Written by Samanika
Translate by ChusNiAnTi
Waktu terus berlalu dan istirahat makan siang tiba. Jodha bangkit dari mejanya dan menuju meja Salima, dimana disana sudah Ruqaiyya. Ketiga perempuan itu duduk bersama dan membuka tiffins mereka.
Salima: “Aku punya paneer ki subzi hari ini. Apa yang kalian bawa?”
Ruqaiyya: “Aku punya nasi goreng dan Manchuria.”
Jodha: “Aku punya pasta!”
Mereka saling berbagi. Tiffin Jalal akan datang dari rumah setiap hari. Dia akan makan empat macam hidangan, lengkap dengan sup, hidangan pembuka, hidangan utama, hidangan penutup dan juga minuman seperti chhaas, sharbat, atau apapun. Tapi karena hari ini ia berencana untuk pergi berkencan dengan Benazir, maka ia meminta Ammijaan untuk tidak mengirim makanan untuknya. Sekarang, dia istirahat tanpa makan siang, karena Benazir telah membatalkan rencananya.
Jalal datang ke meja Salima, dimana ia melihat tiga wanita sedang mengobrol.
Jalal: “Apa yang kalian bicarakan? Dapatkah aku bergabung dengan kalian?”
Salima: “Oh Pak, silahkan duduk.”
Jalal duduk dan menatap makanan mereka, ia merasa lapar, tetapi ia tidak menunjukkannya.
Jodha (untuk dirinya): Dasar Jallad! Dia bahkan tidak ingin kami menikmati makan siang!”
Salima: “Pak, mengapa Anda tidak makan siang?”
Jalal: “um... Aku tidak membawa makan siang hari ini. Aku harus keluar untuk makan siang tapi rencanaku telah dibatalkan. Aku memsesan makan siang dari kantin kantor, tetapi belum datang.”
Mendengar ini, Jodha merasa kasihan. Jalal tampak benar-benar lapar.
Jodha (untuk dirinya): “Oh, jadi ia benar-benar harus Makan Siang! Dia sebenarnya menolak tiffin makan siang dari rumah! Dia tampak begitu lapar!” (untuk Jalal): “Pak Presiden, silahkan mengambil beberapa pasta saya.”
Jalal makan beberapa pasta dari tiffin Jodha. Ini adalah pasta saus putih dengan keju parmesan ditaburkan di atasnya. Jalal sangat menikamatinya.
Jalal: “Wow Jodha! Ini begitu lezat! Siapa yang membuat ini?”
Jodha: “Mama, Pak Presiden. Saya akan memberitahunya bahwa Anda menyukainya.”
Salima dan Ruqaiyya juga metawarkan makanannya untuk Jalal. Jalal begitu menyukai apa yang telah mereka bawa.
Jalal: “Makanan yang kalian bawa benar-benar awesome! Aku sangat menikmatinya! Itu tidak tampak seperti itu dibuat di rumah! Besok, saya pasti akan membawakan makan siang untuk kalian semua!” Makan siang Jalal telah tiba. Ia berbagi makanan dengan mereka.
Akhirnya, istirahat makan siang selesai. Jodha dan Ruqaiyya kembali ke meja mereka. Jalal mengatakan pada Salima sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan dan kembali ke ruangannya.
Jalal: “Wow, saya harus mengatakan bahwa kau benar-benar ingin membantu orang lain, bukankah begitu Jodha? Entah bagaimana, kau melihat bahwa aku sangat lapar dan menawarkan makananmu. Kau benar-benar perhatian! Kau benar-benar serba bisa, Hottie ku!”
Setengah hari berlalu dengan cepat. Jodha sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan padanya, ketika Jalal memanggilnya ke ruangannya, Jodha segera pergi ke ruangannya.
Jalal: “Oh Jodha, Masuklah. Aku punya sesuatu yang mendesak untuk diberitahukan padamu.”
Jodha: “Iya, Bapak Presiden?”
Jalal: “Panggilan konferensi pada hari Jumat ini sukses! American company ingin menandatangani kesepakatan dengan kita!”
Jodha: “Benarkah? Wow!”
Jalal: “Juga, Tracy, wanita yang berbicara denganmu, ingin berbicara padamu melalui telepon untuk menyelesaikan beberapa formalitas yang tersisa. Dia akan menelepon hari ini. Jadi kau harus menginap kembali untuk sementara waktu. Tidak terlalu lama.”
