
Jodha ngeri melihat reaksi Jalal. Sekelebat bayangan masa lalu Jodha muncul lg. Seketika itu jg wajahnya berubah sangat pucat. Jodha pun pingsan.
Jalal dan Shivani terkejut. “Jodhaa. kau knp sayang?” tanya Jalal panik dan langsung membopong Jodha ketempat tidur bekas Jalal kemarin. “Shivani panggil dokter cepaat,” ucap Jalal agak keras.
“Sayang bangun. kau ini knp tiba2 pingsan?” ucap Jalal lagi sambil mengusap2 tangan kanan Jodha.
Dokter Aamir Khan pun datang dan langsung memeriksa keadaan Jodha
Jalal panik, Shivani benar2 gelisah “Ada apa kak?” batin Shivani, td dia sempat melihat sekilas kearah Jodha yang melamun dan ketakutan, tapi blm sempat bertanya Jodha sudah pingsan.
“Bagaimana dok?” tanya Jalal masih panik.
“Keadaannya stabil hanya saja tubuhnya tegang sekali seperti ada sesuatu yang benar2 dia takutkan tapi itu hanya perkiraan sy saja tuan,” dokter menjelaskan sambil menatap Jodha lekat2. Shivani terkejut mendengar penjelasan dokter.
Kini Jalal sudah berada didekat Jodha disamping kanannya memegang erat tangannya dan mencium lembut keninngnya, lalu memandanginya. Jodha masih tak sadarkan diri matanya menutup rapat. “Ada apa sayang? kalau yang dikatakan dokter benar, ketakutan apa yang dimaksud?” batin Jalal sedih.
“Saya permisi dulu tuan, setelah suntikan yang sy berikan, istri anda akan segera sadar,” ucap dokter Aamir.
“Baiklah dok terimakasih,” ucap Jalal tanpa menoleh, masih menatap istrinya dengan penuh cinta. Dokter pun berlalu.
Shivani benar2 bingung, apa yang harus dia dilakukannya. “Apa aku katakan pada Bhaijaan kalau dokter itu benar?” batinnya. Tapi dia tidak berani.
Jalal masih diposisi semula, masih memikirkan kata2 dokter Aamir tadi, “Apa dia benar2 ketakutan atas kejadian yang menimpa kita, tapi sepertinya ada hal lain, aaarrggh entahlah!” batin Jalal kesal.
30 menit kemudian.
Jari2 Jodha mulai bergerak pelan, “ Sayang, kau sudah sadar?” tanya Jalal lembut.
Jodha mulai membuka matanya pelan2, setelah penglihatannya benar2 jelas barulah tersenyum memandang wajah suaminya yang tampan, Jalal pun mengucap syukur, dan memasang senyum termaniss dan mencium kepala Jodha mesra.
Shivani menghampiri mereka matanya berkaca2. “Syukurlah jiji sudah sadar,” ucap Shivani riang.
Jodha hanya mengangguk tersenyum tapi hambar. Jalal menyadari perubahan senyum Jodha. Tapi Jalal berusaha tenang, “Sayang, knp malah kau yang sekarang terbaring ditempat tidurku ini?” goda Jalal.
Shivani tersenyum riang mendengar godaan Jalal. Tapi Jodha lagi2 hanya tersenyum hambar. Jalal terkejut tapi tetap berusaha tenang dia tak mau gegabah. “Kau menyembunyikan sesuatu Jodha!” batin Jalal tajam. Jalal menatapnya tajam, tapi pikiran Jodha entah kmn.
“Besok kita pulang kan, sayang?” ucap Jodha tiba2 mengagetkan Jalal.
“Hmm. ya sayang, sudah kangen rumah yaa?” jawab Jalal sambil tersenyum. Jodha hanya mengangguk pelan. matanya membulat tapi kosong. Jalal benar2 sedih melihatnya, tapi tak berani bertanya apapun karena takut mengganggu kondisinya.
“Aku keluar sebentar ya sayang?” ujar Jalal lembut.
“Ya sayang, tapi kau mau kmn?” ucap Jodha mulai sumringah. Jalal benar2 heran atas perubahan ekspresi istrinya ini.
“Mencari udara segar,” ucap Jalal singkat.
“Kau tak mau mengajakku, sayang?” ucap Jodha manja.
“Kau harus istirahat, sayang. “ jawab Jalal pelan sambil membelai pipi Jodha lembut.
“Ya baiklah,“ ucap Jodha sambil cemberut.
Jalal tersenyum lalu mengecup bibirnya cepat tapi lembut, membuat mata Jodha membulat lucu. Shivani yang dr td melihat kemesraan mereka, pun berpaling kearah lain sambil tersipu.
