
Isi pesan
“Jodha, temui aku di stasiun Delhi sekarang juga, ingat! jangan ada yang tau soal pesan ini, apalagi lapor pada polisi, kalo tidak, nyawa suami mu tercinta dan keluarga Amer mu tersayang akan mati, kalo kau menolakku lagi,aku tidak segan2 menembak mati mereka, karena anak buahku sudah berada didekat rumah mereka. Mengerti!!”
Sujamal..
“Ini pesan ancaman!, apakah kertas ini yang dulu dicari2 oleh Jodha, aarrgghh Jalal knp kau tak menyadari semua itu” gumam Jalal, tubuhnya mendadak gemetar, dadanya sakit,
Jalal menunduk memejamkan mata, menahan amarahnya, dan meremas kertas tersebut, dia tidak percaya kalo Jodha melakukan semua ini sendiri, Jalal memijat2 kepalanya yang tiba2 sakit, nafasnya sesak, tubuhnya limbung hampir pingsan, dia pun bersimpuh dilantai balkon..
“Aaarrggghhh.... Jodhaaa... cintakuuu!!” tangisnya pun pecah.. “Apa yang kau lakukan Jodha? kau.. membahayakan nyawamu sendiri, kenapa Jodha? kenapa?” Jalal sesenggukan, meremas kuat2 kertas tersebut..
Wajahnya memerah, menahan amarah.. “Sujamal... beraninya kau.... aku akan membunuhmu Sujamal” geram Jalal menahan amarah, matanya merah berair..
Bergegas Jalal bangkit, hendak berlalu, sudut matanya menangkap lukisan.. Lalu memandangi lukisan tersebut.. “Sepertinya aku ingat sekarang, ini rumah yang dulu Jodha ceritakan padaku, persis, rumah ini adalah rumah yang dimana Jodha disekap” gumam Jalal pada dirinya.. Jalal berpikir keras..
“Ya! benar Bhopal, aku akan kesana, kau tunggu Jodha aku akan datang sayang”
Jodha menceritakan kalo bangunan angker itu terdapat ditepian danau yang luas, di Bhopal.. Jalal bergegas menelepon keluarga Amer memastikan kalo merek baik2 saja, dan memang baik, ternyata anak buah Sujamal tidak melakukan apa pun pada mereka, itu berarti Jodha pun baik2 saja..
Jalal tidak beniat menelepon Jodha, tidak mungkin, pikirnya... Jalal teringat isi pesan itu, kalo anak buah Sujamal ada disekitar rumahnya, Jalal pun bergegas turun kearah jendela ruang tamu dan menyingkapkan sedikit gorden, menengok, dan memincingkan matanya agar telihat jelas, lalu mengedarkan matanya kalo2 ada yang mencurigakan.. Dan ternyata memang ada sebuah Jeep hitam tak jauh dari gerbang rumah terparkir disana..
“Aku rasa mereka hanya mengawasi saja, baiklah.. “ gumamnya tersenyum penuh arti..
Jalal bergegas menelepon kedua bodyanguardnya.. Bodyanguard yang bila Jalal benar2 dalam keadaan sangat mendesak, dan darurat barulah Jalal meminta bantuan jasa mereka, hal itulah yang tidak diketahui Sujamal..
“Mr. Khaibar Khan, saya membutuhkan bantuan anda, tolong anda awasi Jeep hitam didepan rumah saya, mencurigakan”
“Baik Mr..” jawab Khibar disebrang telepon..
“Mr. Bhagwandas, saya membutuhkan mobil, ditempat biasa, secepatnya!”
“Baik Mr..” jawab Bhagwan disebrang telepon
Jalal bergegas mengenakan jaket dan kaca mata hitamnya, dengan cepat dia menuju pintu rahasia disamping rumahnya, pintu yang menghubungkan ketempat dmn mobil yang tadi dipesan..
15menit kemudian..
