By Kayla Kayla
“Itu... “ ucapan Zakira menggantung
“Sedang apa kalian anak2kku?” sapa ibu Hameeda dengan suara lembut yang langsung mengejutkan Jodha dan Jalal.
“Amijaan” seru Jalal,
Mereka pun berdiri, Jodha begitu sumringah lalu bergegas menghampiri amijaan nya, mereka saling memeluk dengan penuh rasa rindu, lalu menyentuh kakinya..
Zakira pamit, dan tersenyum kearah ibu Hameeda..
“Amijaan, bagaimana kabarnya?” sapa Jodha dengan nada riang.
“ Baik nak, kabarmu baik jg, kan?”
“Aku baik, amijaan” timpal Jodha lagi sambil tersenyum,
Jalal menghampiri amijaannya dan mencium lembut tangannya “Amijaan, mana mirza?” Jalal heran amijaannya ko hanya sendirian,
“Mirza ada urusan mendesak nak, amijaan kesini sendiri tp ada supir yang mengantar ko” ucap ibu Hameeda dengan nada menjelaskan seakan tau kekhawatiran perasaan Jalal, Jodha dan Jalal mengangguk dan tersenyum..
Mereka sudah berada diruang santai, Jodha duduk disofa panjang berdampingan dengan ibu Hameeda, sedangkan Jalal duduk disebrang mereka..
“Amijaan, kenapa tidak menghubungiku kalau mau kesini? kan biar nanti aku jemput”, ucap Jalal dengan nada khawatir,
“Tidak nak, amijaan ingin buat kejutan untuk kalian, dan amijaan ingin memberikan ini pada Jodha anakku, dan ini untukmu Jalal” timpal ibu Hameeda sambil menyerahkan paperbag warna coklat kehadapan Jodha, lalu kehadapan Jalal, mereka merasa bingung
“Apa ini amijaan?” tanya Jodha sambil mengerutkan dahinya
“Bukalah nak” timpal amijaan dengan tersenyum, lalu pandangannya beralih pada Jalal dengan isyarat agar Jalal jg membukanya..
Jodha dan Jalal membuka paperbagnya dan mengambil isinya, Jodha memekik dengan riang, sebuah syal rajutan berwarna hijau muda yang cerah, Jalal pun terkejut setelah melihat isinya syal rajutan yang sama seperti yang Jodha pegang namun warna hijaunya lebih tua..
“Terimakasih amijaan, ini indah sekali” seru Jalal sambil bangkit dan menghampiri amijaannya lalu mencium lembut tangannya.. Ibu Hameeda mengangguk dan tersenyum... Jalal kembali ke tempat duduknya
“Ya amijaan, ini indah sekali, apa amijaan yang buat sendiri” tanya Jodha dengan nada riang, ibu Hameeda hanya mengangguk dengan senang
“Kau menyukainya sayang?” tanya ibu Hameeda,
Jodha mengangguk mantap lalu memeluk amijaannya “Terima kasih amijaan, aku suka sekali, ini sangat indah” seru Jodha, lalu melepaskan pelukannya, dan saat itu juga dia mencoba syal pemberian amijaannya.. Jalal dengan perasaan sangat terharu dan senang melihat Jodha begitu sumringah dengan kejutan dari amijaannya..
“Ini kan sudah memasuki masa cuaca dingin sayang dan pasti kalian selalu pulang larut malam atau hampir pagi, amijaan ingin nanti kalian memakainya nak, untuk membantu menjaga kesehatan kalian” ucap ibu Hameeda dengan penuh kasih sayang, mereka pun tersenyum,
“Tentu amijaan, kami akan selalu memakainya” timpal Jodha dengan semangat,
Tiba tiba Jodha memegang perutnya yang mulai tak enak lagi, seakan ada yang mendorongnya kuat sampai keatas tenggorokannya, “Maaf amijaan” ucap Jodha sambil menutup mulutnya menahan sesuatu yang akan keluar dan bergegas berlari menuju wastafel di depan kamar mandi khusus tamu.. Lagi lagi Jodha memuntahkan sesuatu, Ibu Hameeda dan Jalal panik lalu bergegas menyusul Jodha yang masih muntah2..
