FF – Penantian Bagian 12



By Kayla Kayla..... Sujamal cs ternyata sudah berada dekat dengan mereka, Sujamal menunduk kearah Jalal yang masih tertelungkup ditanah... Jodha jg masih bersembunyi, dan menyadari kalau ada orang lagi yang datang, dia yakin kalau sekarang Sujamal yang datang...

Jodha mengintip dari balik pohon, dilihatnya Sujamal dengan sangat jelas dan bbrp orang lain.. mereka sedang memperhatikan orang yang tertelungkup dibawah.. yang Jodha pikir salah satu anak buahnya Sujamal...

“Siapa dia? knp bisa ada disini?” tanya Sujamal pada diri sendiri sekaligus ketiga anak buahnya...

DEG! Jodha melonjak kaget, matanya terbelalak tak percaya... “Hey Bhagwan! jadi dia bukan anak buah Sujamal, lalu siapa dia?” batin Jodha gelisah, perasaannya kini tak enak, jantungnya kembali berdegup sangat kencang.... Jodha kembali mengintip kearah Jalal yang kini sudah dibalikan tubuhnya oleh Sujamal..

Sujamal pun tak mengenalinya..

Jodha memperhatikan dengan seksama, sekarang sinar bulan tepat menerpa tubuh Jalal yang masih tak sadarkan diri.. darahnya kembali berdesir... “Siapa dia?” batin Jodha berpikir keras, tiba tiba pandangannya beralih ke arah kalung yang menyembul dibalik jaketnya dan Jodha sangat mengenalinya, kalung dengan cincin pernikahan mereka, Jodha membelalakan matanya “ Jalal..” gumamnya tak percaya..

Seketika itu juga Jodha bangkit dan berhambur ke arah Jalal, bersimpuh disampingnya, tangis pun pecah.. “Tidaakk.. Jalal... bangun sayang.. aku mohon bangunlah... kenapa ini bisa terjadi, kenapa... maafkan aku” Jodha sesenggukkan, menciumi wajah suaminya, lalu mengusap2 kepala Jalal yang bersimbah darah segar, Jodha panik luar biasa.. Nafasnya sesak, sakit.

“Maafkan aku sayang, aku sampai tak mengenalimu, knp kau jd seperti ini?” batin Jodha menyesal...

Sujamal cs kaget... apalagi Sujamal, terlihat sangat shock.. “Jalal?!!” batinnya bingung, mereka hanya diam memperhatikan kejadian haru tersebut..

“Sujamal... sujamal.. aa.. aku mohon tolong dia, bawa dia kerumah sakit, aku mohon, aku mohon padamu..” Jodha masih sesenggukkan, sambil menempelkan kedua tangannya didepan dada, hatinya sakit, dadanya semakin sakit, sekujur tubuhnya gemetar..

Sujamal hanya diam membisu tanpa reaksi apapun, memandangi Jodha yang sangat mengerikan, begitu pun anak buahnya..

Jodha masih menangis sesenggukkan, dia melepaskan sweaternya, mengelap2 perlahan darah yang mengucur dikepala Jalal, lalu menggenggam erat kedua tangan suaminya..”Bertahanlah sayang, aku.. Jodhamu, istrimu ada disini, disampingmu..” ucap Jodha terisak,

Dan Sujamal hanya diam saja, Jodha benar2 muak pada Sujamal, Jodha pun bangkit, secepat kilat mengambil paksa pistol yang dari tadi di genggam Sujamal, lalu menodongkannya pada Sujamal. Sujamal dan anak buahnya kaget..

“Jangan bergerak!, atau kalian semua akan mati!, buang senjata kalian!” ancam Jodha pada semua pria dihadapannya, mereka pun membuang pistol masing2...”Aku sudah memohon padamu Sujamal untuk menolong suamiku, kenapa diam saja, apa kau tidak punya hati,?!” lantang Jodha kesal..

Mereka semua mundur dan berusaha menenangkan Jodha, “Jodha.. tenang.. tenang, aku akan menolong suamimu, tapii.. kau harus mau menikah denganku dulu” ucap Sujamal licik...

“Tidakkk!” teriak Jodha...

DOR! suara tembakan melayang diudara...

“Kau lihat! aku bisa saja menembakmu dan anak buahmu itu sekarang juga!” ucap Jodha kesal, tatapannya sesekali kearah Jalal.. dan keberaniannya pun semakin kuat..

