Penantian Bagian 24



By Kayla Kayla

Jodha menghampiri ibu Hameeda dan Zakira yg masih sibuk memasak,

“Are Jodha anakku, kenapa kesini? kan tadi sedang istirahat?” ucap ibu Hameeda dg nada keheranan, Jodha hendak menjawab tapi sekilas sudut matanya menangkap sosok Jalal yg mendekat kearah dapur, Jodha pun menjawab sedikit lantang “Tidak amijaan, lebih baik membantu amijaan dari pada harus berdiam diri di kamar, sesak!”

Ibu Hameeda menyadari ada sesuatu yg terjadi dg anak2nya ini, namun hanya tersenyum penuh arti

Jalal menyadari kalo Jodha sedang menyindirnya, dia pun duduk tanpa kata, hanya memperhatikan kegiatan Jodha yg sedang membereskan meja makan dan menghidangkan aneka masakannya di atasnya tanpa melirik sedikitpun kearah Jalal yg duduk di salah satu kursi makan dan terus menatap dirinya..

Makan malam dalam kebekuan pun terjadi antara anak dan mantu ibu Hameeda, “Jodha anakku, dimakan sayang, kenapa hanya dilihat begitu saja, ayo makanlah, isi perutmu jangan sampai kosong ya, makanan itu baik untuk mencegah dari rasa mualmu nak,” ucap ibu Hameeda dg lembut dan penuh perhatian,

Jodha mengangkat wajahnya sekilas kearah amijaannya “Aku tidak lapar amijaan” ucap Jodha dg nada malas, seketika itu juga Jalal menarik piring Jodha dan mengambil makanan lalu menyodorkan tangannya hendak menyuapi Jodha,

“Makanlah, aku tidak ingin kau sakit, ayo makan sayang” ucap Jalal dg nada tegas, namun sangat khawatir, Jodha hanya melihat kearah sodoran tangan Jalal tanpa menoleh kearah Jalal,

“Tidak” sergah Jodha dg datar.. Jalal tak bergeming dg aksinya, Jodha malah mengacuhkannya, Jalal berbisik dg nada pura pura mengancam “Kalo tidak makan, kau tak akan melihatku lagi besok pagi!” Jodha terlonjak dan menatap Jalal dg tajam, mereka pun akhirnya saling menatap lagi.. dan dg terpaksa Jodha pun akhirnya mau menerima suapan dari Jalal, ibu Hameeda tersenyum lega, iapun melanjutkan makannya..

Mereka berdua masih terus saling menatap dg tajam, sesekali Jodha mengalihkan tatapannya kearah lain sambil menerima suapan demi suapan dari Jalal, sementara Jalal masih terus saja menyuapi Jodha tanpa mempedulikan dirinya yg belum makan sesuap pun, sampai makanan Jodha habis pun, Jalal terus menatapnya, namun kali ini dg tatapan redup dan penuh kasih sayang,
Jodha menyadari kalo Jalal masih menatapnya, tapi pura pura acuh, namun sekilas tatapannya tertuju pada piring Jalal yg masih penuh “Kenapa dia tidak makan?” batin Jodha heran, ternyata Jodha baru menyadarinya,

Kali ini Jodha yg menarik piring Jalal dan mengambil makanannya, tanpa kata dan tatapan, Jodha menyodorkan tangannya kearah mulut Jalal dg angkuh, Jalal tersenyum dengan tatapannya masih tak lepas dari wajah angkuh Jodha, tanpa ragu Jalal pun memegang tangan Jodha dan menerima suapan darinya, ibu Hameeda hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah aneh anak2 nya ini...

Namun tiba tiba Jodha menutup mulutnya dan segera berlari ke wastafel, dan memuntahkan semua makanan yg baru saja masuk ke perutnya, Jalal dan ibu Hameeda menyusul dg perasaan was was..

“Aku tidak tahan lagi” gumam Jodha sambil memegang perutnya yg masih terasa mual, Jalal mencoba mengelus punggung Jodha dg lembut, dan memuntahkannya lagi “Pokok nya kita ke dokter, Jodha” ucap Jalal dg tegas, Jodha sudah mulai lemas, dan hampir tak sadarkan diri, namun dg cepat Jalal meraih tubuhnya dipangkuannya dan bergegas membopongnya ke kamar, Jodha dibaringkan perlahan dan sangat hati hati...