Jalal mencoba memijit tengkuk Jodha perlahan “Ayo keluarkan, aku kan sudah bilang periksa kedokter, bukan hanya karena aku belum mandi saja, tapi mual dan muntahmu sekarang ini tak mengenal waktu lagi Jodha” ucap Jalal dengan nada sedikit kesal, amijaan terkejut, senang dan bahagia mendengar penuturan Jalal tersebut, lantas tersenyum penuh arti dan tak terasa bulir airmata pun jatuh dikedua sudut matanya, namun berusaha dihapusnya lagi...
Jodha menghela nafas dan membuangnya perlahan, Jalal mengambil tisue yang ada disana dan mengelap mulut Jodha yang belepotan dengan air
“Akhir2 ini Jodha sering mual dan muntah amijaan, apalagi dipagi hari, jangan keras kepala Jodha, kita periksa ke dokter ya?” ucap Jalal masih mengelap2 mulut dan bibir Jodha perlahan, penuh perhatian, dan tanpa ragu walau diperhatikan amijaannya, Jodha hanya diam masih memegang perutnya yang sudah merasa lega..
Ibu Hameeda menghampiri Jodha lantas merangkul pundaknya “ Ya Jodha anakku, periksalah ke dokter, dokter Gulbadan Khan” ucap ibu Hameeda penuh rasa haru dan mencoba menggoda Jalal,
Jalal terbelalak.. “Apa?! dokter Gulbadan, dia kan dokter....?” Jalal tidak melanjutkan ucapannya karena melihat isyarat amijaannya untuk jangan bicara lagi, Jalal pun mengerti, kalau amijaannya ingin memberi kejutan lagi pada Jodha.
Jodha tak menyadari perubahan ekspresi Jalal yang begitu sumringah karena Jodha tidak tertarik dan malas dengan pembicaraan mengenai seorang dokter yang mereka sebutkan..
“Aku sudah bilang, aku tidak mau ke dokter” ucap Jodha, “Amijaan, aku mohon” Jodha merajuk kepelukan amijaannya, ibu Hameeda dengan penuh kasih sayang memeluk Jodha yang bersikap ingin dibela di hadapan Jalal..
Perasaan haru menyelimuti relung jiwa dan raga Jalal, hatinya begitu mendambakan masa2 ini, raganya tak henti2nya berdesir halus, dan matanya yang redup berkaca2 menahan tumpahan air bening yang akan mengalir..
“Aku tidak percaya, aku akan menjadi seorang ayah” batinnya terharu sambil memegang dadanya yang terasa bergemuruh.. Jalal memandang dengan perasaan bahagia, dan penuh kasih sayang ke arah Jodha yang masih merajuk dipelukan amijaannya,
“Sayang.. kali ini aku mohon kita periksa ke dokter ya?” ucap Jalal dengan lembut sambil mengontol perasaannya,.untuk menutupi kebahagiaannya yang tak terkira, Jodha hanya menggeleng dan tidak menyadari sama sekali perubahan ekspresi dari perasaan Jalal..
“Ya sudah, sekarang kita duduk lagi disana ya” ucap Jalal lagi sambil merangkul Jodha perlahan menuju ke ruang santai lagi, mendudukkannya dengan sangat hati hati, lalu duduk disampingnya, tangannya dan tatapan kasih sayangnya tak pernah lepas sedetikpun dari Jodha, Jodha merasa aneh, tak seperti biasanya Jalal memperlakukannya dengan sangat lembut dan hangat didepan amijaannya..
Ibu Hameeda duduk disebrang, melihat kehangatan sikap Jalal terhadap Jodha, iapun tersenyum bahagia melihat anak2nya kini akan menjadi orang tua, dan dirinya akan menjadi seorang nenek, tak terasa bulir bening pun menitik lagi dari kedua sudut matanya yang tak tertahankan lagi..