Setelah Bhagwan menyerahkan kunci mobil, Jalal bergegas masuk mobil Jeep putih miliknya dan menyalakan mesinnya..
“Mr. saya akan bersama Mr. Khan sekarang” ucap Bhagwan..
“Tidak, tolong anda pergi ke Amer awasi rumah itu, kalo ada yang mencurigakan langsung bertindak saja” ujar Jalal serius
“Baiklah, saya akan segera pergi ke Amer, anda hati2 Mr.” ucap Bhagwan, Jalal mengangguk dan mereka pun berpisah..
Jalal menjalankan mobil Jeep nya sangat cepat, menuju Bhopal, perjalanan cukup jauh.. “Perjalanan jauh, tapi aku tak peduli, aku hanya peduli padamu Jodha, aku akan segera datang sayang” gumamnya “Jodha.. Apa aku harus memarahimu atas kelakuanmu ini, kau membahayakan dirimu sendiri Jodha, aku salah faham padamu, kenapa aku begitu egois, tapi aku yakin kau juga akan keras kepala merahasiakan semua ini.. Pesan yang menjijikan, dasar pengecut kau Sujamal” Jalal menahan amarahnya.
“Begitu kasarnya ucapanku padamu Jodha, maafkan aku..tapi kenapa kau diam, kenapa kau tak berontak, kenapa kau tak mencegahku, biasanya kau langsung memarahiku, membentakku... Aku sangat merindukanmu, sayang” Jalal menitikkan air matanya, rasa haru mendiami hatinya, kalo ternyata Jodha tidak berkhianat..
Manchala (Ost. Hasee To Phasee)
Kabhi Gardishon Ka Maara
(kadang hati tertimpa kemalangan)
Kabhi Khwahishon Se Haara
(Kadang hati kalah oleh hasrat)
Roothe Chand Ka Hai Chakor
(Hati bagai pungguk merindukan bulan)
Zara Se Bhi Samjho Kaise
(Bagaimana bisa kau mengerti walau sedikit saja)
Yeh Parhez Rakhta Hai Kyun
(Mengapa kau menjauhkan diri)
Maane Na Kabhi Koi Zor
(Hati tak pernah tunduk pada paksaan)
Duniya Jahaan Ki Bandishon Ki Yeh Kahan Parwaah Kare
(Ia bahkan tak peduli pada batasan-batasan yang ada di dunia)
Jab Kheenche Teri Dor
(Saat benang [cinta]mu tertarik)
Manchala Mann Chala Teri Ore
(Maka hatiku yang labil turut bergerak ke arahmu)
Khamoshiyon Ki Sooraton Mein Dhoondhe Tera Shor
(Di antara wajah-wajah kebisuan, hatiku mencari teriakanmu)
Dhoondhe Tera Shor
(Mencari teriakanmu)
Sore hari.. Istana Sujamal
Jodha larut dalam do'anya.. “Kanha, apakah ini jalan yang terbaik untukku dengan menerima pernikahan ini, tp aku tau aku berdosa karena telah menelantarkan suamiku sendiri, dia masih suamiku, cintaku, nyawaku, tapi apalah dayaku Kanha, keselamatan suamiku dan keluargaku diatas segalanya, aku tak ingin mereka tersakiti, oohh Kanha tolonglah aku...“ Jodha sesenggukkan, airmatanya kembali menetes, setelah bbrp hari yang lalu dia berusaha tegar..
Jalal masih didalam mobilnya memacunya tanpa henti, ini baru separuh perjalanan, tapi dia tak beristirahat barang sekejap pun, pikirannya hanya, Jodha...Jodha..Jodha.. “Tunggu aku sayang.. aku akan datang.. bagaimana keadaanmu sayang? Ya Khuda.. selamatkanlah cintaku” gumamnya berkali kali, air mata haru menetes tak henti2..
Cinta sejati... Cinta yang tak hanya menghibur dikala sedih namun menangis dikala mengucap do'a untuknya..