Ibu Hameeda merasa bersalah telah merahasiakan tentang tanda tanda kalo Jodha hamil, “ Jalal, panggil saja dokter yg ada di rumah sakit di kota Delhi, kita tidak mungkin untuk memanggil dr. Gulbadan kesini sekarang “ ucap ibu Hameeda dg nada cemas

“Baiklah amijaan, aku pergi sekarang, tapi.. “ ucapan Jalal tak dilanjutkan lalu menatap wajah pucat Jodha yg kebingungan, Jalal merasa khawatir dan tak mau sedetikpun meninggalkan Jodha,

Tiba tiba Jalal teringat pada Salima, “Oya, kak Salima” Jalal bergegas mengambil handphone nya dan menelpon Salima,

.

“Amijaan, sebenarnya apa yg kalian rahasiakan dariku, knp kalian terlihat begitu cemas?” ucap Jodha polos.. ibu Hameeda menghampiri Jodha lalu duduk ditepi ranjang, membelai lembut rambut menantunya itu..

“Maafkan amijaan nak, sebenarnya amijaan ingin sekali memberimu kejutan, namun sepertinya kau harus tau sekarang kalo...” ucapan ibu Hameeda terpotong saat ketukkan pintu kamar terdengar dg tak sabar.. mereka semua pun menoleh kearah pintu.. Jalal bergegas menuju pintu dan membukannya, telihatlah Salima dan seorang wanita dg seragam khas dokter berada di sana.. Jalal segera mempersilahkan mereka masuk..

Jodha mendadak sumringah melihat kedatangan Salima, “Ini dr. Nigar Shehnaz,” ucap Salima dg ramah memperkenalkan dokter pribadinya, mereka pun menyambut dg ramah, dr. Nigar segera menghampiri Jodha yg terbaring lemah dan mulai memeriksanya..

Dokter menyuruh Jodha untuk rilex dan berpikir jernih.. Jodha pun menuruti, Jalal berada di sampingnya dg genggaman tangan yg tak pernah lepas..

Setelah selesai pemeriksaan dr. Nigar pun berucap dg sangat ramah dan tersenyum “Subhanalloh, ini kabar bahagia, selamat, anda akan menjadi seorang ibu, Mrs,” Jodha terbelalak dan seketika itu jg raganya berdesir halus begitu jg dg Jalal, perasaan mereka bersatu, gemuruh hebat menyelimuti hati mereka, bulir bening pun mengalir begitu saja di mata indah mereka, begitu penuh haru, dan kebahagiaan yg tak terkira kini menyelimuti jiwa mereka...

Semua orang begitu bahagia menyambut calon penghuni baru yg akan segera hadir ke dunia, terutama bagi keluarga kecil Jodha dan Jalal, dunia kecil mereka akan segera dihiasi dengan penuh keceriaan, namun mereka masih harus sabar menjalani amanah yg telah mereka terima ini..

Jalal memandangi wajah pucat namun sangat cantik dan polos istrinya, mata bening yg penuh haru mereka pun bertemu, lalu mencium kening istrinya dengan lembut dan penuh perasaan,tatapan mereka kembali bertemu dengan senyuman bahagia menghiasi wajah mereka berdua, mereka pun saling memeluk bahagia, dan tak menghiraukan orang2 disekitar mereka, mungkin dengan kehadiran sang calon bayi mereka ini, sejenak pelukan bahagia dan hangat ini seakan mencairkan kebekuan diantara mereka, namun itu memang sejanak, tiba tiba

“Ehm! aku masih marah padamu!” bisik Jodha tegas tepat ditelinga kanan Jalal, Jalal terbelalak lantas mengerutkan dahinya tanda bingung, saat itu juga Jalal melepaskan pelukannya, lalu menatap Jodha dengan perasaan tak percaya kalo Jodha blm bisa memaafkannya, namun saat itu jg Jalal malah meraih tangan Jodha, dan menggenggamnya dengan erat, Jodha semakin kesal dibuatnya, tapi berusaha tetap tenang, dan pura pura tersenyum manis pada semua orang yg ada disana..