“Shivani, tolong jaga ya jiji mu ini jangan biarkan dia kmn2,” ucap Jalal.
“Siaap Bhaijaan,” ucap Shivani semangat sambil nengacungkan jempol tanda oke.
Jodha masih tersipu dengan serangan dadakan yang di lakukan Jalal. Jalal pun berlalu, sebelum sampai pintu, dia berbalik sambil mengacungkan jari telunjuknya, menghampiri Jodha lalu mencium kepalanya mesra dan lamaa, lalu membelai rambutnya mesra, Jodha tersenyum lalu mengangkat wajahnya lugu menatap Jalal. Jalal tersenyum dan berlalu menghilang dibalik pintu.
Jodha sudah merasa agak pulih tapi masih lemah, lalu dia bangkit dr tempat tidur Shivani membantunya, menuju balkon ruangan itu, memandang ke atas ke langit yang hitam.
“Lihat Shivani. langitnya sangat gelap dan hitam tak ada satu pun bintang apalagi bulan yang mengalahkan gelapnya. Seperti halnya diriku sekarang akan dihantui bayangan hitam, pekat tak ada cahaya apapun, aku benar2 gelisah, masa lalu itu akan menampakkan wajahnya kembali dengan sangat jelas dan aku takkan bisa menghindar lagi kecuali dengan cinta,“ ucap Jodha tenang dan pasrah seolah2 berbicara sendiri. senyum hambar kembali hadir di bibirnya.
Shivani mengerutkan kening, dia tak mengerti apa yang Jodha bicarakan, “Maksud Jiji apa? aku gak ngerti,” tanya Shivani polos. Jodha hanya tersenyum getir. Dia ingat kejadian sore itu.
**Flashback**
Setelah merapihkan segala sesuatu untuk kepulangan Jalal dr rumah sakit, mereka bertiga pun menikmati santap sore terlebih dahulu di cafe rumah sakit, mereka sangat menikmatinya. Tiba2 handphone Jodha berbunyi sms masuk “AKU MERINDUKANMU, INGATLAH SUMPAHKU JODHA!” isi sms tanpa nama DEG, Jodha terkejut, melotot ngerii nembacanya, sekelebat muncul wajah masa lalu yang penuh kemarahan. “Dia bebas!” batin Jodha muak. Keringat dingin menjalar keningnya. Tapi dia masih bisa mengontrol emosinya, langsung mematikan handphonenya, berusaha tenang.
Jalal tak melihatnnya karena wajahnya terhalang koran yang sedang dibacanya. Shivani asyik menunduk dengan gadgetnya senyum2 gak jelas.
“Aku sangat merindukan rumah bagaimana keadaannya yaa?” ucap Jodha agak lantang pada diri sendiri, mencoba meminta perhatian orang2 dan berusaha mendinginkan emosinya. Jalal pun menurunkan koran nya, dan Shivani hanya mengangkat wajahnya memandang sekilas kearah Jodha lalu kembali asyik menunduk.
“Baiklaaah. ada yang merindukan rumah atau merindukan sesuatu??” goda Jalal melirik Jodha. Jodha tersipu, berusaha sekuat tenaga agar tetap tenang. dan berhasil, Jalal pun membelai mesra rambut istrinya. Sekarang suasana hatinya lumayan tenang kembali.
**Flashback End**
2 jam kemudian
Pintu ruangan dibuka. “Ayo kita pulang,“ ajak Jalal tiba2 setelah menghampiri Jodha Shivani di balkon.
Jodha menoleh, ada raut kemarahan yang terpendam diwajahnya. Jalal memalingkan wajah kearah lain karena sadar Jodha memperhatikannya. Shivani merasa harus pergi, berlalu tanpa kata, dan disibukkan dengan gadgetnya.
Sekarang mereka berdampingan menghadap ke sebuah taman rumah sakit yang remang2. Jodha membelai pipi suaminya mesra, “Ada apa, kau dr mana saja?” tanya Jodha pelan. Jalal hanya menggeleng masih memandang kearah taman, “Kau tak mau cerita sayang?” tanya Jodha lagi sangat pelan.
Reflek Jalal langsung menatap tajam kearah Jodha, DEG, ekspresi yang blm pernah Jodha lihat membuatnya terkejut. Lalu Jalal menggeleng lagi tanpa suara tapi masih menatap tajam Jodha menahan emosi. Jodha diam tapi gelisah. Lalu Jalal mendekatkan wajahnya mengecup pipi kiri Jodha “Pulang yuk, kan kangen,” bisiknya bergetar, hampir tak terdengar jantung Jodha bergemuruh tak menentu. Jodha pun hanya mengangguk.
