Pelabuhan Terakhir Bagian 16



By Er Lin..... Jodha tersenyum kecil seraya memukul dada Jalal dengan pelan. Jalal pun ikut terkekeh lalu meraih tubuh Jodha. Memelukanya dengan erat, “Aku merindukan mu,” ucap Jalal sambil mengecup kepala Jodha.

Pipi Jodha merona. “Thank's udah maafin aku, tapi apakah memeluk wanita itu lebih enak daripada memelukku?”

Jalal terkekeh, mengelus ubun-ubun gadis itu. “Kenapa? Semua perempuan rasanya kan sama.”

Jodha mendorong mundur tubuh Jalal.

“Kenapa sih semua perempuan suka sekali menanyakan hal-hal tidak penting yang bisa menyakiti hatinya sendiri. Ngapain membicarakan wanita yang seharusnya tidak perlu kita bicarakan selamanya?” Jalal mencubit hidung mancung Jodha, merengkuhnya lebih erat, lebih hangat.

Jalal melepaskan pelukannya. “Ayo kita pergi,” Jalal menarik pergelangan tangan Jodha dengan lembut.

Jodha mengernyit heran,”Kemana?”

“Kesuatu tempat yang membuatmu semakin mencintai ku,” jawab Jalal sambil terus menuntun Jodha masuk ke dalam mobilnya.

Jodha selalu manatap Jalal yang tengah sibuk dengan kemudinya. 'Kemana dia akan membawa ku?' gumam Jodha dalam hatinya.

Jalal melihat Jodha sekilas sambil terkekeh, “Jangan menatap ku terus, aku tau kalo aku ini sangat tampan.”

“Dasar,,,” ucap Jodha sambil mencubit pelan pinggang Jalal.

Jalal langsung mengeliat kegelian, dan akhirnya mereka tertawa bersama.

“Sampai,” kata Jalal saat mobilnya telah terparkir di depan sebuah restorant.

“Inikan restoran wanita itu, kenapa Jalal membawaku kesini?” tanya Jodha pada dirinya sendiri saat melihat restorant yang ada di depan matanya saat ini.

“Kenapa kita kesini, Jalal?” tanya Jodha saat setelah keluar dari mobil.

“Aku ingin mengenalkan mu ke seseorang.”. Jalal meraih tangan Jodha, mengenggamnya dengan erat lalu membawanya masuk ke dalam restoran itu.

Jalal dan Jodha telah duduk di sebuah meja dalam restoran itu. Seorang waitters memberikan mereka buku menu tapi saat mereka akan melihat daftar menu itu tiba-tiba terdengar teriakan manja dari seorang wanita.

“Honey, kau datang,” ujar Benazir seraya tersenyum manis. Ia bergerak maju seakan ingin memeluk Jalal tapi dengan cepat Jalal bangkit dari duduknya untuk menghindari Benazir memeluknya.

“Ya, aku datang kesini ingin mengenalkan mu dengan seseorang,” ucap Jalal seraya menatap Jodha dengan penuh cinta yang masih duduk diam disampingnya.

“Sayaang, kenalkan ini benazir,” ucap Jalal kepada Jodha. Jodha pun berdiri dari duduknya sambil menjulurkan tangannya kepada Benazir.

“Dan Benazir, kenalkan ini Jodha, calon istri ku, kami sebentar lagi akan menikah,” ucapnya kepada Benazir sambil merangkul pinggang Jodha dengan mesra.

Benazir tidak menerima uluran tangan Jodha, ia justru menatap kearah Jalal dengan tajam. Dia tidak menyangka Jalal akan mempermalukan dirinya seperti ini dengan memperkenalkan calon istrinya langsung di restorannya di depan semua banyak orang dan lebih lagi di depan semua karyawannya yang selama ini tahu tentang hubungannya dengan Jalal.

Karna merasa malu, Benazir langsung pergi dari hadapan Jalal dan Jodha. Dia berusaha untuk tetap berjalan tegap dan menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan karyawannya.

Setelah kepergian Benazir, Jalal mengajak Jodha pergi dari sana.

“Aku sengaja memperkenalkan mu dengan dia, agar kau semakin yakin bahwa aku telah memilihmu untuk menjadi istri ku, memilihmu dari wanita-wanita yang selama ini hadir dalam kehidupan ku, membuatmu semakin menyukai ku” ujar Jalal saat mereka berada di depan mobil Jalal.

Jodha tersenyum geli. Jadi Jalal membawanya kesini hanya untuk membuktikan bahwa dia sangat mencintainya.

CUP!
Jodha mengecup bibir Jalal, “I love you.”

*********

Siang ini Jodha dan Jalal menjalani gladi resik di sebuah gedung yang ada di dalam sebuah hotel. Kebetulan hotel itu ternyata juga masih milik AKBAR GRUP.