Salima menyadari akan perubahan sikap Jodha yg membuat Jalal bereaksi begitu, “Jodha.. Jodha, kau selalu tak bisa mengalahkan egomu sendiri”batin Salima cemas.

“Terimakasih dok atas berita bahagia ini, kami benar2 sangat bahagia, ya kan sayang?” ucap Jalal sambil melirik Jodha yg memasang ekspresi cemberut..

“Tidak Mr. itu berkat do'a anda semua yg telah dikabulkan Tuhan, saya hanya perantara saja” timpal dr. Nigar ramah.. Semua orang pun tersenyum..

“Oya, brp usia kandungan istri saya dok?” tanya Jalal lagi

“Sekarang sudah menginjak usia tiga minggu Mr” jawab dr.Nigar ramah, Jodha dan Jalal terkejut..

“Apa?! tiga minggu? lalu kondisinya bagamana dok?!” ujar Jalal panik dan terlihat sangat cemas dan khawatir.. Jodha pun bereaksi yg sama.. dr.Nigar menyadari akan reaksi cemas dan khawatirnya pasangan ini, dr.Nigar pun menjawab dengan ramah dan mencoba menenangkan mereka.

“Kondisinya sangat baik dan sehat Mr. Mrs, anda berdua tak perlu cemas dan khawatir semua baik baik saja, ibunya, janinnya juga rahimnya pun sangat sehat, jadi anda berdua jangan terlalu tegang, semuanya sehat” jelas dr. Nigar dg senyum ramahnya..

“Anda yakin kan dok? karena dua minggu kebelakang istri saya melakukan shownya yg menuntut harus banyak gerakan dok” ucap Jalal lagi masih dengan ekspresi cemasnya namun terlihat polos karena penasaran.. dr.Nigar tersenyum dan menggangguk tegas, untuk meyakinkan pasangan ini..

Jodha menyadari kalo Jalal sangat mengkhawatirkan dirinya dan calon bayinya, rasa haru pun terbersit begitu saja didalam hatinya, namun bayangan perlakuan Jalal yg menyakitinya kembali masuk kedalam ego keras kepalanya,

Jodha berusaha melepaskan genggaman erat tangan Jalal, Jalal pun merasakannya lalu sekilas menatap kearah Jodha, tapi tatapan Jodha tertuju pada tangan Jalal yg masih menggenggamnya, Jalal pun menyadarinya dan melepaskan tangannya dari tangan Jodha dengan perlahan, kini hatinya kembali bersedih dan Jodha hanya memasang wajah angkuhnya..

“Oya dok, saya mau bicara sebentar dengan anda, mari” ucap Jalal tiba tiba, dokter pun mengangguk dan mengikuti langkah Jalal yg menjauhi tempat tidur tepatnya berdiri didekat pintu.. Jodha memandangi mereka yg sedang asik berbicara dengan tatapan menyelidik..

Ibu Hameeda menghampiri Jodha dan duduk di tepi tempat tidur disamping kanan Jodha, Jodha pun menyambut amijaanya namun dg ekspresi datar

“Jodha anakku, kau cantik sekali nak, tapi akan lebih cantik kalo tersenyum” ucap ibu Hameeda dengan nada menggoda, seketika itu jg Jodha tersenyum dibarengi dg rona merah hadir dipipinnya yg pucat, Salima yg berdiri tak jauh dari ibu Hameeda pun tersenyum..

“Kau bahagia kan nak, akan menjadi seorang ibu?” tanya ibu Hameeda sangat lembut, “Ya amijaan, aku sangat bahagia” timpal Jodha dg terharu lalu memeluk amijaannya, Jodha melepaskan pelukannya dan terlihat ada sesuatu yg mengganggu pikirannya

“Kya hua anakku? apa yg kau pikirkan?”, Jodha hanya menggeleng sambil tersenyum masam, namun tatapannya tertuju pada Salima, ibu Hameeda pun langsung mengerti apa yg Jodha inginkan

“Baiklah, sepertinya amijaan harus pergi dulu, membantu Zakira untuk membuat sup hangat untukmu nak,” ucap ibu Hameeda dengan lembut sambil mengecup kening Jodha, Jodha pun mengangguk dengan lega.. “Maafkan aku amijaan, tapi aku merasa malu kalo menceritakan ini pada anda” batin Jodha merasa tak enak hati..

