksud untuk menyakiti Jalal, tapi Jalal menurut nya terlalu mengekang diri nya untuk tetap di dalam rumah saja.
“Jalal.... Kalau kau tidak ingin aku menemui Surya tidak apa-apa. Aku mengerti kau sangat merasakan sakit karna hal ini. Kita memang mempunyai awal yang buruk dalam pernikahan, tapi aku yakin, pernikahan kita akan bahagia pada saat nya. Seorang wanita dilarang untuk mencintai pria lain ketika mereka sudah bersuami. Mereka juga tidak di perbolehkan keluar rumah tanpa izin dari suami nya, jadi aku tidak memaksa agar kau mengizinkan ku untuk menemui Surya.” Jodha berkata dalam nada yang lirih sambil menghapus air mata Jalal.
“Kau tidak perlu menangis akan hal ini. Aku sangat mengerti kau perduli pada ku. Kau tidak ingin membiarkan ku terluka jika aku keluar rumah tanpa diri mu. Aku telah berdosa karna membuat suami ku menangis, aku mohon jangan menangis lagi.” Tanpa sadar, air mata Jodha sudah mengalir dari sudut mata nya. Seharus nya, ia tidak perlu mempermasalahkan tentang Surya yang ingin bertemu dengan nya. Jodha harus sadar, kalau saat ini, dia sudah menjadi seorang wanita yang bersuami.
“Jodha.... Aku tidak merasa terpaksa menerima permintaan mu. Kau jangan menangis karna ku!” Jalal berdiri, lalu membawa Jodha terduduk di kursi nya semula.
“Aku hari ini tdk akan pergi ke kantor Jodha. Aku akan menemani istri ku bertemu kekasih lama nya dulu. Kau akan mengenalkan suami mu ini pada nya kan?”
“Jalal.... Aku tlh berdosa membuat suami ku menangis. Aku harus bagaimana Jalal?”
“Kau hanya perlu ada di samping ku setiap saat. Ketika nanti kita bertemu dengan Surya, kau tdk boleh mencuri pandang dengan nya. Kau juga di larang keras untuk bersentuhan dgn nya, aku yg akan menjadi alarm mu saat itu.” kata Jalal seraya memeluk Jodha dlm dekapan nya. Seakan hati nya mendapatkan kedamaian begitu memeluk gadis yg dulu sangat di benci nya itu. Jodha menangis di dada bidang Jalal sambil berkata dgn tersenggal “Jalal... Aku tidak ingin kita bertengkar lagi. Sudah cukup silih berganti permasalahan yg ada dalam rudah tangga kita. Aku akan berusaha menjadi istri yang patuh pada suami nya.” kata Jodha dalam isak nya.
Jalal melepaskan dekapan nya pada Jodha. Menghapus air mata yang membuat cahaya dari wajah nya menghilang. “Aku tau itu Jodha.” kata Jalal seraya menempelkan kening nya dengan kening Jodha. Nafas nya mereka saling bertukar satu sama lain, hidung mancung mereka saling bergesekan dan menyebarkan kehangatan dalam setiap tubuh nya. “Jalal.... Aku punya satu permintaan lagi pada mu. Apa kau mau mendengar permintaan ku ini?” tanya Jodha lembut. Jalal hanya mengangguk setuju lalu mencium pipi mulus Jodha lembut. Jodha memalingkan wajah nya dari Jalal, kemudian nya meminta nya untuk tidak melakukan hal itu sebelum Jodha mengatakan permintaan nya. “Jalal... Shivani akan datang kemari besok. Dia sangat merindukan ku. Dia ingin tinggal di sini untuk beberapa hari saja. Apa kau mengizinkan nya Jalal?”
“Kenapa tidak Jodha? Dia adalah adik mu, dan sekarang dia juga menjadi adik ku. Jadi dia bebas datang kesini kapan pun dia mau. Bahkan dia juga bisa tinggal di sini untuk selama nya.”
“Tapi.... Selama Shivani menginap di sini, dia akan tidur dengan ku. Dia bilang, sudah sangat lama sekali kami tidak tidur bersama dan bercerita bersama.”
“Apa? Tidur bersama mu? Kenapa bisa begitu Jodha, kau kan sudah bersuami, jadi kau harus tidur dengan suami mu. Kalau begitu, kapan kita bisa menjalankan tugas dari Ammijan dan Ruqayah?”
“Iya baiklah, aku akan memberi Shivani pengertian untuk memaklumi hal itu. Tapi... Tidak bisakah aku tidur dengan nya sekali saja Jalal? Aku juga sangat merindukan adik ku itu.”
“Sekali saja, baiklah sekali saja. Aku perbolehkan. Tapi... Kau berjanji kan, akan memenuhi satu permintaan ku?”
“Kau tidak perlu khawatir akan hal itu, aku pasti akan memenuhi nya. Tapi ngomong-ngomong, kau ingin meminta apa dari ku?”