Mobil Jaguar hitam pun meluncur dipekatnya malam langit New Delhi.
Selama perjalanan pulang mereka hening. Shivani sibuk menunduk. Sesekali Jodha melirik kearah Jalal, tapi Jalal tak membalasnya. Jodha pun diam, dia tidak berani menatapnya lagi karena dia tau ada sesuattu yang terjadi dengan suaminya itu dan Jodha tak pernah memaksa kalau memang tak mau menceritakannya, jadi memilih diam. Jalal menyadarinya kegelisahan dan keheningan Jodha, tapi dia tak berani balas menatap karena saat ini dirinya masih menahan emosi pada seseorang, otak dibalik semua kejadian yang mereka alami.
**Flashback**
Setelah Jalal meninggalkan Jodha berdua dengan Shivani di rumah sakit, dia langsung menumpang taksi menuju kantor polisi.
Kantor Polisi
“Aku ingin bertemu Inspektur Arjun,” pinta Jalal pada seorang resepsionis yang ada dibalik meja
Dia pun berdiri, “Dia sedang keluar tuan, mungkin ada pesan,” ucap si resepsionis ramah.
“Tidak, keluar kmn dia?” tanya Jalal tak sabar.
Belum sempat dijawab, Insp. Arjun datang, “Mr. Jalal, sedang apa anda disini?” ucap Insp. Arjun sambil mengerutkan keningnya bingung.
Jalal menoleh kearah suara, “Syukurlah anda datang tepat waktu Inspektur,” ucap Jalal senang.
“Oke. ada yang bisa saya bantu Mr.?” tanya Insp. Arjun.
“Ya, aku ingin menemui si Abul Mali itu, dimana dia?” ucap Jalal menjelaskan kedatangannya dengan tak sabar.
“Baiklah, anda harus tenang dulu Mr. mari ikut saya,” ucap Insp. Arjun sambil berjalan kearah suatu ruangan khusus, diikuti Jalal dr belakang.
Sesaat Insp. Arjun berbicara dengan seseorang berpakaian polisi lengkap. Ruang remang2 yang hanya ada lampu gantung redup, meja kotak dan dua kursi saling berhadapan meja sebagai penghalangnya, “Silakan duduk Mr.” ujar Insp. Arjun dia hanya berdiri disamping kiri Jalal.
Pintu dibuka, masuk lah Abul Mali didampingi seorang petugas polisi, dengan kedua tangan diborgol, wajah menunduk, dia belum tau akan berhadapan dengan siapa. Lalu dia didudukan dikursi yang menghadap Jalal. dia masih menunduk. Jalal langsung dibakar emosi setelah mereka berhadapan. Tapi berusaha untuk menahannya. “ Mr. Abul, lihatlah ini tamu untuk anda,” diangkatlah wajah Abul Mali, DEG Abu Mali langsung melonjak terkejut ketakutan, saking terkejutnya, hampir saja dia terjatuh dr kursinya.
“Kau masih ingat padaku hah!!” bentak Jalal didepan Abul Mali dia langsung berdiri.
“Tenang Mr. Jalal, tenangkan diri anda,” ucap Insp. Arjun pelan mencoba menenangkan Jalal.
Jalal pun bbrp kali membentak memaksa Abul Mali untuk bicar siapa otak dibalik semuanya, lagi lagi dan lagi. Abul Mali pun menyerah karena ketakutan melihat emosi dan kemarahan Jalal yang meluap2. Kalau menyangkut keluarga, Jalal memang tidak bisa mengendalikan amarahnya lagi dia tak peduli dengan kondisi apapun, dimana pun. Apalagi menyangkut Jodha, wanita yang sangat Jalal cintai. Akhirnya Abul Mali pun menyebutkan satu nama yang membuat Jalal melonjak terkejut, melotot mata memerah. “Knp dia melakukan ini?” geramnya tak percaya.
Setelah semua urusan selesai Jalal pun pamit pada Insp. Arjun dan membawa mobilnya. Wajahnya menahan emosi.
**Flashback End**

Kebekuan diantara mereka berdua benar2 menusuk hati, mereka blm berani bertukar pikiran untuk mencairkannya. Sekilas Jalal memberanikan diri melirik kearah Jodha, emosinya kini mulai mereda, Jodha sedang melamun hambar. “Apa yang kau pikirkan Jodha? kau menyembunyikan sesuatu dariku,” batin Jalal sedih.
“Dia bebas,” batin Jodha lemah tatapan kosong.