“Kenapa menangis sayang?” ucap Jodha sambil mengusap bulir bening yang menetes begitu saja di pipi Jalal, Jalal tak menjawab malah mengangkat wajahnya lantas mencium lembut kening Jodha, Jodha tersenyum dengan perasaan senang bercampur heran,
“Lihatlah amijaan, dia menangis, dia marah padaku karena aku tak pernah mau diperiksa ke dokter, ya kan Jalal?” ucap Jodha dengan nada sedikit manja..
Jalal hanya diam dengan terus menatap kedalam mata indah Jodha dengan perasaan penuh haru, Jodha merasa tatapan Jalal kali ini benar2 berbeda, matanya yang redup menyiratkan kerinduan akan sesuatu yang dinantinya sejak lama, namun Jodha merasa risih dan aneh juga ditatap suaminya seperti itu
“Baiklah. . baiklah, aku akan periksa ke dokter” ucap Jodha akhirnya, hatinya kini luluh juga, namun sebenarnya terpaksa
“Akhirnya, Jodhaa” Jalal dan ibu Hameeda pun lega mendengar penuturan Jodha, Jodha hanya tersenyum masam..
“Baiklah kita siap2 berangkat sekarang, ayo” ujar Jalal tak sabar sambil merangkul pundak Jodha,
“Tidak. aku tidak mau kerumah sakit, bisa kan panggil dokternya ke rumah saja?” timpal Jodha masih duduk terpaku..
“Tidak ke rumah sakit Jodha, kita akan ke rumah dokter Gulbadan, di Agra” ucap Jalal mencoba menjelaskan,
“Apa?! Agra? sayang, ini sudah hampir malam, dan nanti malam kita ada shooting, aku tidak mau, knp jg harus jauh jauh ke Agra segala hanya periksa saja, kan?” ucap Jodha dengan nada kesal
“ Tapi Jodha dr. Khan adalah dokter keluarga kami”
“Oh ya, aku baru tau, kalau begitu panggil saja dokter itu kesini, knp kita repot2 yang datang kesana” ucap Jodha dengan nada yang menyindir,
Emosi Jalal tiba tiba terpancing mendengar kata2 kasar Jodha, hendak membentak, ibu Hameeda mencegah Jalal dengan nada lembut khasnya
“Jalal, jangan memaksanya nak, ingat itu, mungkin sekarang Jodha sedang lelah dan perlu istirahat, ya kan sayang?” ucap ibu Hameeda sambil berdiri mendekati Jodha, Jodha hanya diam karena merasa bingung dan aneh atas sikap Jalal yang menurutnya berlebihan..
Jalal mencoba mengontrol emosinya “Ya mungkin amijaan, Jodha perlu istirahat, ayo Jodha kita ke kamar” ucap Jalal sambil berdiri dan mencoba merangkul Jodha, Jodha pun menurut
“Tapi.. masa kita tinggalkan amijaan sendiri” ujar Jodha merasa tidak enak hati.
“Tidak apa2 nak.. amijaan akan menemani Zakira memasak, kau istirahat saja ya?” ucap ibu Hameeda dengan lembut..
Jodha pun mengangguk dan berlalu bersama Jalal dirangkul dengan sangat hati hati..
Setelah sampai kamar, Jalal membaringkan Jodha dengan perlahan, Jalal pun ikut berbaring disamping Jodha dengan kepala bersandar pada tangan kanannya yang ditekuk, tangan kirinya tak lepas dari perut Jodha dan mengelusnya dengan lembut,
“Aku merasa ada yang aneh dengan sikapmu kali ini, kau bersikeras harus menemui dokter di Agra, disini kan banyak dokter yang bisa dipanggil, knp sayang?” tanya Jodha tiba tiba, Jalal hanya menggeleng masih mengelus perut Jodha sangat lembut,
“Dan lebih anehnya lagi, biasanya kalau kita sedang bersama amijaan sikapmu terlihat malu malu, tapi sekarang tidak, ada apa sayang?” ucap Jodha dengan nada menyelidik,
“Tidak, itu hanya perasaanmu saja” balas Jalal enteng masih dengan aksinya mengelus elus perut Jodha lebih lembut, dan kali ini Jodha merasa kegelian, diapun tertawa kecil dan manja,
“Sayang, kau membuatku geli, aku sudah tidak apa2, dan aku tidak merasa mual lagi” Jalal hanya tersenyum sambil menatap Jodha yang masih tersenyum manja,
Tatapan mereka pun bertemu, Jalal merasakan tatapan Jodha menyiratkan hasrat kewanitaanya yang bergairah, Jalal mengalihkan tangan kirinya ke wajah Jodha lantas membelainya mesra, menunduk dan mendaratkan bibirnya pada bibir Jodha yang menggoda, mengecupnya lembut, tapi Jodha membalasnya dengan bergairah, Jalal pun terpancing lalu membalasnya juga..
