
“Jodhaa..” batin Jalal tak percaya..
Jalal bergegas mengejar Jodha kearah hutan, mobilnya dibiarkan begitu saja, karena Jalal sudah tak sabar untuk bertemu belahan jiwanya.. Jalal juga ingin merasakan apa yang istrinya rasakan, suasana dingin dan kegelapan... Tapi sebelum berlari terlalu jauh, Jalal teringat sesuatu, dan menyempatkan diri berhenti sejenak, dia mengirim pesan sms terlebih dahulu pada kedua bodyanguardnya..
Pesan sms Jalal:
“Kalian lapor polisi saja, tentang keberadaan mereka yang mengintai rumah saya dan rumah Amer, setelah itu ke Bhopal, sekarang!”
pesan sms pun terkirim
Balasan sms dari kedua bodyanguardnya:
“Baik Mr. segera!”
Kini Jalal sudah tenang, Sujamal tak akan mengusik keluarga Amernya lagi..
Malam itu cahaya bulan begitu bersinar, yang sebelumnya terhalang awan, tp kini sinarnya hampir menerangi pekatnya malam, Jalal dg leluasa berlari tanpa harus menggunakan penerangan lain, Jalal terus berlari, hatinya begitu sangat merindukan istrinya, senyum dan do'a tak henti2 nya lepas dari bibirnya.. “Ya Khuda, aku begitu bersemangat untuk menemui belahan jiwaku, aku tak sanggup untuk kehilangan dia lagi, selamatkanlah dia, dimana pun dia berada”
Jodha menyalakan senternya, hutan yang tak terlalu gelap karena adanya sinar bulan dilangit hitam, sorot sinarnya menerobos masuk di sela2 pohon2 tinggi menjulang.. Hutan yang ditumbuhi pohon2 tinggi, dan semak belukar yang lebat, sesekali terdengar samar2 suara lolongan anjing dari kejauhan, suara binatang nocturnal yang saling bersahutan, semilir angin yang menusuk.. Angin malam menusuk seluruh persendiannya, tubuhnya mengigigil, tapi tak dirasakannya... sorot sinar bulan yang menembus sela2 pohon2 tinggi tersebut, menambah suasana hangat, Jodha tidak takut sama sekali dg keadaan hutan ini, karena hatinya kini sedikit lega, bisa menyelamatkan keluarganya..
“Aku lega.. untuk saat ini suami dan keluargaku aman.. tapi aku harus segera menemukan kantor polisi, aku yakin kalo Sujamal dan anak buahnya pasti sedang mengejarku” ucap Jodha cemas sambil terus berjalan menyusuri hutan..
Sementara Sujamal kini sudah berdiri wajahnya yang menahan rasa sakit memerah dan meradang, dia menyeret kaki kirinya dan memegang pahanya yang terasa sakit, pisau yang menancap sudah dilepasnya, namun darah segar masih mengalir deras, dia menuju gerbang menemui anak buahnya, disana ada tiga orang pria yang sedang berjaga.. Suryabhan, Jagdev, Pratap...
Sujamal berteriak.. “Heii!! kalian, cepat kemari!!”.. Tiga pria itu pun langsung bergegas menghampiri bos mereka, dan segera membantu bosnya masuk kembali kedalam rumah, lalu mengobati lukanya..
“Apa saja kerja kalian hah!, wanita itu melarikan diri!” bentak Sujamal pada ketiga anak buahnya, dia kini selonjoran sambil diobati lukanya..
“Kami tidak melihat wanita itu lewat gerbang Mr. “ ucap Jagdev serius, Sujamal berpikir keras..
“Aku tau, hutan, kita kejar dia ke hutan, temukan dia, hidup atau mati” geram Sujamal diikuti senyum liciknya.. “Ayo cepaaattt!!!”
Mereka pun bergegas pergi, Sujamal dibantu oleh Pratap, dia terpaksa berjalan masih menyeret kakinya yang sakit..
Jodha tersesat, kehilangan arah, jalan yang dulu pernah dilaluinya kini entah kemana, “Dimana jalan itu? aku tak melihatnya, apa karena belukar2 ini?” gumam Jodha sambil mengedarkan pandangan mencari tanda jalan, tapi memang tak ada..