Jodha sedang berada dibalkon kamarnya, tepatnya balkon kamar istana Sujamal.. Jodha memandang luas danau yang tenang, senja sore yang menguning menghiasinya, menakjubkan.. Jodha teringat pada lukisannya, lukisan yang penuh amarah, lukisan mimpi2 buruknya yang terjadi bbrp hari kebelakang.. “Apakah mimpi itu akan menjadi kenyataan, awan hitam akan menggelayuti rumah ini dan diriku ini, besok aku akan menikah, meninggalkan segala kenanganku bersama Jalal” gumam Jodha hambar
*“Tidak Jodha! mengapa begitu mudahnya kau menerima Sujamal, kau pasti bisa melawannya lagi Jodha!”,
“Tapi nyawa orang yang ku cintai adalah taruhannya, mereka segalanya bagiku”,
“Apa kau yakin dia memegang janjinya untuk tidak menyakiti keluargamu?! Kau harus mempertahankan cinta sucimu Jodha, kau harus yakin dia akan datang lagi padamu”,
“Tidak, dia sudah sangat marah padaku, dia membenciku, aku pengkhianat baginya, dia tak akan menerimaku kembali”,
“Tapi Jodha, yakinlah kebenaran akan segera terungkap dan kekuatan cintalah yang akan menang!” *
Pergolakan batin Jodha begitu tajam menusuk2 relung hatinya, kini dia gelisah.. Jodha memejamkan matanya, menarik nafas lalu membuangnya..
Rookhi-Sookhi Dil Ki Hai Zameen
(Daratan hatiku menjadi tandus)
Jaane Kahan Gum Hui Nami
(Entah kemana hilangnya kelembapan)
Meri Ummeed Hai Teri Baarishein
(Harapanku bergantung pada hujanmu)
Sahe Kai Waar Pyaar Ke Tujhe Har Baar Haar Ke
(Hatiku sanggup menahan deraan ujian cinta dengan berkali-kali mengalah padamu)
Seekhe Phir Bhi Kabhi Nahin Saazishein
(Meski demikian ia tak pernah belajar memberontak)
Ho.. Tere Liye Aaj Khud Se Hi Bhaage Hain
(Demi dirimu, hari ini aku melarikan diri dari diriku sendiri)
Himmat Ke Tukde Bator
(Kukumpulkan serpihan keberanian)
Ho.. Bhaage Zamaane Se
(Aku melarikan diri dari dunia)
Chupke Dabe Paanv Jaise Koi Chor
(Dengan langkah kaki tak bersuara seperti seorang pencuri)
Kini Jodha sudah duduk di tempat tidur, mencoba membaca novel yang sudah lama tak dibacanya setelah perasaannya hancur bagai jutaan jarum menusuk2 jantungnya... Tapi tetap tidak fokus, hatinya masih gelisah memikirkan apa yang akan terjadi besok.. “Air putih yang aku butuhkan sekarang” gumamnya.. Jodha menoleh kearah tempat biasa menyimpan gelas air putihnya tapi, kosong.
Dengan terpaksa Jodha bangkit hendak kedapur, tp saat hendak memegang gagang pintu, samar2 terdengar orang yang sedang berbicara.. “Itu Sujamal” batinnya..
Jodha membuka sedikit pintu kamarnya, Sujamal berdiri tak jauh dari kamar Jodha, “Aku rasa dia akan menemuiku, dengan membawa bungkusan yang ada ditangannya itu “ pikir Jodha malas. Tapi perhatiannya tertarik pada apa yang Sujamal bicarakan, Jodha pun menajamkan pendengarannya, agar lebih jelas terdengar, apa saja yang Sujamal ucapkan..
“Ya.. bagus terus awasi mereka, bila ada sedikit saja yang mencurigakan, tembak mati!!” Sujamal tak menyadari kalo ternyata Jodha sedang memperhatikannya..