“Ceritakan padaku Jodha, apa kau mulai tak percaya padaku?” batin Jalal.
“Masa laluku akan membuat Jalal emosi, dia benar2 mengerikan,” batin Jodha datar.
Home Sweet Home
Mobil Jaguar hitam pun masuk garasi. Mereka sibuk membereskan barang2 didalam mobil dan bagasi. Setelah selesai semua mereka pun istirahat, Jodha duduk2 dulu bersama Shivani karena masih lemah. Tapi Jalal langsung masuk kamarnya tanpa kata apapun yang diucapkan, dia blm menyadari kalau Jodha saat ini sangat membutuhkannya, kondisi Jodha masih lemah, Jodha hanya menatap punggung Jalal yang hilang dibalik pintu kamar. Jodha mengerti kalau Jalal masih tak mau diganggu.
Walau kondisinya masih lemah Jodha tetap mengantar Shivani ke kamar khusus, kamar untuk keluarga mereka untuk menginap. Kamar Shivani dilantai dua bersebelahan dengan kamar Jalal. “Jiji, kau istirahat saja. biar aku yang beres2,” ucap Shivani setelah mereka masuk kamar. “Gak apa2 Shivani, sayang,” ucap Jodha lemah.
Tiba2 pintu kamar dibuka. Mereka menoleh. Jalal muncul menatap Jodha sedih. Lalu menghampiri mereka berdua. “Shivani. Mudah2 kau senang disini ya, anggap rumah sendiri seperti di Amer,” ucap Jalal lembut.
“Ya bhaijaan, pasti!” seru Shivani riang. Lalu Shivani membereskan bbrp pakain yang dia bawa, disimpan ke dlm lemari, sementara Jodha dan Jalal duduk ditepi tempat tidur mereka saling menatap penuh cinta, tapi kebekuan masih menyelimuti mereka.
“Sudah beres kak! “ seru Shivani mengagetkan Jodha dan Jalal.
“Baiklah. km mau langsung istirahat atau nonton tv atau mak...”
belum sempat Jalal melanjutkan ucapannya, Jodha memotong. “Jiji tidur disini ya, kangen sm km Shivani boleh ya?” ucap Jodha sambil tersenyum riang dan membulatkan matanya lucu.
Jalal terkejut lalu menoleh kearah Jodha, tak menyangka Jodha memotong pembicaraannya. Jalal merasa di acuhkan. Jodha hanya diam menunggu jawaban Shivani. “Kau akan tidur dgku Jodha!” ucap Jalal kesal menatap Jodha tajam.
Jodha langsung menatap kearah Jalal namun sekilas, “Baiklah,” ucap Jodha datar.
Shivani dr tadi hanya melongo. “Besok saja ya Shivani Jijimu ini tidur dgmu gak apa2 kan?” ucap Jalal pura2 riang.
“Ya bhaijaan gak apa2 kok,” ucap Shivani polos. Mereka pun pamit.Jalal membantu Jodha melangkah kearah pintu.
Setelah menutup pintu Jalal langsung membopong Jodha tanpa ampun, Jodha memekik kecil, terkejut membulatkan matanya dan tersipu “Sayang lepaskan akuu, ingat perutmu masih sakit kan?!” seru Jodha pura2 ketus. Jalal hanya menggeleng dan tertawa riang. Jodha meronta sambil sesekali memukul lembut dada Jalal yang tegap, Jalal hanya tersenyum .
Lumayan jauh juga jarak kamar Shivani ke kamar Jalal, tapi terasa ringan untuk Jalal dan jg demi cinta. Mereka saling menatap. Jodha tersipu dan menyembunyikan wajahnya di dada Jalal. Jalal tersenyum, sejenak kebekuan diantara mereka mulai mencair. akhirnya sampai pintu kamar Jalal. “Buka pintunya sayang.” bisik Jalal
“Turunkan dulu!” sengit Jodha tapi masih tersipu. Jalal hanya menggeleng. “Huh! Keras kepalanya kambuh!” batin Jodha kesal.
Dibukalah pintu dengan tangan kanan Jodha, setelah masuk Jalal langsung merebahkan tubuh Jodha dengan hati2 diranjangnya yang super empuk, lalu Jalal duduk ditepi ranjang kiri Jodha, rambut Jodha sebagian menutup wajahnya, Jalal menatapnya lekat2. Lalu disibakkan rambut Jodha dengan tangan kanannya pelan. sementara tangan kirinya menekuk, berada didekat pinggang kanan Jodha, Jodha tersipu memalingkan wajahnya kearah kanan dan matanya terpejam.
“Kau mau apa.?” tanya Jodha pelan.