“Baik Jodha, aku akan menolong suamimu, tapi berikan dulu pistol itu dan juga barang2 pribadiku, ayo Jodha.... “ ucap Sujamal pelan, anak buahnya hanya diam, mungkin mereka iba melihat keadaan Jodha atau takut di tembak Jodha, entahlah..

“Tidaakkk!! aku... tak percaya padamu!!” bentak Jodha, masiih menodongkan pistolnya, “Sekarang, tolong kalian bawa suamiku keluar dari hutan ini, lihat lah jalan raya sudah semakin dekat, cepatlah aku mohon” lanjut Jodha dengan memelas, pandangannya lagi2 kearah Jalal..

Sepertinya anak buahnya akan melakukan apa yang diperintahkan Jodha, tapi Sujamal menghentikan mereka dengan mengangkat setengah kedua tangannya “Tidak, berhenti! sepertinya aku mendengar sirine polisi, kita harus pergi dari sini sekarang, ayo cepat!!” ujar Sujamal berbalik dan berlalu..

“Tunggu! kau mau lari kemana Sujamal, kau memang pengecut!” teriak Jodha menghentikan langkah Sujamal dan anak buahnya, suara sirine polisi semakin jelas terdengar.

Sujamal berbalik mendekati Jodha dan sangat dekat dengan wajahnya, ujung pistol pun menempel di dadanya, “Aku masih akan mengejarmu Jodha, ingat itu!” ucapnya pelan tapi licik.. dan berlalu setengah berlari, sambil menyeret kakinya yang masih sakit..

Hutan kembali gelap, sinar bulan bersembunyi dibalik awan.... Jodha mematung sejenak memandangi punggung Sujamal, tapi seketika itu juga, Jodha kembali bersimpuh disamping Jalal yang masih tak sadarkan diri, pistol pun diletakannya ditanah, mengusap2 darah dikepala Jalal dengan sweaternya lagi, sangat perlahan, sambil menangis sesenggukkan “Kenapa... kenapa... kau tidak menyebut namaku sayang, kenapa?” tangisnya semakin keras..

Sirine polisi berhenti di dekat hutan, sepertinya mereka memang sengaja kehutan mencari keberadaan Jodha dan Jalal..

Sujamal cs sudah semakin jauh...

“Jalaal.. bangunlah sayang, maafkan aku... aku memang bodoh, sampai tak mengenali suamiku sendiri.” lirih Jodha terisak..

Jodha memeluk dada Jalal dan menempelkan telinganya diatas dada Jalal.. Jalal masih tak sadarkan diri, matanya terpejam... Jodha merasakan, telinganya mendengar jantung Jalal yang berdetak pelan, matanya terpejam menikmati suara detak jantung suaminya, “Kau masih hidup sayang, aku yakin kau akan bertahan” batin Jodha terharu... Jodha baru menyadari kalau suara sirine polisi tak terdengar lagi, dia pun panik..

“Polisi... ya.. tadi aku mendengar suara sirine polisi, tapii kemana sekarang, kemana?” ucap Jodha gemetar sambil bangkit dan berbalik kearah jalan raya yang memang sudah agak dekat, Jodha melihat kelip2 sinar senter disela2 pohon tinggi, dan siluet bbrp orang menuju kearahnya...

“Apakah itu polisi?” batinnya, sambil menyipitkan matanya menajamkan penglihatannya... Jodha pun memberanikan diri melangkah tapi diurungkannya karena tak mau meninggalkan suaminya, tak akan lagi..

Jodha pun kembali duduk bersimpuh, memandangi wajah suaminya yang bbrp menit yang lalu sempat tak dikenalinya, diusap2 kepala suaminya yang berdarah.. membelai pipinya yang sebagian dipenuhi bulu kasar, lalu mengecup hidungnya yang mancung, memandanginya lagi.. “Kau memang suamiku, cintaku, wangi nafasmu begitu aku kenal, bertahanlah sayang..” ucap Jodha terharu, airmata pun kembali menetes dipipinya yang dingin..

“Mr. Jalal, Mrs. Jalal...” teriak sebuah suara memanggil2 nama mereka, yang terdengar sangat jelas ditelinga Jodha, Jodha lega, dia mengenal suara itu “Mr. Bhagwandas” gumamnya terharu,

Jodha bergegas bangkit dan berbalik lalu berteriak.. “Aku disini... kami disini, tolong kamii!!” lantang Jodha sambil mengangkat dan menggerakkan sweater putihnya agar terlihat...