“APA?!!” batin Jodha terbelalak tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.. Jodha muak, “Jadi dia ingkar janji untuk menjauhkan anak buahnya dr keluargaku, setelah aku bersedia menikah dengan nya? benar2 licik!!”
Jodha terus saja memperhatikan setiap ucapan Sujamal, dan akhirnya mengetahui satu kelemahan Sujamal.. Daan.. Ada sebersit ide untuk menghentikan kelicikannya itu.. “Ooh Jodha, kenapa baru terpikir sekarang, ternyata dia hanya bisa memerintah lewat alat komunikasinya itu?” pikir Jodha.. Jodha pun berniat mengambilnya, “Bagaimana pun caranya aku harus mengambil alat komunikasi itu dan setelah itu aku akan pergi dari neraka ini” gumam Jodha.. Satu handphone dan satu Tabletphone, yang tak pernah lepas dari genggamannya itu,
Jodha akan leluasa masuk kamar Sujamal karena mereka hanya berdua saja, anak buah Sujamal yang lain berada jauh digerbang depan sana..
Jodha menuju patung Krisna, menempelkan kedua tangannya di dada... “Kanha, tolong bantu aku untuk mewujudkan niatku, sampai kapan pun aku tak akan pernah menikah dengan laki2 manapun, Jalal tetap akan menjadi suamiku,cintaku, Kanha... selamatkan kami” Jodha menitikkan air matanya terharu..
Tok.. Tok.. Tok..
Jodha menoleh kearah pintu, mengusap air matanya, Lalu melangkah menuju pintu..
“Jodha, ini untukmu” ucap Sujamal setelah pintu dibuka dan menyodorkan paperbag merah. Jodha memasang wajah angkuhnya dan merebut kasar paper bag tersebut dr tangan Sujamal, dan hanya sekilas menengok kedalam isi paperbag itu.. Sujamal menyeringai iblis.. “Pakailah besok, itu pasti sangat cocok untukmu Jodha.. Gaun pengantin merah gold, persis seperti dalam figura kecilmu itu, ya kan Jodha?” ucap Sujamal licik sambil menoleh kearah figura foto pernikahan Jodha dan Jalal, lalu berlalu sambil tertawa keras...
Jodha muak dengan semua ini, dibantingnya pintu dengan keras, dan dilemparnya paperbag berisi gaun pengantin kelantai dengan kasar.. “Aku tak akan menikah dgmu Sujamal, kau manusia yang sangat menyedihkan, semoga kau mendapat balasan dari semua perbuatanmu ini” ucap Jodha serius dan tersenyum puas..
Malam hari.. 11.00 pm
Jalal sudah berada di pusat kota Bhopal, tapi perjalannya masih satu jam lagi menuju danau yang disebutkan masyarakat disini, sebelumnya Jalal sudah mencari informasi kasana kemari tentang letak danau tersebut.. “Jodhaa... kita sudah sangat dekat sayang....tunggulah aku, cintaku..” batin Jalal terharu...
Sujamal sudah terlelap tidur dikamarnya, karena dari siang dia sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk besok, tapi Jodha sama sekali tidak tertarik, dia lebih senang berdo'a dikamarnya.. Sujamal begitu sumringah ditidur pulasnya, ternyata akhirnya Jodha luluh juga, mau menikah dengan nya..
Tiba tiba... pintu kamarnya sedikit terbuka.. Jodha mencoba masuk ke kamar Sujamal, pelan pelan, berusaha tak bersuara sedikit pun, dilihatnya Sujamal tertidur sangat pulas, walau hanya cahaya lampu tidur yang menerangi ruangan itu, Jodha melihat sangat jelas, Sujamal tidur menyamping dengan selimut sebatas perut membungkus sebagian tubuhnya yang hanya memakai singlet putih, Jodha mengendap2 sambil berjinjit, tangan kanannya menutupi mulutnya.. Jodha masih berjinjit menuju meja kecil disamping tempat tidur Sujamal, disana lah gadget kebesaran Sujamal tergeletak pasrah, “Tapi dimana handphoneku??, ah sudahlah Jodha, biarkan saja, dia kan sudah mati!” batin Jodha kesal.. Handphone Jodha memang langsung disita Sujamal seketika itu juga..