Jalal terus berlari masuk merasuk kearah hutan, mengedarkan pandangan mencari sosok Jodha.. dia berjalan hanya dg bantuan sinar bulan saja, sesekali pandangannya gelap bila sinar bulan terhalang awan, dan hanya pohon2 tinggi yang bergerak gerak ditiup angin malam..
Sujamal cs sudah memasuki hutan, dan terus berjalan, masing2 memegang senter dan sepucuk pistol.. Senter itu pun digerak2 mencari tanda2 keberadaan Jodha.. Menajamkan penglihatan mereka
Hampir satu jam, Jodha berada dihutan itu, hanya sorot sinar bulan dan senter yang menemaninya, keringat dingin mulai mengalir deras di sekujur tubuhnya, mengelapnya berkali2... Kakinya terasa lelah dan pegal, dan lehernya masih terasa sakit, “Aku tak kuat lagi” gumam Jodha lemah, sambil menjatuhkan diri duduk beralas tanah, menyender di sebuah pohon besar, mendekap sendiri tubuhnya dg kedua tangannya..
Jalal masih terus berjalan, menyingkirkan belukar2 yang menghalanginya dg kedua tangannya.. Penglihatannya terus fokus dan mengedarkan pandangannya mencari2 sosok Jodha, “Jodha.. kau dimana sayang?” batin Jalal khawatir..
Empat pria yang jauh dibelakang Jalal masih terus menggerak gerakkan senter mereka ke daerah2 yang gelap..
Semilir angin berhembus menambah suasan bertambah dingin, membuat semua orang yang ada dihutan tersebut menggigil, Terutama Jodha yang hanya memakai piyama dan sweater, membuat dirinya sangat kedinginan menggigil, dia menggosok2an kedua tangannya satu sama lain mencoba menghangatkan, bibirnya pucat dan bergetar menahan dingin, sesekali mendekap sendiri tubuhnya.. Jodha duduk mendekap lututnya yang ditekuk. “Oh.. Kanha, aku kedinginan, tolonglah aku...” batin Jodha lemah, matanya terpejam..
Tiba tiba dikagetkan suara memanggil namanya samar2 terdengar dr kejauhan... “Jodha.. Jodha..”
Jodha terbelalak “Siapa itu? apa Sujamal?” batinnya panik..
Jalal pun kaget, lalu menghentikan langkahnya sejenak, mengedarkan pandangan diantara pohon2 yang tinggi, menoleh kebelakang, terlihat titik2 sinar dari sebuah senter yang berkelip2 diantara sela2 pohon.. “Apa itu Sujamal dan anak buahnya?” batin Jalal cemas..
“Jodha.. Jodha.. dimana kau? aku tau kau masih disini sayang?” suara Sujamal semakin terdengar jelas oleh Jalal, Jalal pun emosi mendengar ocehan Sujamal yang menjijikan itu..
Jodha bergegas bangkit setelah menyadari kalo ternyata itu suara Sujamal, karena hampir terdengar jelas.. Jodha mencari2 sesuatu untuk menjaga dirinya, menunduk mencari kesana kemari, dan akhirnya ada sebuah dahan pohon agak besar yang panjangnya se lengan orang dewasa, di genggamnya erat2..
Jalal bejongkok menghindari sorotan sinar dari senter Sujamal cs yang semakin mendekatinya, dan berjalan menunduk mencari2 batang pohon yang besar untuk dirinya bersembunyi, “Itu dia, aku harus kesana” batin Jalal sambil terus berjalan membungkuk kearah pohon yang dituju, langkahnya hampir tak bersuara...
“Kalian berpencar, aku dan kamu Jagdev kearah depan, kamu Suryabhan kearah kiri dan kamu Pratap kearah kanan, cepaatt!!” bentak Sujamal, mereka pun mengangguk, mereka berpencar..
Walaupun jarak agak jauh, karena tersorot sinar bulan wajah orang yang berbicara telihat sangat jelas oleh Jalal, dari ciri ciri yang pernah Jodha ceritakan, dialah Sujamal! “Sujamal, kali ini aku tak akan membiarkanmu mengusik Jodha lagi!” batin Jalal, menahan emosi..