“Aku mau menghabiskan malam bersamamu, cantik. “ bisik Jalal ditelinga kiri Jodha, Jodha menutup matanya sangat rapat, menghirup aroma tubuh Jalal. bibirnya agak terbuka menggoda. Jalal menatapnya lalu beralih kebibirnya, lamaa. “Aku mau mandi dulu” bisiknya lagi.
Jodha membuka mata lalu menoleh kearah Jalal, Jodha tidak sadar kalau wajah mereka begitu dekat dan akhirnya bibir mereka menempel, seperti biasa mata indah Jodha membulat lucu. Jalal hanya diam menikmati. Jodha reflek memalingkan wajahnya kembali kearah kanan dan tersipu berat. Jalal hanya tersenyum nakal. Jalal bangkit menuju kamar mandi, Jodha pun bangkit kearah lemari untuk menyiapkan baju tidur Jalal. Dilihat susunan rapi baju2 tidur serba putih, mulai dr oblong, celana pendek, kurta, piyama semua putih Jodha sangat menyukainya. Senyum pun mengembang dibibirnya, tiba2. ada sepasang tangan kekar menggelikan pinggangnya. Jodha menahan nafas dan membuangnya pelan, berusaha bersikap tenang. Pundak kirinya terasa hangat, ternyata dagu Jalal mendarat disana.
“Sedang apa?” bisik Jalal ditelinga kiri Jodha.
“Memilih baju tidurmu,” jawab Jodha setenang mungkin.

Bibir Jalal mulai beraksi menyusuri leher kiri Jodha, lalu ketelinga, hendak kearah depan, tiba2 Jalal mendapat serangan mendadak. “Ini pakai bajumu Mr. Jalal,” tepat menempel didepan wajahnya. Jalal mengambilnya.
Jodha langsung menghindar dan berlalu, “Aku mandi dulu!” serunya sambil tersenyum genit dan hilang dibalik pintu. Jalal tersenyum gemes malihat tingkah istrinya itu.
Jodha langsung menuju kamar mandi melangkah dengan riang. Masuk kamar mandi dan nyanyi2. Selesai mandi Jodha keluar dengan melilitkan handuk didepan dadanya, lalu menuju lemari untuk mengambil gaun malam warna hitam tanpa lengan. Tiba2 suara pintu dibuka, DEG “ Tunggu!! diam disitu jangan masuk!! seru Jodha lantang.
“Aku Jalal.”
“Ya, a... aku tau tapi tetap disitu!” seru Jodha gugup. Jodha bergegas berpakaian.
“Tapi knp? aku mau bicara dgmu sayang.” ucap Jalal bingung. Heniiing....
“Ayo, kau mau bicara apa?” ucap Jodha tiba2 sudah didepan Jalal, matanya membulat indah. Jalal mematung terpesona, Jodha sangat cantik natural, wajah tanpa make up, tapi tidak pucat, bersih, dengan gaun hitam menggoda. “Kebiasaan deh kalau menatap tuh ya!” batin Jodha jengah ditatap seperti itu. Jodha memencet hidung mancung Jalal tanpa ampun, Jalal mengaduh. Jodha pun melepasnya dan tertawa lepaass.
Jalal menutup mulut Jodha dengan tangan kanannya “Sssstt. kita tidak sendiri sayang.” ucap Jalal sambil menoleh kearah kamar Shivani. Jodha pun mengangguk. Lalu Jalal membelai rambut Jodha mesra. “Aku mau bicara dgmu, penting!” ucap Jalal serius. “Dikamarmu ya?” lanjut Jalal. Jodha mengangguk mantap.
Mereka pun masuk kamar Jodha, Jalal mengunci pintu. DEG! “Kenapa dikunci segala!” batin Jodha gugup. Jodha berbalik “Mmmm... sayang. knp pintunya dikunci?” tanya Jodha lugu.
“Kita kan mau menghabiskan malam bersama.,” ucap Jalal.
“Kya?!” batin Jodha berdebar. “Taa... tapi... akuu.” ucap Jodha gugup setengah mati.
Jalal mendekat kearah Jodha, Jodha mundur. Sekelebat bayangan muncul lagi. Jodha berusaha tenang. Jalal gemes melihat ekspresi dan reaksi istrinya itu. Akhirnya tawa yang ditahan dr tadi pun akhirnya meledak kerass. Jodha terkejut lalu cemberut sekaligus lega. “Terus saja menggodaku! “ sengit Jodha.
“Aku sukaa., kau tampak sangat cantik,” ucap Jalal dan tertawa lagii.
