Pelabuhan Terakhir Bagian 14



By Er Lin..... Mobil Jalal melaju kearah rumah Jodha. Hari sudah mulai gelap, dari siang tadi mereka melakukan kencan mereka yg pertama. Sebuah kencan layaknya remaja kebanyakan. Sebuah kencan yg tidak biasa bagi Jalal, tapi begitu membahagiakan bagi dirinya apalagi seharian tadi senyum riang selalu terpampang di wajah Jodha. Itu cukup baginya, untuk bisa melihat senyum itu lagi Jalal bahkan rela melakukan hal bodoh sekalipun.

Mobil Jalal membelok memasuki halaman rumah Jodha. Ia mematikan mesinnya, dengan cepat menahan pergelangan tangan Jodha, sebelum gadis itu turun dari mobil.

“Jodha,,,” ucapnya sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil dari laci dashboard. Jalal membuka kota kecil itu berlahan, terlihat sebuah cincin dari Tiffany & CO, sebuah cincin yg merupakan impian banyak wanita.

Jantung Jodha langsung berdetak cepat seperti ada sebuah drum yg sedang bermain. Mulutnya sedikit terbuka, otaknya mulai bergerak seperti sedang menerka-nerka apa yg akan dilakukan pria dihadapannya saat ini. “Apakah dia akan melamarku?” gumamnya saat otaknya mulai memberikan jawaban.

“Jodha bai, mau kah kau menikah dengan ku? Dan menjadi ibu bagi anak-anak ku kelak?” tanya Jalal seraya menatap mata Jodha dengan intens

DEG!

Jantung Jodha sejenak berhenti berdetak, dia tidak percaya bahwa tebakannya benar. Jalal sedang melamarnya saat ini meski sebenarnya itu tidak perlu dia lakukan karna mereka memang dari awal telah di jodohkan oleh keluarga mereka. Tapi pria ini masih tetap melakukannya meski tidak dengan suasana yg romantis.

Kening Jalal berkerut melihat Jodha yg hanya terdiam melihat kearahnya. “Apa kau tidak ingin melihat cincinnya? Ada inisial nama kita disini,” ujarnya seraya mendekatkan kotak cincin kehadapan Jodha.

“Kok tidak romantis?” itu kata yg terlontar dari bibir mungil Jodha saat kesadarannya telah kembali.

Jalal tertawa, “Jadi kau ingin dilamar di sebuah restorant yg di temani dengan banyak lilin seperti kebanyakan orang lakukan?”

Jodha mengangguk pelan.

Kembali tawa Jalal merekah, “Apakah itu artinya kau tidak mau menerima lamaran ku?”

Jodha menggeleng.

Jalal mengelus pipi Jodha dengan sebelah tangannya. “Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan ku saat melihat berita kau sedang bersama pria lain di sebuah apartemen, kau juga tidak tau bagaimana khawatirnya aku saat melihat mu berdiri didepan rumah ku dengan kondisi tubuh basah kuyup,” Jalal mendesah sejenak, “semenjak kejadian itu aku jadi ingin secepatnya menjadikan mu Nyonya Jalalludin Mohammad Akbar, agar tidak ada lagi pria yg bisa mendekati mu, dan agar aku selalu bisa menjagamu.”

Mendengar semua perkataan Jalal, tanpa terasa mata Jodha mulai berkaca-kaca.

“Jadi..... Jodha bai, kamu mau kan menikah dengan ku?” tanyanya penuh harap.

Jodha tidak menjawab, dia menghapus air mata yg mulai membasahi pipinya dengan punggung tangannya sendiri. Jodha lalu mengambil cincin itu dan menyematkannya sendiri ke jari manisnya lalu memperlihatkan kepada Jalal seraya berkata “ Ya, aku mau jadi istri dan ibu bagi anak-anakmu kelak.”

Senyum langsung merekah di bibir Jalal, di raihnya kepala Jodha lalu mengecup kening Jodha dengan lembut dan sedikit lama.

“Aku sudah membicarakannya kepada kedua orang tua kita bahwa aku ingin pernikahan kita di percepat. Jadi mulai besok kita akan mulai dengan fitting baju,” ujar jalal setelah melepaskan kecupannya.

“Apa?” ucap Jodha karna kaget, “Besok?”

Jalal mengangguk sambil tersenyum jahil, “Kenapa? Apa kau tidak mau secepatnya menikah dengan ku?”

“Bukan begitu, tapi kan____”

Jalal langsung menarik tubuh Jodha, mendekapnya dengan erat, “Aku ingin secepatnya bisa memeluk mu seperti ini setiap saat.”