Jalal melihat dari balik pohon, Sujamal dan Jagdev melangkah kearahnya, mereka masih mengerakkan senter mereka dan mengacungkan pistol mereka, “Kurang ajar! mereka membawa senjata, aku harus menemukan Jodha sekarang, sebelum mereka yang menemukan terlebih dahulu” Jalal pun mengendap2 menjauhi mereka, masih berjalan membungkuk maju kearah pohon lain,
Sujamal dan Jagdev tak menyadari keberadaan Jalal, karena sekarang suasana gelap, sinar bulan sedang tertutup awan, penglihatan mereka pun kabur, sinar dri senter pun tak membantu.., mereka terus berjalan, sambil memanggil2 nama Jodha... Anak buah yang lain masih sibuk mencari..
Jodha sudah mulai mencoba berjalan lagi, tapi masih menggigil lemah dan ketakutan pada Sujamal, senternya coba dihidupkan tapi tetap tidak menyala, dia pun memutuskan kembali duduk istirahat dibalik pohon yang besar, dahan pohon masih digenggamnya erat, Matanya terpejam, nafasnya naik turun karena kelelahan “Aku merindukanmu Jalal, sayangku, kuharap kau baik2 saja disana” senyum pun tersungging dibibirnya yang pucat...
Tum Hi Ho ( Ost. Aashiqui 2 )
Hum tere bin ab reh nahin sakte
(Aku tanpamu kini tak dapat hidup)
Tere bina kya wajood mera
(Tanpamu apalah arti keberadaanku)
Tujh se judaa gar ho jaayenge
(Bila kelak aku berpisah denganmu)
To khud se hi ho jaayenge judaa
(Maka aku juga akan berpisah dari diriku)
Kyonki tum hi ho
(Karena hanya kamu)
Ab tum hi ho
(Kini hanya kamu)
Zindagi ab tum hi ho
(Kehidupanku kini hanya kamu seorang)
Chain bhi, mera dard bhi
(Ketenanganku jua, deritaku jua)
Meri aashiqui ab tum hi ho
(Romansaku kini hanya kamu seorang)
Kini jarak Jodha dan Jalal hanya terpisah lima pohon besar, mereka sangat dekat tapi belum saling menyadari.
“Ooh.. Jodha kau dimana sayang?” gumam Jalal khawatir, dia pun duduk sejenak, memejamkan mata, wajah sumringah Jodha menari2 di pikirannya, lalu membuka matanya, Jodha, aku harap kau baik2 saja sayang..” gumam Jalal terharu..
Tera mera rishtaa hai kaisa
(Seperti apa hubungan kita berdua)
Ik pal door gawaara nahin
(Tak dapat jauh barang sekejap saja)
Tere liye har roz hain jeete
(Untukmu setiap hari aku bertahan hidup)
Tujhko diya mera waqt sabhi
(Telah kuberikan seluruh waktuku kepadamu)
Koi lamha mera naa ho tere bina
(Tiada sedikitpun waktuku tanpa kehadiranmu)
Har saans pe naam tera
(Di tiap helaan napasku ada namamu)
Tere liye hi jiya main
(Hanya untukmu aku hidup)
Khud ko jo yoon de diya hai
(Telah kuserahkan diriku padamu seperti ini)
Teri wafaa ne mujhko sambhaala
(Kesetiaanmu lah yang telah menjagaku)
Saare ghamon ko dil se nikaala
(Menghapus seluruh duka dari dalam hati)
Tere saath mera hai naseeb juraa
(Bersamamu nasibku terjalin)
Tujhe paake adhoora na raha
(Setelah mendapatkanmu diriku menjadi sempurna)
Sujamal dan Jagdev masih agak jauh dari tempat Jalal duduk, karena Sujamal menyeret kakinya, jalannya jadi agak melambat, keempat pria itu masih saja menggerak2 senter mereka dan memanggil2 nama Jodha,
Jodha masih duduk, sambil menoleh kebelakang bbrp kali dari balik pohon, memastikan kalo Sujamal dan anak buahnya masih jauh dari dirinya, “Aku harus segera melanjutkan perjalananku, sebelum mereka menemukanku”
Jalal menyadari kalo sekarang dia sudah jauh meninggalkan Sujamal cs, dia berkali2 menoleh kebelakang, hanya kelip2 sinar senter dr sela2 pohon, dari berbagai arah.. Jalal pun bangkit dan melangkah sambil mengendap2, menghindar dari sorotan sinar senter dibelakangnya, langkahnya agak terdengar jelas karena menginjak ranting2 kering..