Polisi dan Bhagwandas menyorotkan senternya pada benda putih yang bergerak2 dan tampaklah sosok Jodha yang memakai piyama kremnya, mereka pun bergegas maju menghampiri Jodha..

“Mrs. anda baik2 saja?” tanya Bhagwan panik.. Jodha hanya mengangguk, hatinya sangat lega... “Terimakasih, Mr. Bhagwan, anda datang tepat waktu, tolong suamiku segera, dia terluka parah, cepat!” ucap Jodha panik sambil bersimpuh lagi disamping Jalal...

Jodha menceritakan semuanya pada Bhagwandas dan juga polisi, menyerahkan tas ransel kecilnya pada polisi, sebagai bukti kejahatan Sujamal.. Seketika itu juga polisi langsung mengejar Sujamal dan anak buahnya masuk lagi ke hutan...

Paramedis pun datang dan segera mengangkut Jalal ke tandu lalu dinaikkannya ke ambulance yang sudah tersedia, segera dipasang alat bantu pernafasan dan infus, Jalal terbaring lemah, matanya tertutup rapat..

Jodha segera diberikan semacam kain lebar yang tebal untuk membungkus tubuhnya yang menggigil dan bergegas masuk ambulance mendampingi suaminya, dia tak ingin jauh walau sedetikpun, tangannya pun tak lepas dari tangan suaminya itu, “Bertahanlah sayang, aku disini, disampingmu”

*****

Rumah Sakit kota Bhopal pukul 02:00, hampir pagi..

Jalal langsung dilarikan ke UGD, Jodha duduk diruang tunggu, hatinya gelisah dan khawatir, dia ditemani Mr. Bhagwandas dan bbrp polisi.. Duduknya merasa tak enak, jiwanya entah dimana, berkali2 bangkit berdiri mondar mandir, lalu duduk lagi sambil merapatkan kain yang membungkus tubuhnya... tatapannya terus menunduk gelisah... Begitulah seterusnya yang dilakukan Jodha..

“Kanha.. selamatkan suamiku, selamatkanlah dia, aku mohon..” batinnya berulang2...

“Mrs. tenanglah, semua akan baik2 saja” ucap Bhagwandas berusaha menenangkan Jodha, dan Jodha hanya menggeleng..

“Mrs.. tadi saya sudah dari Amer dan..” belum sempat melanjutkan Jodha langsung memgangkat wajahnya cemas.. “Amer? bagaimana keadaan disana, tolong ceritakan padaku, Mr. “ ujar Jodha tak sabar..

“Semua baik Mrs, anda tidak perlu khawatir, kami sudah menindak si pengintai rumah Amer, itu juga berkat perintah cepat dari suami anda” ucap Bhagwandas serius.. Jodha lega tetapi sekaligus resah..

“Kau menyelamatkan aku lagi, Jalal” batin Jodha terharu, air matanya kembali menetes..

“Syukurlah kalau mereka baik2 saja, saya sangat berterima kasih pada anda Mr.Bhagwandas, kalau tidak ada anda, entah apa jadinya, terima kasih,” ucap Jodha sumringah sambil mengusap airmatanya..

“Tidak Mrs. saya dan Mr. Khaibar hanya menjalankan tugas dari suami anda, itu sudah tanggung jawab kami, berkat suami anda jg, kami bisa mengetahui lokasi hutan itu, karena setiap saat suami anda menghubungi kami dan kami langsung bertindak saat itu juga, saya sangat kagum padanya, Mrs..” ucap Bhagwandas sambil tersenyum.. Jodha tersenyum hambar..

Lagi2 Jodha merasa sangat bersalah, semua kejadian yang mereka alami selama ini, segala kesalahfahaman, luka batin dan fisik, semua adalah kesalahannya, semua berhubungan dengan dirinya, tapi yang kena imbasnya adalah suaminya sendiri..

“Kenapa Jalal? kenapa?... aku merasa tak berdaya dihadapanmu, kau begitu menjagaku, kau begitu sabar menghadapi ini semua, tapi apa balasanku padamu, apa?” batinnya bergejolak resah dan bimbang menghinggapi jiwanya..

“Apa aku pantas untukmu Jalal?” batinnya lagi mulai ragu dan gelisah..