“Kenapa kau bertanya lagi Jodha? Tentu saja aku ingin kau menjalankan tugas mu sebagai seorang istri. Bagaimana? Kau setuju kan?” tanya Jalal sambil menatap Nakal ke arah Jodha.
“Apakah itu tidak terlalu cepat Jalal? Kita kan baru sebulan menikah. Aku tidak ingin kita cepat-cepat punya momongan.”
“Hah.... Kau ini susah sekali untuk di ajak membuat seorang bayi. Apa kau ingin melihat suami mu ini mencari hiburan di luar sana bersama wanita-wanita seksi?”
“Tidak.... Kalau kau sampai melakukan hal itu, maka aku akan pergi meninggalkan mu. Aku tidak akan mau lagi seatap dengan pria seperti itu. Jalal... Kau jangan membuat ku mengingat foto itu lagi, aku tidak ingin mengingat nya.”
“Ya berarti kalau begitu kau harus mau melakukan nya. Aku juga tidak sabar di panggil dengan sebutan ayah oleh anak-anak ku nanti.”
“Kalau aku menjadi seorang ibu, maka aku akan sering bermain dengan mereka. Aku senang sekali bermain dengan anak kecil.” kata Jodha sambil membayang kan seorang anak kecil yang berlari ke arah nya dan memanggil nya dengan sebutan ibu.
Jalal mendekat ke arah Jodha, kemudian sedikit memiringkan kepala nya mencium bibir merah Jodha bak kelopak mawar itu. “Ummh...” terdengar desahan kecil dari mulut Jodha begitu Jalal menyumpalkan bibir nya ke bibir Jodha.
Tangan Jodha memegang tengkuk Jalal seakan tidak ingin membiarkan Jalal melepaskan ciuman yang bergairah itu. Jodha sedikit membuka mulut nya dan membiarkan lidah nya dan lidah Jalal saling bertautan disana. Jalal semakin bersemangat begitu melihat respon dari Jodha yang sangat aktif pada nya. Dia mulai menyusuri setiap lekuk tubuh Jodha dan membiarkan sejenak tangan nya menempel di atas pangkuan paha Jodha.
Jodha merasa geli, dan memindahkan tangan Jalal dari sana. Jodha menatap Jalal dengan tatapan bergairah dan menginginkan hal yang lebih dari itu. Jalal segera membopong tubuh Jodha dan membawa nya menyusuri tangga menuju kamar mereka.
Jalal membaringkan Jodha di atas tempat tidur, lalu menindih tubuh nya. Jodha sama sekali tidak bisa bergerak sedikit pun. Dia menutup mata nya merasakan sesuatu yang membuat darah nya mendesir, ketika Jalal mulai menelusuri seluruh tubuh nya yang masih terbungkus dengan pakaian itu.
Jalal sudah tidak bisa membendung lagi hasrat dalam diri nya yang selama ini ingin segera tersalurkan. Tapi, mengingat kata-kata Jodha yang belum ingin terlalu cepat punya momongan, Jalal mencobat meredakan hasrat nya perlahan. Dia hanya menurunkan sedikit baju Jodha, lalu mencium pundak nya yang putih mulus itu. Jodha sudah sangat terangsang dengan aksi-aksi Jalal barusan, ia menarik kuat sperei tempat tidur mereka dan merasakan kehangat setiap sentuhan yang Jalal berikan pada nya.
Jodha melihat Jalal yang mulai mencoba meredam hasrat nya. Jodha seperti tau apa yang menjadi pikiran Jalal saat itu. Jodha menarik wajah Jalal menghadap dengan nya , lalu mencium bibir seksi Jalal yang sangat menggairahkan. Jodha mulai membuka kancing kemeja Jalal perlahan, namun tiba-tiba Jalal menghentikan nya dan duduk di tempat tidur. Jalal melihat keringat yang mengalir di sekitar tubuh Jodha.
“Seorang suami tidak berhak memaksakan kehendak nya pada istri nya meskipun mereka telah menikah. Aku tidak ingin memaksa mu, kau tidak boleh melakukan nya Jodha, kalau kau tidak menginginkan nya.” kata Jalal sambil mengancing kembali kancing baju nya yang sempat Jodha buka tadi.
“Seperti nya saat ini kau yang mencoba menghindar dari ku Jalal. Tapi tidak apa-apa, karna kau telah mengingatkan ku.” kata Jodha dengan ekspresi kesal lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, tanpa menghiraukan tatapan Jalal yang menatap nya tidak mengerti. “Jodha-Jodha, kemarin kau yang tidak ingin melakukan nya, sekarang kau malah marah pada ku karna aku menolak nya.” kata Jalal pada diri nya sendiri.
Jodha keluar dari kamar mandi dan melihat kesekeliling kamar. Tidak ada sosok Jalal disana. Jodha segera turun ke lantai bawah dan mencari Jalal ke segala ruangan, namun tidak mendapatkan nya juga. Jodha akhir nya terduduk di sofa ruang tamu dengan wajah cemberut. Tidak beberapa lama kemudian, sepasang tangan kekar membekap mulut nya sambil tertawa cekikikan. “Ternyata kau, ku kira kau sudah pergi dan mencari wanita penghibur di luar sana.”