Cara Jalal memeluknya membuat Jodha lupa betapa tidak romantisnya pria ini melamar dirinya. Tapi sudahlah, ia mencinta pria yg sedang memeluknya ini, pria yg bahkan pernah menggendongnya ke kamar mandi dan pernah melihat penampilannya hanya dengan pakaian tidur. Jodha membalas pelukan Jalal dengan erat seakan ia pun ingin selalu seperti ini.

*********

Jodha tengah bersiap-siap, siang ini ia akan melakukan fitting di sebuah butik langganan mamanya Jalal. Ibunya sendiri telah lebih dulu berangkat ke butik itu. Kedua wanita paruh baya itu terlihat sangat bersemangat mempersiapkan pernikahan anak-anak mereka. Ibunya bahkan berkali-kali menginggatkan dirinya untuk tidak datang terlambat.

Setelah merasa puas dengan penampilannya yg hanya menggunakan celana jins dan dipadukan dengan kaos oblong berlengan panjang, Jodha meraih tasnya dan bersiap untuk berangkat tapi tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dari layar ponselnya terlihat itu dari Jalal.

“Hallo,” jawab Jodha saat setelah memencet tombol biru pada layar ponselnya.

“Kamu dimana sayang?” tanya Jalal di ujung telpon.

“Aku baru mau jalan,” jawab Jodha sambil berjalan keluar dari kamarnya.

“Ya sudah tunggu aku, aku sebentar lagi sampai di depan rumah mu.”

Teeeettttt

Telpon langsung terputus tanpa Jodha sempat menjawabnya. “Kebiasan,” rutuk Jodha yg tidak suka dengan kebiasaan Jalal yg suka memutuskan telpon sesukanya.

Tidak cukup lama bagi Jodha menunggu, karan tidak beberapa lama setelah Jalal menelpon, mobilnya sudah terlihat di depan rumah Jodha. Jalal sengaja tidak memasukkan mobilnya kedalam halaman rumah Jodha agar tidak repot lagi mengeluarkan mobilnya karna saat ini mereka memang sudah sangat terlambat.

Setelah Jodha sudah duduk manis di sampingnya, Jalal mulai melajukan mobilnya menuju ke butik yg telah diberitahu oleh mamanya. Mereka telah terlambat 15menit dari waktu yg dijadwalkan. Setelah sampai di depan butik itu dengan cepat Jalal memarkirkan mobilnya kemudian mereka segera masuk kedalam menemui kedua ibu mereka.

Didalam butik itu terlihat mamanya Jalal dan ibunya tengah sibuk mengomentari gaun pengantin di beberapa manekin yg berjajar rapi yg sebagian besar dindingnya dilapisi cermin.

Mereka langsung menghampiri kedua ibu itu. Menyadarkan kedua wanita paruh baya itu tentang keberadaan mereka. Segera setelah itu Jodha langsung mencoba kebaya putih yg sangat cantik dengan model kebaya zaman dulu tapi tetap elegan di tubuh Jodha. Tapi saat Jodha akan mencoba gaun pengantin tanpa lengan dan memperlihat dadanya dengan sempurna, ia langsung menatap kearah Jalal seakan meminta bantuan.

Seakan tau bahwa Jodha meminta bantuannya, dengan segera Jalal berkomentar bahwa gaun yg Jodha kenakan itu tidak cocok di tubuhnya. Jalal lalu memilih sebuah gaun berlengan panjang hingga menutupin seluruh tubuh Jodha dengan sempurna. Meski gaun itu tertutup tapi tetap memperlihat bentuk tubuh Jodha dengan sempurna. Jalal bahkan terpesona saat melihat jodha mengenakan gaun itu. Tubuh tipis mirip anak SMP itu menjelma menjadi wanita dewasa sekejap mata. Artinya hanya masalah kostum. Kalo Jodha mengganti celana jins dan kaos oblongnya dengan gaun wanita mungkin dia bisa bertransformasi dari upik abu menjadi seorang putri.

Tapi Jalal terlihat sebal saat dirinya telah berdiri di depan cermin hampir satu jam lamanya tapi tidak ada satupun pakaian terlihat cocok di tubuhnya. Jodha bahkan tersenyum seakan menikmati kesengsaraan Jalal yg harus berulang kali gonta ganti jas.

“Jalal, broken white ini pas sama kulit kamu, yg ini aja ya? seru mamanya Jalal menatap putranya sambil mengacungkan sebuah jas.

Jalal sudah terlihat ogah-ogahan saat berjalan kearah ibunya. Dia menatap kearah Jodha sekilas tapi Jodha justru menjulurkan lidahnya seakan menertawakan kesengsaraanya.