“Kanha, kenapa perasaan ini tiba2 muncul seperti ini, aku mohon.. Tunjukkanlah jalan terbaik untuk rumah tangga kami, aku sangat mencintainya, aku tak mau kehilangannya, aku mohon.. jangan pisahkan kami lagi Kanha” batin Jodha gelisah, memejamkan matanya, kini hatinya sedikit tenang..

*****

Seorang dokter yang menangani Jalal keluar dari ruang UGD, Jodha bergegas menghampiri dokter..

“Maaf dok, bagaimana keadaan suami saya?” tanya Jodha tak sabar..

“Mari ikut keruangan saya Mrs.” ujar dokter, Jodha pun meggangguk cemas, dan memberi isyarat pd Mr.Bhagwandas untuk tetap berjaga.. Jodha dan dokter berlalu..

Mereka masuk keruangan dokter.. dan duduk bersebrangan.. tertulis di nametag “dr. Atgah Shahab”
“Saat ini keadaannya mulai stabil Mrs, namun kesadarannya belum sepenuhnya pulih, karena lukanya tidak terlalu parah, sekarang akan kami pindahkan ke ruang rawat.. dan karena kehilangan banyak darah, jadi kami berusaha untuk terus mencukupi kebutuhan darahnya, namun anda tak perlu khawatir Mrs, suami anda sangat bersahabat sekali dengan dirinya sendiri untuk tetap bertahan hidup “ ucap dokter serius dan menenangkan,

“Oh.. Kanha.. Terimaksih kau telah mengabulkan do'a ku, menyelamatkan suamiku, terimaksih Kanha..” batin Jodha tak henti2 nya bersyukur..

“Dok, kalau memang lukanya tak begitu parah, tapi kenapa begitu banyak darah yang keluar ya?” tanya Jodha bingung tapi lega atas penjelasan dokter tadi..

“Pukulan itu mengenai kening bagian kiri atas, dan darah yang mengalir itu karena luka sobekan dari benda yang dipukulkan, semacam ranting pohon kecil yang tajam, karena kami menemukan banyak serpihan2nya disana”,

Jodha kaget.. “Kanha.. itu adalah perbuatan bodohku dan memang aku pelakunnya !!” batin Jodha menyesali dirinya..

“Kita masih beruntung Mrs, pukulan itu tidak mengenai tulang kepala suami anda, kalau terkena, mungkin kejadiaannya tak akan seperti ini, kita sangat bersyukur” lanjut dokter mencoba menjelaskan lagi.. Jodha diam dan mencoba menghapus bayangan buruk, tentang apa yang dikatakan dokter barusan..

“Begitu ya dok, sekarang kecemasan saya sedikit berkurang dok.. Terimakasih banyak, dokter..?”

“Atgah, nama saya Atgah Mrs..”

“ Oya, dokter Atgah.. Terimakasih”

“Berterimakasihlah pada Tuhan, Dia yang telah membantu anda, lewat do'a do'a anda” ucap dokter sopan sambil tersenyum.. Jodha mengangguk lega, mengucapkan salam lalu berpamitan..

*****

Jalal dibawa keruang rawat, Jodha mengikutinya disisi kanan, matanya tertutup, wajahnya yang damai membuat Jodha tak henti2nya menangis haru..

*****

Sudah hampir tiga jam Jalal masih tak sadarkan diri, tak sedetikpun Jodha meninggalkannya, Jodha duduk disisi kanan Jalal yang masih terbaring, membelai pipinya, menggenggam tangannya mesra, sesekali menciuminya, lalu memandangi wajah damai suaminya lekat2...

“Ada apa dengan wajahmu sayang? kau tampak aneh dengan bulu2 ini, tapi ketampananmu tak akan hilang sedikitpun, dan aku akan tetap mencintaimu sayang, apa pun yang terjadi“ batin Jodha geli, mencoba menghibur dirinya sendiri, dan kini keraguannya sedikit berkurang..

Jodha masih terhanyut dalam kesedihan sekaligus kebahagiaan, airmatanya tak henti2nya mengalir, sedih karena suami tercintanya belum sadarkan diri, dan terbaring lemah tak berdaya, sekaligus dia sangat senang dan tak percaya kalau dia akan bertemu lagi dengan suaminya ini, cintanya, belahan jiwanya...