Ibu mertuanya tengah sibuk berdebat dengan pihak wedding organizer tentang dari mana dia dan Jalal nanti harus keluar. Sedangkan yang lainnya masih sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing. Ada yang sibuk menata meja bulat yang ditutup dengan taplak keemasan dengan lilin tinggi yang menyala apik.

“Oh, calon mertuaku ini mungkin penggemar emas sejati,”pekik Jodha dalam hati.

Kursi-kursi undangan tertutup kain putih dengan pita emas berenda. Tatakan gelas champagne yang juga bernuansa emas serta juntaian tirai membuat ia merasa berada di zaman mesir kuno.

Jodha merasakan kakinya telah lelah karna dari tadi ia harus menuruti arahan calon ibu mertuanya tentang dari mana ia harus keluar dan apa yang harus dilakukannya setiba di pelaminan sementara Jalal hanya duduk malas jauh di belakang.

Jodha semakin merasa kesal saat Jalal terus-terusan mengekori dirinya dari belakang saat ia ingin mencari tempat istirahat. Jalal sangat menganggu tapi jodha tidak tahu bagaimana cara menyingkirkannya.

Tangan Jodha terulur ingin mengambil sebuah kue-kue liliput yang di bawa oleh pelayan tapi Jalal mendadak berbisik.

“Jangan ambil kuenya. Lemaknya tinggi.” Jalal meneruskan, “Aku tidak suka gadis yang makannya banyak.”

Holyangeez! Jerit jodha dalam hati, memangnya kenapa dengan perempuan yang makannya banyak? Apa dia lebih suka gadis mengidap anoreksia? Sebuah kilatan marah melintasi bola mata Jodha. Sedikit menggeram ia berbisik pada Jalal. “Yang mana yang boleh aku makan?”

Jalal menggeleng. “Tidak ada.” Ia hanya menggoda, tentu saja Jodha boleh makan semua yang dia mau. Berapa pun kalori dan lemak tak akan mengganggu badannya yang bagus. Jalal hanya senang melihat wajah sebal itu.

Jodha mengerucutkan bibirnya, cemberut mendengar larangan Jalal.

Jalal tersenyum gemas melihat bibir provokatif yang mengerucut kesal itu, teringat bagaimana rasanya ketika ia meletakkan bibirnya di situ. Mengingat ciuman itu membuatnya ingin merasakan kembali bibir Jodha.

********

Hari yang di tunggu pun tiba, hari dimana Jalal dan Jodha mengikat janji suci pernikahan. Acara akad nikah berlangsung dengan lancar dan hikmat, dan malam harinya acara resepsi pun berlangsung lancar dan mewah karna di hadirin dengan para undangan dari golongan atas. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang pernah bekerja sama dengan Tuan Akbar ayahnya Jalal.

Acara resepsi selesai pukul 01.00 malam. Jalal dan Jodha pergi meninggalkan gedung dengan mobil yang sudah disiapkan untuk mereka menuju kesebuah apartemen yang memang telah Jalal beli jauh sebelum pernikahan mereka.

Jalal sengaja langsung membawa Jodha ke apartemen itu untuk bisa menikmati malam pertama mereka. Tapi karna sama-sama merasa kelelahan karna harus berdiri lama menyalami para tamu yang hadir untuk mendo'akan kebahagian mereka, setelah mandi dan membersihkan diri mereka, Jalal dan Jodha langsung terlelap melewati malam pertama mereka.

Pagi harinya Jodha terbangun oleh wangi telur. Setelah duduk diatas ranjang dan termangu untuk beberapa saat, barulah Jodha teringat bahwa ia sedang berada di sebuah apartemen bersama Jalal. Kemarin dia dan Jalal telah menjalani serangkaian acara yang membuat mereka telah menjadi sepasang suami istri yang sah.

Jodha langsung bangkit dari ranjangnya menuju dapur yang berada tepat di depan kamar mereka. Disana Jalal telah sibuk membuat French toast untuk sarapan mereka.

“Sudah bangun? Sebenarnya tadi aku mau membawa sarapan pagi kita diatas ranjang kita,” ucap Jalal saat menyadari kehadiran Jodha.

Kedua mata Jodha terbuka lebar. Pagi ini wajah Jalal terlihat sangat cerah, luar biasa tampan. Ketampanan dan keseksian yang tidak nyata membuat hormon Jodha mengalir deras dan dadanya berdetak tidak beraturan.

Jodha berusaha untuk bersikap tenang. Ia lalu duduk di depan meja makan seperti anak sekolah dasar yang sedang menunggu pembagian snack.