Jodha cemberut lalu bergegas naik tempat tidur dan duduk bersila, tangan sedekap. “Berhenti tertawa gak ada yang lucu!” ketus Jodha, matanya mulai berkaca2.
Jalal menyadari kalau dia sudah keterlaluan. Jalal pun menghampiri Jodha mendekat duduk didepannya. “Maafkan aku sayang. aku hanya bercanda.” ucap Jalal pelan sambil membelai pipi Jodha lembut. Jodha diam, memandang kearah lain. “ Hmmm. marah ya?” ucap Jalal lemah. Jalal menunduk, Jodha mengalihkan pandangannya pada Jalal yang masih menunduk. Lalu mengangkat wajah Jalal dengan kedua tangannya. Mereka pun bertatapan. Jodha menggeleng lalu mengecup lembut kening Jalal. Lalu Jalal memeluk Jodha erat. Jodha membalsnya sangat erat.
“Aku ingin bicara sayang.“ ucap Jalal masih memeluk.
“Ya.” ucap Jodha singkat, mereka pun melepas pelukannya.
Masih diposisi yang sama mereka duduk berhadapan.
“Sayang... aku ingin bicara soal kejadian yang menimpa kita kemarin” ucap Jalal serius sambil menggenggam tangan Jodha.
“Bicaralah.” ucap Jodha jg serius.
Jalal sadar kalau dia harus segera mencairkan kebekuan diantara mereka yang terjadi bbrpa saat lalu, dan berusaha untuk tidak memikirkan kata2 yang diucapakn dr.Aamir Khan tentang kondisi Jodha, suatu ketakutan!!.
“Aku ingin bilang kalau td aku pergi ke kantor polisi”. Jalal menjelaskan semuanya.
Jodha mendengarkan dengan seksama, “Nikita Mirza?!” seru Jodha terkejut.
“Ya sayang ternyata dia otak dr semuanya, tapi aku blm tau maksud dia melakukan ini semua?” ucap Jalal bingung.
“Jadi sekarang apa yang akan kau lakukan?, kau akan mencarinya sampai keujung dunia?” ucap Jodha dengan nada menyindir dan agak cemburu.
Jalal mengerti maksud ucapan istrinya ini. “Ya, tentu saja!, aku sudah bilang kan?” goda Jalal.
Jodha diam. Jalal menunggu reaksi Jodha. “Aku izinkan!” ucap Jodha ketus dan cemburu.
“Benarkah?” goda Jalal lagi.
“Hmmm.” gumam Jodha.
“Baiklah besok kau siapkan semua kebutuhanku untuk mencarinya keujung dunia.” Jalal masih terus menggoda.
Jodha baru menyadari kalau Jalal menggodanya lagi, menunduk menahan senyum. Jalal menahan tawanya, tidak menyadari kalau Jodha mulai balik menggodanya. Jodha diam.
“Knp diam sayang?” tanya Jalal pelan. Jodha menggeleng. “Kau percaya kalau aku akan meninggalkan.” belum sempat Jalal melanjutkan kata2, tiba2 Jodha mengecup bibir Jalal kilat, lalu bersembunyi dibalik selimut di kanan tempat tidur. tawanya pun pecah. Jalal terkejut ternyata godaanya tak mempan, malah dia yang digoda. Dengan tak sabar Jalal pun masuk keselimut yang sama, mereka pun tertawa lepas tanpa beban.
Tiba2... kriing... kriiing... Handphone Jalal berbunyi, yang terletak dimeja kiri tempat tidur. Kepala Jalal muncul dr balik selimut. Diikuti Jodha yang muncul.
“Siapa menganggu malam2 gini.” Jalal mengambil handphonenya. Tertera nama RUQAIYA. “Kau lagi, kau lagi, selalu saja mengganggu kesenanganku Ruuuuqqqq!!” batin Jalal geram.
“Siapa?” tanya Jodha polos, sekarang posisi mereka duduk, Jodha menggeser posisiya menghadap kanan Jalal. Jalal menunjukkan nama yang tertera di handphonenya ke Jodha, Jodha menggeleng2 kepalanya lalu tersenyum.
“Haloo Jalaaall, lama sekali kau mengangkatnya.!!” seru Ruq dengan suara cemprengnya.
Jalal sampai menjauhkan dr telinga kanannya. Jodha mengerutkan kening. “Ya ada apa Ruqaiya?” ucap Jalal malas. lalu melirik Jodha, Jodha agak memelototinya.
“Aku ingin bicara dengan Jodha, knp susah di hubungi, knp gak aktif terus, dia.”
Jalal langsung memberikannya pada Jodha, bisa2 kupingnya keriting. entah apa yang dibicarakan Ruq dia ngomel tiasa henti.