“Sadarlah sayang, aku sangat mencintaimu, aku ingin kau memarahiku atas semua kepahitan ini, kesalah fahaman ini, kekecewaan ini, aku yang bersalah tetapi knp kau yang selalu menanggung semuanya, kenapa? aku sangat merindukan suaramu, kemarahanmu, desahan nafasmu, tatapan matamu, mata yang selalu menggodaku, aku sangat merindukan semua itu sayang, aku sangat membutuhkanmu.” Tangis Jodha pun akhirnya tak bisa ditahan lagi, sesenggukan dan memejamkan matanya meresapi segala kesedihan2 yang datang silih berganti..

Tiba2 jari2 tangan Jalal yang di genggam Jodha bergerak perlahan, tapi saat itu Jodha sedang tertidur.. Jalal mulai mencoba membuka matanya perlahan namun terlalu berat untuk melakukannya, Jodha masih tertidur, karena dari kemarin tak sedetikpun Jodha memejamkan matanya untuk tidur.. Jalal terlihat berusaha mencoba mengucapkan sesuatu, tapi terasa kelu, hanya bibirnya agak terbuka.. lalu mencoba menggerakkan lagi tangannya lebih kuat, Jodha merasakan ada gerakan ditangannya, seketika itu juga Jodha terbangun..

“Sayang.. kau sudah sadar.. sayang..” ucap Jodha sumringah, mata bulatnya berbinar.. Jalal tersenyum tipis, namun penglihatannya masih samar2, Jodha membelai pipi suaminya lembut, dan mencium keningnya dalaam.. bulir airmata pun jatuh tak tertahankan.. “Aku ingin mendengar suaramu sayang..” pinta Jodha manja.. Jalal mencoba membuka bibirnya, namun terasa berat baginya, Jodha menyadari akan hal itu, Jodha menutup mulut Jalal lembut, “Sudah.. sudah.. jangan dipaksakan sayang, hemm...” mereka saling menatap, ada banyak cinta dan kerinduan dalam tatapan itu, kini penglihatan Jalal sudah benar2 jelas, terlihatlah wajah istrinya yang sembab dan pucat..

Akhirnya, “ Jodhaa.. “ ucap Jalal lemah namun begitu merdu terdengar ditelinga Jodha... Jodha terbelalak, Jodha pun tak kuat lagi menahan tangis harunya, seketika itu jg langsung naik ke sisi ranjang dan mendekap Jalal erat.. bahu Jalal menjadi bantalan kepala Jodha, mereka saling mendekap erat memejamkan mata, saling menumpahkan kerinduan yang mendalam... Jalal tersenyum, Jodha pun tersenyum sambil terisak...

Hampir 10 menit mereka saling mendekap erat, saling menikmati gemuruh cinta dalam raga mereka, menumpahkan segala kerinduan, dan segala kebahagiaan, melupakan sejenak kesedihan dan rasa sakit yang selama ini mereka alami.. Mereka hampir terlelap dalam dekapannya...

Main Yahaan Hoon ( Ost. Veer Zaara )

Janam dekhlo, mit gayi dooriyan, main yahaan hoon , yahaan hoon, yahaan hoon, yahaan)
(Yang tersayang, lihatlah jarak antara kita sudah pergi, aku disini )
Kaisi sarhadein, kaisi majbooriyan
(Melampaui semua batas dan hambatan)
Main yahaan hoon , yahaan hoon, yahaan hoon, yahaan
(Aku disini)

Tum chhupa na sakogi main woh raaz hoon
(Aku adalah rahasiamu yang tak bisa disembunyikan)
Tum bhola na sakogi woh andaaz hoon
(Aku adalah yang tampak yang tak bisa kau lupakan)
Goonjta hoon jo dil mein toh hairaan ho kyun
(Mengapa kau terkejut dengan getaran ini)
Main tumhaare hi dil ki toh awaaz hoon
(Karena aku adalah suara yang kau dengar)
Sun sako, toh suno, dhadkanoon ki zabaan
(Dengarlah jika kau bisa, irama jantung mu)
Main yahaan hoon , yahaan hoon, yahaan hoon, yahaan
(Aku disini)

Main hi main ab tumhaare khayaalon mein hoon
(Aku dan hanya aku, sekarang yang ada dalam pikiranmu)
Main jawaabon mein hoon, main sawaalon mein hoon
(Aku lah semua yang ada dalam pertanyaan mu dan jawaban mu)

Main tumhaare har ek khwaab mein hoon basa
(Aku ada di pusat mimpimu)
Main tumhaari nazar ke ujaalon mein hoon
(Aku adalah cahaya yang bersinar dari matamu)
Dekhti ho mujhe, dekhti ho jahaan
(Kau dapat melihatku, dimanapun kau memandang)
Main yahaan hoon , yahaan hoon, yahaan hoon, yahaan
(Aku disini)