Jodha sudah tak kuat lagi menahan hasrat yang menginginkan lebih, namun tiba tiba Jalal menghentikan cumbuannya yang mulai memuncak juga, sekuat tenaga menahannya agar tak terjadi, seketika itu juga Jalal mengangkat tubuhnya lalu menghempaskannya begitu saja disamping Jodha, mengatur nafas dan memejamkan matanya berusaha mengontrol gairahnya,
Jodha terkejut, merasa heran dan jg kesal dengan perlakuan Jalal yang tiba tiba tersebut, dia menoleh ke arah Jalal yang sedang memejamkan matanya “Apa ini?! dia benar2 aneh!!” rutuk Jodha dalam hatinya yang kesal..
Walaupun kesal namun Jodha berusaha menahan emosinya, lalu mengatur nafasnya yang masih naik turun dan mengontrol gairahnya yang hampir saja memuncak...
Jodha bangkit lalu duduk ditepi ranjang, dalam kebisuan diapun berlalu menuju kamar mandi dengan rasa penuh kekesalan..
Jalal menyadari kalau Jodha marah dengan perlakuannya kali ini, tapi Jalal tidak mau sampai menyakiti Jodha karena dia sempat teringat kalau sekarang ada calon bayi mereka di dalam rahim Jodha, walau blm sepenuhnya yakin kalau Jodha memang hamil, tapi Jalal sangat mengkhawatirkan hal tersebut...
Jodha masuk ke kamar mandi dan tumben mengunci pintunya, berusaha berpikir jernih tentang kejadian tadi, dia memejamkan matanya sejenak, “Baru kali ini dia melakukannya, aneh! apa yang terjadi dengannya? tapi aku rasa, aku tidak akan membahas hal sepele seperti ini, mungkin dia memang sedang kelelahan atau memang tidak mau, hah.. entahlah Jodha, nanti jg kau akan mendapatkan jawabannya” gumam Jodha pada dirinya sendiri lalu menghela nafas dan membuangnya kasar.. Jodha mencuci mukanya lagi untuk yang kesekian kalinya...
Terdengar suara ketukan pintu, dan panggilan Jalal dari luar kamar mandi, Jodha sengaja tak menghiraukannya, terdengar lagi, dengan malas Jodha pun terpaksa membukanya
Jalal berdiri dengan wajahnya yang memelas, tapi Jodha menatapnya dengan kesal lalu mengalihkan tatapannya kearah lain,
“Maafkan aku” ucap Jalal dengan nada penuh penyesalan
Tapi Jodha tak bergeming, Jalal membuang nafas beratnya, dan masih menatap Jodha dengan tatapan memohon..
“Aku maafkan” balas Jodha dengan nada dingin dan datar, Jodha melanjutkan “Oya, lebih baik tadi aku bantu amijaan dan Zakira saja” ucapnya penuh sindiran tanpa menatap Jalal sedikitpun, pandangannya tertuju pada bahu kanan Jalal namun sekaligus pintu kamar yang bersamaan terlihat disana..
Jalal merasa sedih namun berusaha sabar menelan kata2 sinis Jodha tanpa emosi “Baiklah sayang” ucap Jalal sangat tulus.. Jodha pun segera pergi tanpa menghiraukan perasaan Jalal...
Bersambung
FanFiction Penantian Bagian yang lain Klik Disini
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...
Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.
Terima Kasih.