Jodha pun memaksakan dirinya bangkit, dengan bantuan dahan pohon sebagai penopangnya, hendak berjalan, pendengarannya terusik dg suara langkah kaki dibelakangnya, Jodha mengurungkan untuk berjalan, dia pun beralih lagi ke balik pohon, menggenggam sangat erat dahan pohon yang siap2 diayunkan.. “Sujamal, itu pasti Sujamal” batinnya panik...
Jalal terus berjalan, ranting2 yang diinjak itu sangat terdengar jelas ditelinga Jodha, semakin jelas, Jodha sangat ketakutan, lalu mengangkat dahan pohon, siap2 diayunkan, Jalal terbelalak melihat dari balik pohon dihadapnnya ada sesuatu yang mencurigakan, siluet dahan pohon yang diangkat seseorang dr balik pohon tersebut,
DEG! jantung mereka sama2 seakan berhenti, nafas memburu.. Jodha panik, dia sangat ketakutan, keringat dingin pun membasahi tubuhya lagi, tapi Jalal merasakannya berbeda.. Rasa haru yang dirasakannya.. Sinar bulan kini menerangi hutan, tepatnya diantara Jodha dan Jalal... “Aku yakin itu Jodha.. cintaku” batin Jalal terharu..
Jodha menoleh dari balik pohon, dan terlihat samar2, seorang pria sedang berdiri mematung “Itu bukan Sujamal, mungkin salah satu anak buahnya, aku tak mengenalinya” batin Jodha bingung dan paniik..
Penampilan Jalal sangat berbeda rambut yang semakin gondrong dan acak2an, badannya agak kurus dan wajahnya dipenuhi bulu2 kasar yang lebat... Jalal lebih mendekat memastikan kalo itu Jodha.. Jodha muncul dari balik pohon mengangkat dahan pohon yang digenggamnya dg kedua tangannya dan diacungkan kearah Jalal..
Sesaat mereka saling menatap, darahnya berdesir, namun karena ketakutan Jodha yang sangat besar pun mengalahkan desir halus di raganya tersebut...
“Jodhaa..” batin Jalal sumringah
Tiba tiba keadaan hutan berubah gelap gulita, kini awan menghalangi sinar bulan kembali... Jalal hanya mematung memandang Jodha yang ada dihadapannya, jarak mereka sangat dekat, tapi lidah Jalal terasa kelu untuk sekedar menyebut nama Jodha, dia menitikkan air mata haru, Jodha juga hanya mematung msh mengacungkan dahan pohon itu, gemetaran ketakutan, saking ketakutannya dan suasana gelap, Jodha sama sekali tak mengenali Jalal, pakaiannya pun Jodha tak mengenalinya, apalagi air mata yang menetes dipipi Jalal, Jodha tak menyadarinya..
Jalal semakin mendekat tanpa sepatah katapun, hanya batinnya yang bergejolak.. “Jodha sayang, aku datang, ayo kita pulang sayang” batin Jalal haru...
Jodha mundur masih mengacungkan dahan pohon itu, “Jangan mendekat!” bentak Jodha panik, tapi Jalal semakin mendekat dan hendak meraih tangan Jodha... Tiba tiba....
BUUKK!! Jalal terbelalak, kepalanya terasa sangat sakit luar biasa, replek tangan kirinya menyentuh kepalanya yang terasa sakit, dilihatnya darah segar memenuhi tangannya, darah segar mengalir deras dikepalanya, seketika itu juga Jalal langsung tersungkur telungkup ditanah dan tak sadarkan diri...
Jodha mundur, membuang dahan pohon dg lemah, memandangi tubuh pria yang menelungkup ditanah tak berdaya, dadanya terasa sakit luar biasa tidak seperti biasanya, sangat sesak, hampir susah bernafas, dia pun memegang dadanya yang sakit, dan tangisnya pun menggema... “Maafkan aku tuan” Jodha pun menjauh dan bersembunyi dibalik pohon, mengatur nafasnya yang sangat sesak... Jodha terisak dan duduk bersimpuh.. Jodha belum menyadari kalo pria yang tadi dipukulnya itu adalah Jalal, suaminya sendiri..
Bersambung
FanFiction Penantian Bagian yang lain Klik Disini
Semoga mrk tdk di dpt sujamal cs. Mendebarkan mbak
ReplyDeleteSyereem,,kyk ngikutin serial horor,,cpt dilnjt mbk,,pnasarn tk dewa ni:-)
ReplyDelete