Salima menghampiri Jodha dan duduk ditepi tempat tidur disamping kanan Jodha, sementara Jalal masih sibuk berbicara dg dr.Nigar dan sesekali tatapan Jalal mengarah pada Jodha begitu pun Jodha membalas menatapnya namun dengan tatapan sengit dan angkuh..

“Ada apa Jodha? kau terlihat sangat marah pada suamimu itu, dan aku rasa kau sedang memikirkan sesuatu yg serius?” tanya Salima dg nada menyelidik, Jodha hanya diam menunduk,

Salima mengerti lalu melanjutkan ucapannya” Jodha, seorang ibu hamil itu jangan terlalu banyak pikiran, jangan tegang, jernihkanlah pikiranmu, kau harus selalu ingat, sekarang ini di dalam tubuhmu tidak hanya kau sendiri saja, melainkan kau sedang membawa dua raga, bersantailah, ingat itu” nasihat Salima sambil mengelus perut Jodha dengan lembut

“Ayo ceritakan padaku” ucap Salima lagi, karena Jodha masih terdiam namun pikirannya kini tidak tegang lagi dan merasa nyaman setelah mendengar nasihat baik dari Salima

“Aku ingin mengatakan sesuatu kak” ucap Jodha dg nada pelan dan terdengar malu malu, “Katakan Jodha, knp kau merasa malu? ayo jangan sungkan” ucap Salima sambil menahan senyumannya,

“Aku marah karena...” ucapan Jodha sengaja tak diteruskan, Jodha malah mendekatkan bibirnya pada telinga kanan Salima dan membisikkan sesuatu, Salima terbelalak namun berganti dengan senyuman yg menggelikan..

“ Jodha, aku tau, Jalal bersikap seperti itu karena sangat mengkhawatirkanmu, dia tidak ingin menyakiti fisikmu apalagi menyakiti calon bayi kalian, itu saja Jodha, aku mengerti kalo kau merasa kecewa dan merasa tersinggung, tapi sekarang kau sudah tau alasan perlakuan Jalal seperti itu, jadi maafkanlah dia” jelas Salima dg pelan,

Jodha merasa sedikit menyesal kalo ternyata alasan Jalal seperti itu, tapi tetap saja Jodha masih kesal, karena Jalal berusaha tidak jujur dari awal,

Salima menyadari kalo kekesalan masih nampak diwajah Jodha, diapun mencoba menghiburnya “Sebenarnya kalian bisa melakukannya kapan pun kalian mau Jodha, kalian tak perlu khawatir, itu semua tak akan menyakiti siapapun, asal lakukanlah dengan perlahan” bisik Salima sambil menahan senyum menggodanya.. Jodha pun merasa lega namun sangat tersipu setelah mendengar penjelasan dari Salima, dan mereka berdua malah senyum senyum saling menggoda...

“Sebenarnya ini masalah sepele, tapi itu salahnya juga kak, kenapa tidak jujur dari awal” ucap Jodha tiba tiba
kesal

“Apa Jodha? masalah sepele bagaimana, kau mengorbankan kebahagiaan kalian demi egomu, itu bukan masalah sepele Jodha, kalo memang sepele kenapa kau tidak melupakannya saat ini juga” ucap Salima dg nada tegas

“Ya kak, aku memang selalu mementingan egoku tanpa peduli pada perasaan orang lain, maksusnya pada Jalal, dan akhir2 ini aku selalu merasa kesal tiba tiba kak, kalo Jalal melakukan sedikit saja kesalahan” ucap Jodha dg nada menyesal