Jodha mengambilnya “Ya Ruq. ada apa ini aku?” ucap Jodha pelan.
“Jodha, knp hp mu mati dr sore aku menghubungimu iihh!” tanya Ruq kesal.
DEG, Jodha baru ingat kalau dia mematikan handphonenya, “Oh ya hpku lowbatt Ruq, maaf” jawab Jodha bohong. “memang ada apa? ada yang penting ya?” lanjut Jodha gugup dia teringat lagi isi sms td sore
“Besok jgn lupa km shooting pagi2 sekali ingat kan?” ujar Ruq serius. Jodha melamun. Jalal merasa aneh dengan perubahan ekspresi Jodha.
“Haloo Jodha km mendengarkan aku gak?!” seru Ruq lantang.
Jodha terkejut “Ya Ruq apa?”
“Ya ampun Jodha, aku kan bilang besok kau shooting pagi2 sekali.” ucap Ruq agak kesal.
“Oh ya. ya. Aku ingat tentu saja.” ucap Jodha gugup.
“Jodha, km gak apa2 kan?” Ruq menyadari perubahan suara Jodha. Jalal hanya diam memperhatikan Jodha yang salah tingkah. “ Aku gak apa2 Ruq” jawab Jodha berusaha tenang, sambil melirik Jalal, Jalal tersenyum. “ Baiklah, maaf sudah mengganggu malam kalian, oya Jalal sudah pulang ya?” ucap Ruq riang. “ Ya sudah” jawab Jodha singkat.” Baiklah daah Jodha. “
Heniiing...
“Kau sudah ngantuk sayang.?” tanya Jalal pelan. Berusaha mencairkan suasana. Jodha mengangguk. Jalal mencium mesra kepala Jodha. Mereka pun berbaring, pertama kalinya tidur seranjang walau kebekuan menerpa mereka. Jalal memeluk tubuh Jodha erat, bahu kanannya dijadikan sbg bantal, sementara Jodha memeluk tubuh Jalal dengan tangan kanannya, berusaha tidur.
“Kau memang menyembunyikan sesuatu Jodha!” batin Jalal kesal. Jalal berusaha sabar benar2 sabar. tak mau memaksa Jodha untuk bercerita, dia yakin suatu saat nanti Jodha akan bercerita, Jalal berusaha memejamkan mata tapi tak bisa.
Sebenarnya Jodha pura2 tidur, dia yakin Jalal pun blm tidur, Jodha merasa sangat berdosa, tapi dia blm berani untuk membaginya dengan Jalal. “Oh Kahna, berikan aku kekuatan.” batin Jodha sedih. Mereka pun tertidur dengan gelisah.
Pagi yang indah.
Jodha bangun lebih awal. Masih dengan posisi semalam, dia berusaha mengumpulkan kesadaran, dan menghirup aroma tubuh Jalal yang membuat tubuhnya agak menegang, lalu mengangkat wajahnya menatap Jalal yang masih tertidur pulas. Jodha berusaha menyingkirkan tangan Jalal yang dr semalam memeluknya erat. tapi tak berhasil.
“Lagi2 kau menggodaku!” batin Jodha kesal.
“Aku terlambat sayang. “ bisik Jodha ditelinga Jalal.
Jalal tersenyum dan mengangguk matanya masih terpejam. Jodha pun tersenyum lalu mencium kening Jalal lembut. Lalu bergegas menuju kamar mandi. Jalal bangun langsung menuju kamarnya.
“Selamat pagi Bhaijaan.!!” sapa Shivani riang, dia hendak turun kedapur.
“Pagi jg Shivanii, bagaimana tidurmu?, nyenyak?” tanya Jalal semangat.
“Ya bhaijaan sangat nyenyak!” jawab Shivani tak kalah semangat.
“Baiklah bhaijaan mandi dulu ya” ucap Jalal sambil menju pintu kamarnya. Shivani hanya menggangguk riang. Dia pun turun kedapur menyiapkan sarapan.
Jodha selesai mandi, menuju lemari, memilih t-shirt kuning canary longgar yang menampakkan sebagian dadanya dan pundaknya, jeans pensil hitam, make up natural, rambut digerai, tak lupa parfum kesukaan Jalal, sepatu kets putih dan bergegas ke kamar Jalal menyiapkan segala sesuatu. Jodha langsung masuk kamar, karena dia tau kalau Jalal pasti sedang mandi. Dan ya, Jalal masih dikamar mandi. Jodha menyiapkan t-shirt hitam casual, bluejeans, sepatu kets putih. hendak berlalu tangan kiri Jodha ditarik pelan, Jodha tersenyum. “Jangan ganggu aku” ucap Jodha pelan.