Setelah selesai memasak, Jalal lalu menghidangkannya diatas meja dan memberikannya seporsi ke Jodha. Jalal tersenyum saat melihat Jodha yang memasukkan makanan kedalam mulutnya denga lahap.

“Sudah kenyang?” tanya Jalal saat melihat Jodha telah habis melahap sarapannya.

Jodha mengangguk pelan,”Emm.”

“Oke.” Jalal berdiri, lalu berjalan kesamping Jodha, membungkukkan badan dan menggendongnya naik. “Kau harus mandi,” ucapnya sambil mengecup bibir Jodha sekilas.

Jalal memberikan pelayanan mandinya kepada Jodha. Jalal juga membantu Jodha mencuci rambutnya. Dengan berjongkok di samping bath tub, Jalal menggosok punggung Jodha. Jalal juga membantu membersihkan rambut Jodha. Benar-benar memberikan pelayan ratu kepada istrinya.

“Terima kasih,” ujar Jodha

“Kalo kau mau berterima kasih, kau seharusnya memberikan ku hadiah,” sahut Jalal sambil tersenyum..

“Contohnya, seperti inikah?” ucap Jodha seraya melingkari kedua tangannya di leher Jalal, lalu mencium suaminya, ciuman yang hanya menempel kaku di bibir Jalal.

Tapi lagi-lagi Jalal mengejek teknik ciumannya. “Kalo ada seminar tentang cara berciuman, ujian untuk melakukan ciuman, atau les untuk mendapatakan lisensi berciuman, aku pasti tidak akan keberatan untuk mengambil les itu berkali-kalu untuk mendapatkan nilai penuh dalam hal tersebut,” rutuk Jodha dengan nada kesal.

Jalal tertawa kecil, “Lebih baik jangan lakukan itu!”

“Mengapa?”

“Karna aku akan mengajarimu sekarang setiap hari sayaang.” Sambil berkata seperti itu, bibir Jalal mendatangi bibir Jodha. Sebuah kecupan dangkal, membuat Jodha tertawa tanpa henti.

“Jodha bai, apa kau bisa lebih merusak suasana lagi?”

“Maaf, aku hanya sedang berpikir....” Jodha berkata dengan tawa yang belum berhenti.

“Memikirkan apa?”

“Berpikir apa memang kau begitu jantannya?”

'Ha! Mengeluh tentang kelelakianku?' Pekik Jalal dalam hati.

Tangan Jalal merangkul Jodha, mengeluarkan Jodha dari dalam air. Tanpa mengeringkan tubuh Jodha, Jalal langsung menggendong Jodha masuk ke kamar.

Baru saja Jodha membalikkan tubuhnya, Jalal sudah menindih Jodha diatas ranjang. Jalal menciumi Jodha. Wajah, bibir, hidung, seluruh bagian wajah Jodha. Jodha menyukai cara Jalal memperlakukannya seperti .

Dengan penuh kelembutan jalal melumat bibir ranum nya sehingga jodha sedikit bisa mengimbangi ciuman jalal..

“Kosentrasilah sedikit, Jodha bai” ucap Jalal dengan suara lirih karna menahan hasrat yang sedang menggelora.

“Membuat wanita menjadi tidak berkosentrasi diatas ranjang.... Jalal, kau tidak harus mengkritikku, yang harus kau lakukan adalah memperbaiki kemampuanmu.” Ucap Jodha sambil menyisir rambut Jalal kebelakang, melihat mata pria itu yang indah. Di bola mata Jalal yang tajam itu, Jodha melihat seorang Jodha bai bahagia disana.

Giliran Jalal yang tertawa dengan sedikit senyumannya yang licik. “Tahu tidak? Lelaki itu tidak bisa di tantang. Kau, selesai sudah!”

***

Setelah lama bercengkrama, pagi pun berlalu. Jodha terbangun lebih dulu dia menatap wajah tampan suaminya, dia tersenyum dan mengecup bibir Jalal... Merasakan bbir nya di kecup Jodha, Jalal menarik lagi tubuh Jodha kedalam pelukan nya, “Apakah yang tadi masih kurang sayaang?”

Jalal kembali menindih tubuh Jodha, kembali menunjukkan keperkasaanya, dan kali ini Jodha sudah bisa mengimbangi keperkasaan suaminya.

THE END

Untuk membaca Pelabuhan Terakhir dari bagian awal Klik Disini


3 comments:

  1. Halimah Hendra4 May 2015 at 19:02

    ga berasa bacanya ternyata udah the end...keren mba chusnianti...ma kasih ya

    ReplyDelete
  2. msh pengen baca,eeh ternyata udah habis.....good....suka bangeet...

    ReplyDelete
  3. ditunggu cerita selanjutx...

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...

Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.

Terima Kasih.