“Hmm.. itu sifat ibu hamil memang gampang marah, tapi coba lah untuk menahan emosimu Jodha, lebih bagus lagi kalo kau menyadarinya lebih awal, dan pesanku yg harus kau ingat, sebisa mungkin kubur dalam dalam yg namanya ego keras kepalamu Jodha, saat ini kau harus mulai mengingat terus, kalo di ragamu ada raga lain yg harus selalu kau rawat dan jaga dengan perilaku yg lembut dan penuh kasih sayang darimu dan Jalal, mudah mudahan nantinya bayi mu sama lembutnya dan cantiknya sepertimu Jodha” nasihat Salima sambil mengelus perut Jodha,

Jodha hendak berbicara namun Jalal tiba tiba datang dan mendahuluinya “Bayiku akan tampan seperti ayahnya kak”

Jodha malah memasang wajah sengitnya “ Cantik seperti ibunya”, “Tampan”, “Cantik”, “Tampan”,
'Can...” , “ Jodhaa” Salima menghentikan ocehan yg tak berguna dari dua orang yg mengaku akan menjadi orang tua ini, Salima menggeleng kepalanya heran, mereka pun terdiam dan merasa malu..

.

Kini mereka hanya berdua, Salima dan dr. Nigar telah berpamitan pulang, sementara, ibu Hameeda masih menyiapkan makanan khusus untuk Jodha..

Namun mereka kembali dalam kebekuan setelah tadi sebelumnya hanya sesaat mereka saling memeluk haru, namun lagi lagi ego Jodha mengalahkan kebahagiaan mereka saat ini,

Mereka duduk berjauhan di kedua ujung tempat tidur, tapi masih sempat mencuri curi pandang, namun kali ini Jalal mencoba mencairkan suasana lalu menghampiri Jodha yg sedang menatap kearah lain.

“Sayang..” ucap Jalal mesra, darah di tubuh Jodha berdesir saat itu jg.. tatapan mereka kembali bertemu, namun saat itu jg Jodha langsung berpaling ke arah lain

“Kau tidak kasihan pada anak kita, melihat ibunya cemberut terus seperti itu?” ucap Jalal mencoba menggoda Jodha,

“Anak kita?” batin Jodha terharu dan godaan Jalal sukses membuat Jodha menahan senyumnya tanpa menatap kearah Jalal..
Jalal pun tersenyum godaannya berhasil jg...

Jalal lebih mendekati Jodha “Kau mau apa?” tanya Jodha tiba tiba dg nada sinis, Jalal tersenyum

“Bolehkan aku mencium calon bayi kita?” ucap Jalal sangat lembut,

“Bayi kita?” batin Jodha lagi2 penuh haru, lalu terbayang, seorang bayi yg lucu dan menggemaskan tertawa ceria padanya, saat itu jg ego Jodha luluh begitu saja, setelah mendengar ucapan Jalal barusan, Jodha pun mengangguk pelan,

Jalal tersenyum lalu lebih mendekat ke hadapan Jodha dan menudukkan kepala hendak mencium perut Jodha, lalu dengan perlahan menciumnya, Jodha tersenyum geli sambil membelai mesra rambut Jalal yg coklat bergelombang..

Jalal mengangkat wajahnya dan kini menatap mata bulat indah Jodha yg bening yg wajahnya masih menyisakan senyuman kegeliannya, tatapan cinta mereka pun bertemu, lama mereka bertatapan penuh cinta, namun ada yg lebih menggoda tatapan mata redup Jalal, Jalal pun menurunkan tatapannya ke arah bibir Jodha yg begitu menggoda untuk di kecup, Jalal tak sabar lagi hendak mengecup bibir itu, namun mendekatinya dengan perlahan, mendekat lagi, Jodha hanya terdiam namun tatapannya tertuju pada bibir Jalal yg semakin mendekatinya, nafas terengah keduanya terasa hangat menerpa wajah mereka, dan kini hampir saja menempel.. namun tiba tiba saja Jodha....

Bersambung

FanFiction Penantian Bagian yang lain Klik Disini


1 comments:

  1. ozora is ozora12 May 2015 at 16:16

    akhirnya,,,hamil juga jodha....hehehehehe...... :D

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...

Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.

Terima Kasih.