Kini Jodha sudah berada dihadapan Sujamal yang masih terlelap menyamping di hadapan Jodha, sekilas Jodha memandang kearah wajah Sujamal, “Kau memang tampan Sujamal, tapi sayang kau...” belum sempat selesai batinnya bicara, Jodha dikejutkan dengan gerakan Sujamal yang tiba2 bangkit lalu duduk, tapi matanya masih tertutup.. Sontak Jodha membelalakan matanya dan menutup mulutnya, lalu menjatuhkan diri kelantai mencoba bersembunyi, mendorong tubuhnya masuk ke kolong tempat tidur, matanya terus membulat tapi kadang menutup rapat diikuti mulutnya sangat rapat, agar suara nafasnya tak terdengar, sesekali menyipitkan matanya, siapa tau Sujamal bangung dan melihat kaki menggantung didepan wajahnya.
Lama.. hampir 10 menit Jodha berada dikolong tempat tidur, sesak! tapi tak ada tanda2 kaki Sujamal menginjak ke lantai, lalu Jodha memberanikan diri keluar dari kolong tempat tidur, matanya membulat, bibir bawahnya di gigitnya, Jodha bangkit merapikan rambut dengan jari2nya, dan membersihkan piyamanya.. mengatur nafasnya pelan2 dilihatnya Sujamal tertidur pulas lagi, dengan posisi terlentang..
“Huh! untung Jodha” batinnya lega.. kini pandangannya tertuju pada dua gadget tersebut.. hendak mengambilnya tiba2...
Kriing.. Kriing.. Kriing..
Suara di handphone itu berdering, Jodha kaget lalu pandangan gugupnya bergantian kearah handphone lalu kearah Sujamal yang msh terlelap tidak mendengar suara deringannya... disana tertulis “BABUL”, anak buahnya... pikir Jodha..
Jodha masih mematung memandangi gedget yang masih menyaut2 untuk disentuh.. sekali lagi Jodha memandang Sujamal tapi posisi masih sama pulas.. “Hhhh.... akhirnya berhenti juga kau berdering” batin Jodha lega.. Secepat kilat Jodha mengambil kedua gadget tersebut, lalu bergegas kearah pintu, hendak menutup pintu sekali lagi Jodha memandang kearah Sujamal yang masih tertidur pulas, senyum puas pun tersungging dibibir Jodha..
Jodha berlari kecil menuju kamarnya, harus mengelilingi pembatas tangga terlebih dahulu, pembatas setengah lingkaran, karena kamar mereka berseberangan satu sama lainnya..
Jodha segera memasukkan kedua gadget itu ke tas ransel kecilnya, yang terlebih dahulu menyentuh switch off dari kedua gadget tersebut, senter yang diambilnya dari gudang, tak lupa memasukkan figura kecil, yang nampak foto penikahannya, dipandanginya dan diciuminya, senyum manis pun mengembang dibibirnya.. lalu mengenakan sweater hangatnya, hendak mengambil patung Krisna... Tiba tiba..
BUUGG!! suara pintu ditendang, dan terbuka paksa, Jodha melonjak kaget.. lalu menoleh kearah pintu.. “Sujamal” batin Jodha ngerii.. Jodha segera mengambil pisau yang tergeletak dimeja dekat patung Krisna..
“Apa yang kau lakukan Jodha? kau mau melarikan diri lagi hah?” geram Sujamal sambil mendekati Jodha yang gemetaran..