Jalal menarik lebih dekat kearahnya. Tak sabar Jalal langsung mencium pundak kiri Jodha yang terbuka. Sesaat Jodha menikmatinya, tapi masih bisa mengontrol nafsunya. dengan cepat Jodha melepaskan diri dr cengkraman Jalal, dan berlalu dengan senyum tersipu. Jalal pun tersenyum nakal.
Diruang makan.
“Hmmm. enak sekali. km yang masak ini semua Shivani? tanya Jalal sumringah, sambil melirik Jodha. Jodha tersenyum.
“Ya bhaijaan, Maasa yang mengajariku, itu semua makanan khas Amer.” jawab Shivani riang.
“Accha? benar2 enak, km pintar masak juga, lebih pintar dariii.” ucap Jalal lagi sambil mengedipkan matanya kearah Jodha. Jodha menatap sengit.
“Siapa bhaijaan?” tanya Shivani polos.
“Dari seorang chef dong.” jawab Jalal masih melirik Jodha, Jodha tersenyum menikmati sarapan dan menikmati godaan suaminya, Shivani tertawa riang. diikuti tawa renyah Jodha dan Jalal.
Mereka sudah berada didalam mobil, Shivani meminta untuk diantar kerumah ammijaan, dia ingin main kerumahnya, kebetulan searah dengan lokasi shooting mereka. Jodha asik dengan novelnya, hati mereka sekarang sedang adem walaupun masih ada yang mengganjal dan membeku tapi mereka berusaha untuk tetap mencairkannya. Mereka sepakat mematikan handphonenya, mereka tak mau diganggu, dan mereka sudah siap mendengar ocehan si cempreng kalau sampai lokasi shooting.
“Oya Jiji. aku pulang ke Amer hari minggu karena senin ada kuliah.” ucap Shivani sambil memajukan wajahnya kearah kanan Jodha
“Hmm begitu. Jiji jg ada rencana ke Amer, tapi nanti lihat dulu jadwal, kalau kosong Jiji anter deh. “ ucap Jodha semangat sambil melirik Jalal, Jalal tersenyum dan ingat kalau Jodha memang ingin mengunjungi Maasa minggu2 ini.
“Asyik! Maasa pasti senang kalau Jiji ke Amer.” ucap Shivani riang. Jodha pun tersenyum senang melihat adik imutnya ini.
Sampai dirumah Hameeda. Jodha dan Jalal turun sejenak, masih ada bbrp menit lagi menuju lokasi shooting, mereka pun mengantar Shivani, lalu masuk dan disambut Hameeda langsung. Jodha Shivani membungkuk menyentuh kaki Hameeda bergantian.
“Ammijaan.” sapa Jalal sambil mencium lembut tangan ammijaannya.
Merekapun duduk disofa empuk.
“Bagaimana keadaanmu Jalal?” tanya Hameeda cemas.
“Sudah sehat ammijaan, jangan khawatir, karena susternya sangat cekatan.” jawab Jalal sambil melirik Jodha, Jodha memasang wajah sengit lalu tersenyum.
Shivani mengedarkan pandangan mencari2 sosok yang masih melekat diingatannya.
“Shivaniii. apa yang kau cari?” Bisik Jodha mengagetkan Shivani.
“Itu.... ituu... Jiji akuu.” ucap Shivani gugup.
Jodha tersenyum mengerti. “Baiklah, Jiji tinggal ya, karena sudah terlambat shooting niih, “ ucap Jodha sambil mencium kening adiknya itu. Shivani hanya mengngguk dan tersenyum.
“Ammijaan kami pamit, kalau dia nakal jewer saja.” goda Jodha sambil melirik Shivani. Shivani cemberut, Jalal Hameeda tersenyum. Jodha dan Jalal pun berlalu menuju mobil mereka.
Lokasi Shooting pukul 07.30
Jalal memarkirkan mobil lalu bergegas keruang kostum laki2, sebelumnya Jalal tak lupa mencium mesra kepala Jodha. Jodha pun langsung menuju keruang kostum, belum sempat membuka pintu Jodha dikejutkan suara yang memanggilnya.
“Mrs. Jalal, maaf. ada sesuatu yang terjadi dengan suami anda, sepertinya dia sedang emosi, marah2 pada seorang kru!” ucap salah satu kru. Jodha melonjak terkejut dan bertanya2, mereka pun bergegas pergi.
Bersambung
FanFiction Penantian Bagian yang lain Klik Disini
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...
Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.
Terima Kasih.