Jalal duduk di samping Jodha sambil menggenggam tangan nya. “Kau marah pada ku?” tanya Jalal sangat lembut pada Jodha.
“Aku tidak marah pada mu. Aku hanya kesal saja, ternyata kau....” kata-kata Jodha terhenti sejenak, ketika mendengar bunyi bel dari pintu depan. Jodha bangkit dan membukakan pintu untuk sang tamu. Seorang wanita cantik, tengah berdiri di hadapan nya dengan senyuman yang mengembang, mencangking tas nya dan sebuah amplop besar berada dalam dekapan nya. Jodha mempersilahkan wanita itu masuk ke dalam rumah nya.
“Silahkan duduk nona” kata Jodha ramah pada wanita itu. Jalal terlihat begitu gembira dengan kedatangan wanita itu yang tak lain adalah Benazir. “Benazir, apa kabar? Bagaimana kau bisa tau dimana rumah ku? Bukankah aku belum pernah mengatakan nya pada mu?” tanya Jalal pada wanita yang tengah duduk manis di hadapan nya. Sementara Jodha terlihat tidak suka dengan kehadiran wanita itu yang langsung mengalihkan pandangan Jalal dari nya. “Jalal... Aku permisi dulu, aku akan membuatkan kalian berdua minuman.” kata Jodha sambil berlalu dari sana.
“Aku baik-baik saja Jalal. Aku pikir kau adalah orang yang sangat terkenal di India ini, jadi mana mungkin ada orang yang tidak mengetahui alamat rumah mu. Owh ya, tadi itu istri mu?” tanya Benazir di sertai senyuman nya yang ia buat semanis mungkin pada Jalal.
“Iya kau benar sekali. Bagaimana menurut mu, dia sangat canti bukan?”
“Iya dia sangat cantik sekali. Kalian berdua benar-benar terlihat pasangan yang sangat cocok sekali.” kata Benazir berpura-pura mendukung pernikahan Jalal dengan Jodha. Padahal yang ada di hati nya saat itu, ia harus memisahkan hubungan Jalal dan Jodha, karna ia benar-benar sangat ingin hidup bersama Jalal selama nya. Tapi ternyata takdir tidak mengizinkan mereka untuk bersatu. Benazir merasa kesal mengingat banyak hal yang pernah mereka lewati bersama dulu semasa kanak-kanak.
Jodha kemudian datang sambil membawa nampan berisi 2 gelas minuman jus segar untuk Jalal dan Benazir. “Silahkan di minum nona.” kata Jodha menawarkan segelas minuman jus segar pada Benazir. Benazir hanya mengangguk lalu meminum sedikit minuman yang telah di persiapkan untuk nya.
“Jodha, kenalkan dia adalah Benaziar. Dia adalah teman masa kecil ku dan Ruqayah. Kami sering menghabiskan waktu bersama hanya untuk bermain saja.”
“Aku Jodha. Senang bertemu dengan anda.” kata Jodha memperkenalkan diri. “Aku Benazir, teman masa kecil Jalal. Aku sangat senang bertemu dengan anda. Senang bisa melihat kalian berbahagia. Owh iya, boleh aku menumpang kamar kecil sebentar?”
“Tentu saja Benazir. Kau berjalanlah lurus menuju dapur. Setelah itu kau akan perlu berjalan sedikit berbelok ke arah kiri. Di sana ada sebuah kamar kecil.” kata Jalal memberi petunjuk pada Benazir. Kemudian Benazir berlalu dari sana dan menatap Jodha dengan tatapan yang sangat sulit di arti kan.
“Dia sangat cantik kan Jodha? Bagaimana menurut mu?” tanya Jalal yg langsung membuat mata Jodha membulat besar mendengar perkataan Jalal. “Iya benar Jalal. Dia sangat cantik sekali. Lalu kenapa kau tdk menikah saja dengan nya? Bukankah itu lebih baik. Apalagi, kalian sudah saling mengenal sebelum nya. Aku rasa, rumah tangga kalian akan hidup dgn rukun dan damai. Kau akan menjadi suami terbaik untuk nya, dan dia juga akan menjadi istri yang terbaik untuk mu.” kata Jodha berpura-pura tersenyum saat mengatakan hal itu. Padahal di hati nya, ia ingin sekali memarahi Jalal karna berani berkata seperti itu selain pada diri nya. “Bukan itu saja Jodha, aku juga akan mempunyai banyak anak yg sangat menggemaskan dan sangat lucu. Tdk akan ada pertengkaran dalam rumah tangga kami nanti. Dan yang paling penting..... Dia bisa menjadi istri yg patuh pada suami nya.”
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
--NEXT—
Jalal nih sudah tau kalo jodha lagi sakit hati malah ditambahin.....
ReplyDeleteLanjutin mbak ceritanya!!!