“Jangan mendekat!” cegah Jodha,
Sujamal menahan emosinya “Berikan barang2 pribadiku Jodha, kau akan tau akibat dari perbuatanmu ini, ayo berikan!” pinta Sujamal tenang masih menahan emosi,
“Tidak, tidak akan!!” bentak Jodha sambil mendekap tas ranselnya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanan dibelakang punggungnya memegang pisau.
Sujamal semakin mendekati Jodha, Jodha mundur, emosi Sujamal semakin meluap luap, dia berusaha merebut tas ransel dari dekapan Jodha, tapi Jodha menangkisnya.. Sujamal sudah tidak sabar lagi menghadapi kelakuan Jodha, dia pun lebih mendekat dan berusaha mencekik leher Jodha, Jodha terus menghindar tapi kali ini Sujamal berhasil mencekik leher Jodha, Jodha sesak dan terbatuk2 karena cekikan Sujamal semakin kuat,
“Aku tidak tahan lagii” batin Jodha, matanya begitu perih..
CEBB!!! Jodha menusuk paha kiri Sujamal, dengan pisau dapur yang dari tadi disembunyikannya untuk jaga2.. Sujamal langsung tersungkur kelantai, Jodha panik dan ketakutan melihat Sujamal yang meraung2 kesakitan, dan darah segar pun mengalir begitu saja,
Jodha menjauhi Sujamal menuju arah pintu, sambil memegang lehernya yang sakit, pandangan ngerinya masih kearah Sujamal yang tak berdaya dilantai.. Sebenarnya Jodha tidak tega melihatnya, tapi Sujamal sangat berbahaya.. hampir membunuhnya.. Sujamal berbalik dan menatap Jodha sangat tajam..
“Aaarrgghh Jodhaa... lagi lagi kau... menyakitiku”
“ Maafkan aku Sujamal, aku terpaksa menusukmu, karena kau berusaha membunuhku, kalo tadi kau bicara baik2 aku tak akan melakukan ini” ucap Jodha khawatir, matanya berkaca kaca..
“Jangan sok baik Jodha, kau memang sudah merencanakan untuk membunuhku kan? hah!” bentak Sujamal yang berusaha bangkit, Jodha menggeleng kuat, air matanya mulai menetes..
Sujamal berusaha bagkit dan berdiri, pisau masih menancap dipaha kirinya, darah mengalir deras, Jodha gemetar, menjauhi Sujamal.. Kini Sujamal sudah berdiri limbung dan hendak meraih Jodha, tapi Jodha semakin menjauh dan segera berlari meninggalkan Sujamal yang kini sudah tersungkur lagi..
“JODHAAAAA....” teriak Sujamal mengerikan..
Jodha teringat patung Krisnanya yang blm sempat di ambil.. “Aku akan mengambilnya lain waktu, aku yakin, Kanha akan menjagaku dimanapun aku berada”
**********
Mobil Jeep putih Jalal akhirnya sampai di rumah Sujamal, rumah ini tampak sangat kontras dan benderang berdiri diantara rimbunan pohon2, dan danau luas yang gelap gulita, Jalal memarkirkan mobilnya agak jauh dari gerbang rumah tersebut, lalu berjalan mendekati gerbang, dengan mengendap2, dan mengedarkan pandangan, ada semacam rumah kecil atau tepatnya pos jaga yang tak jauh dari gerbang.. Lalu.. Pandangan Jalal menangkap dari kejauhan, seseorang yang baru keluar dari rumah itu, berlari sangat cepat kearah samping rumah tersebut, kearah hutan yang gelap gulita.. Jalal membelalakan matanya kaget, Sosok yang sangat dia kenal, sosok yang sangat dirindukannya, dicintainya, hatinya berdegup kencang, Tapi bibirnya terasa kelu.. “Jodhaa” batinnya tak percaya...
Bersambung
FanFiction Penantian Bagian yang lain Klik Disini
Thanks mb chus,,legaaa deh,,lanjuut:-)
ReplyDeleteSama-sama, Mbak Rina...
Delete