Jodha: “Oke, Pak Presiden. Tapi berapa lama?”
Jalal: “Mungkin sekitar sampai 9 pm. Tetapi tidak lebih dari yang kemarin.”
Jodha: “Baiklah.”
Jodha kemudian kelaur dari ruangan Jalal. Dia adalah sedikit kesal dengan jadwal harus menunggu lagi, tapi ia telah menerima kenyataan bahwa Jalal tidak akan melepaskan dia begitu saja. Jalal, di sisi lain terus menyeringai.
Jalal: “Kau tidak pernah berdebat jika berhubungan dengan pekerjaan. Kau hanya menerima pekerjaan apapun yang telah ku berikan padamu dan kau akan terus seperti itu! Jodha, kau benar-benar berbeda dari semua wanita yang ku kenal! Dan itulah yang membuatmu begitu menarik!”
Jodha: “Apa itu! Ia mengatakannya tanpa ragu-ragu! Aku hanya tidak mengerti bagaimana otaknya bekerja!”
Jodha melanjutkan pekerjaannya sampai sekitar 8 pm. Dia melihat Jalal keluar dari ruangannya. Dia memiliki senyum licik di wajahnya ketika ia memandang Jodha. Jodha yang jengkel membalas senyumnya dengan sinis.
Jalal: “Good bye, Jodha. Lengkapi pekerjaanmu dan kemudian pulanglah!”
Jodha: “Good bye, Pak Presiden.”
Jalal (untuk dirinya dalam cara yang jahat): “Nikmati dirimu secara menyeluruh, Jodha!”
Jodha melanjutkan pekerjaannya. Kantor mulai sepi. Dia mendapat panggilan telepon dari Tracy sekitar pukul 8:30. Ia membahas semua formalitas yang terkait dengan kesepakatan dengannya dan panggilan berakhir pada pukul 9 pm. Jodha berkemas untuk pulang.
Jodha: “Aku pikir aku harus ke kamar mandi sebelum pulang. Tapi aku harus pergi dengan hati-hati, itu melewati pria br*ngs*k itu. Dia mungkin ada di dalam. Jika dia melihatku, mungkin dia akan merendahkanku lagi!”
Jodha berjalan menuju kamar mandi dan menyadari bahwa cahaya di ruangan Adham masih menyala. Ia diam-diam berlalu dari sana dan pergi ke kamar mandi. Setelah dia selesai, dia berjalan dengan cara yang sama ketika ia mendengar suara-suara teredam yang datang dari ruangan Adham. Dia diam-diam berdiri dekat partisi kaca dan mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Dia melihat Benazir dan Adham di ruangan itu.
Adham: “Aku menyesal sayang! Aku tidak bisa menghabiskan cukup waktu denganmu. Aku harus berhati-hati agar tak seorang pun melihat kita!”
Benazir: “Aku tahu bayi. Ada banyak kemungkinan Jalal akan melihat kita.”
Jodha berusaha mendengar apa yang mereka berbicara. Dia melihat Benazir meletakkan tangannya di sekitar leher Adham dan ia terkejut melihat ini.
Benazir: “Aku berharap Jalal tidak tahu bahwa kita bersama-sama.”
Adham: “Ada kesempatan, honey! Dia tidak tahu sama sekali bahwa kita menjalin hubungan dan dia juga tidak tahu bahwa kita memakan sebagian dari pendapatan perusahaan!”
Benazir: “Kau mengatakan itu, Baby!”
Benazir kemudian mendekatkan bibirnya ke bibir Adham dan meraka berbagi ciuman cukup lama. Jodha terkejut keluar melihat ini! (Bayangkan ekspresinya sama seperti ketika dia melihat Benazir membiarkan ular menggigit lidahnya). Dia tidak hanya mendengar bahwa mereka dalam sebuah hubungan, dia juga telah mendengar bahwa mereka juga memakan uang Jalal! Dia tidak tahan untuk melihat atau mendengar apa-apa lagi. Dia bergegas keluar dari sana secepat dia bisa dan keluar dari kantor. Dia naik taksi dan menuju ke rumahnya.
Jodha: “Aku hanya melihat itu? Benazir dan si br*ngs*k berciuman! Dan mereka juga mengatakan bahwa mereka makan uang perusahaan! Oh Tuhan, ini benar-benar buruk! Sekarang apa yang harus aku lakukan dengan informasi ini? Hei Dewi Amba, tolonglah aku!” ....Bersambung ke Chapter 11