Janam dekhlo, mit gayi dooriyan,
(Yang tersayang, lihatlah jarak antara kita sudah pergi)
Main yahaan hoon , yahaan hoon, yahaan hoon, yahaan
(Aku disini)
Kaisi sarhadein, kaisi majbooriyan
(Melampaui semua batas dan hambatan)
Main yahaan hoon , yahaan hoon, yahaan hoon, yahaan
(Aku disini)

Kesadaran Jalal mulai berangsur pulih, mencoba menggerakan tangannya lagi membelai mesra rambut Jodha, Jodha pun tersadar dr lelapnya, mengangkat wajahnya dan tersenyum manis, Jalal pun membalas senyumannya, kini dada mereka menempel.. Saling menatap penuh cinta..

“Sekarang kau tambah gemuk saja sayang..” ucap Jalal geli, mencoba menggoda Jodha,

Jodha membulatkan mata indahnya, pipinya memerah, dan tersenyum manja, lalu memukul dada Jalal lembut.. “Apa aku seberat itu sampai kau bilang aku gemuk, huh! tapi aku merindukanmu sayang, rindu godaan mu ini” ucap Jodha manja..

“Aku tau, tapi biarkan aku bernafas dulu” goda Jalal lagi,

mata Jodha semakin bulat.. “Hmm.. baiklah” ucap Jodha tersipu berat, menyadari kalau dirinya telah agak lama menindih dada suaminya itu, lalu beringsut melepaskan dekapannya, dan hendak turun..

“Mau kemana?” tanya Jalal mesra, sambil mengencangkan dekapannya..

“Mmm, kau merasa berat, kan? dan sepertinya, dokter akan segera datang” jawab Jodha masih berusaha melepaskan dekapan erat Jalal..

Jalal tersenyum mesra... “Baiklah, akan aku lepaskan, tapi aku ingin satu kecupan hangat darimu” ucap Jalal mulai nakal..

“Tidak! , ini rumah sakit, dan orang2 akan segera datang” sergah Jodha sambil menoleh ke arah pintu dibelakangnnya posisi masih menindih dada Jalal, “Kenapa tidak? sepertinya bukan karena kita disini, kan? tapi karena kau tak dapat menemukan dmn bibirku berada?” ujar Jalal sambil tertawa.

Jodha tersenyum masam, sambil melirik ke arah bibir Jalal yang tertutupi kumis dan jenggot tebal, tapi tiba2 Jalal memegang kepalanya yang sakit tiba2 dan meringis kesakitan, Jodha langsung panik melihat Jalal kesakitan. “Kenapa sayang?! sakit ya, sini aku lihat lukanya” ucap Jodha panik, dan kini Jodha sudah berdiri disamping..

Jalal mengerutkan dahinya menahan sakit, Jodha mencoba membuka perban dikepala Jalal, dan membersihkan luka yang masih membasah lalu mengobatinya, Jalal memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan tangan Jodha yang sedang membersihkan lukanya, sesekali ujung rambut Jodha menerpa wajahnya, membuat darah Jalal berdesir halus.... “Ini semua salahmu Jodha! perbuatan bodohmu, padahal kan suamimu berniat akan menyelamatkanmu! tapi kenapa suami sendiri mau dibunuh, istri macam apa kau ini Jodha?!” gumam Jodha kesal pada dirinya sendiri, dia masih mengobati luka Jalal,

Tapi Jalal menghentikannya tiba2... “Hentikan! sudah cukup!” ucap Jalal marah..

Jodha kaget, lalu perlahan menghentikan kegiatannya.. menatap Jalal dengan heran, “Tapi ini belum selesai”ucap Jodha khawatir,

“Duduklah” timpal Jalal datar tanpa memandang Jodha... Jodha pun duduk, diam, tangannya masih memegang perban dan obat2an.. Jodha menunggu reaksi Jalal selanjutnya....

Bersambung

FanFiction Penantian Bagian yang lain Klik Disini


3 comments:

  1. Michal Danduru Marewa3 April 2015 at 07:57

    Bgmnmi kelanjutanx smg mrk slg memaafkan ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
  2. rasya audrie3 April 2015 at 10:35

    Ditunggu kelanjuttannya bunda πŸ˜ƒ

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...

Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.

Terima Kasih.