“Jalal pakai apa aja pantes kok Jeng, kalo Jodha nih yg agak susah,” kata ibunya Jodha ketika lebih daru setengah menit Jalal tak juga menjawab.

“Justru Jodha yg pakai apa saja pantes, dia manis banget pakai gaun tadi, tinggal warnanya aja menyesuaikan,” ucap mamanya Jalal.

“Apakah sudah selesai?” Jalal sudah tidak tahan lagi.

“Ya, sudah,” jawab mama Jalal yg seakan mengerti dengan kekesalan putranya. “Memangnya kalian mau kemana?”

Jalal menarik napas pelan-pelan, “Aku banyak kerjaan di kantor ma,” jawabnya dengan geram.

“Jangan terlalu sibuk bekerja, ajaklah Jodha makan siang terlebih dahulu baru kau mengantarnya pulang,” ucap mamanya Jalal.

Jalal melirik Jodha melalui cermin yg memantulkan bayangan dirinya dan mamanya. Gadis itu tengah menunduk menekuni ponselnya. Jalal kembali mendesah, saat ini dirinya memang sangat sibuk hingga tidak mungkin untuk mengajak Jodha makan siang bersama.

***

“Sayang, kau sudah makan belum?” tanya Jalal saat mobilnya mulai melaju meninggalkan halaman butik.

“Belum, kamu?” tanya Jodha balik

“Aku juga belum, tadi aku langsung menjemput mu, tapi maaf ya sayang kayaknya aku harus langsung mengantar mu pulang dan tidak bisa mentraktir mu karna banyak kerjaan di kantor, aku ingin menyelesaikan semuanya hingga aku bisa mengambil cuti sehari sebelum hari H hingga kita bisa honeymoon,” ujar Jalal sambil tetap menatap lurus ke jalan.

“Kalo gitu kita makan siang di kantor mu saja, nanti kita beli makanan di restorant dalam mall saja.”

Jalal memberikan senyumannya sekilas kepada Jodha tapi sedetik kemudian ia kembali fokus sama kemudinya. Tidak beberapa lama akhirnya mereka sampai di depan mall tempat Jalal bekerja. Jalal langsung menuju ruangannya, sedangkan Jodha terlebih dahulu pergi ke sebuah restoran untuk membeli makan siang mereka.

Jodha membeli nasi timbel dengan ayam bakar yg di lengkapi dengan sambal terasi dan tidak lupa sayur asem sebagai menu makan siang mereka. Jodha juga memesan dua gelas orange jus dingin sebagai minumannya. Setelah selesai dengan belanjaanya Jodha langsung menuju ruangan Jalal.

Saat masuk ke ruangan Jalal, Jodha melihat Jalal sudah berkutat dengan laptop dan setumpuk map yg berisi file-file. Jodha langsung menarik satu kursi yg berada di depan meja kerja Jalal dan meletakkannya di samping Jalal.

“Makan dulu sayang,” kata Jodha sambil mengeluarkan makanan dari dalam kantong kreseknya.

“Ya sayang,” jawab Jalal tanpa menoleh kearah Jodha.

Melihat sikap Jalal seperti itu, Jodha mendesah berat. Dia lalu membuka satu kotak putih yg berisi makanan yg ia pesan tadi, lalu menyendoknya dan menyodorkannya ke mulut Jalal.

“Aaaaaa,” ucap Jodha.

Jalal langsung menolehkan wajahnya kearah Jodha saat menyadari Jodha yg seperti ingin menyuapinya. Jalal tersenyum dan mengelus kepala Jodha dengan lembut, “Makasih sayang,” ucapnya pelan lalu membuka mulutnya.

Jalal kembali melanjutkan pekerjaan sambil tetap menikmati suapan dari Jodha. Jodha dengan telaten menyuapkan Jalal hingga makannya habis, setelah habis baru ia memakan makan siangnya.

“Sayang, kau mau aku buatkan kopi?” tanya Jodha saat setelah makan.

“Ehmmm, boleh sayang,” jawab Jalal dengan masih tetap melihat ke layar laptopnya.

Jodha lalu keluar dari ruangan Jalal menuju dapur untuk membuatkan kopi untuk Jalal. Setelah selesai Jodha langsung kembali ke ruangan Jalal dan meletakkan kopi itu diatas meja kerja Jalal. “Ini sayang kopinya, aku pulang dulu ya?” ucapnya.

Mendengar perkataan Jodha, Jalal langsung berdiri dari duduk, di pegangnya kedua pundak Jodha, “Maaf ya sayang kalo aku mengabaikan mu dari tadi,” kata Jalal dengan nada bersalah.

Jodha menggeleng, “Tidak apa-apa, aku mengerti.”

“Aku telpon Abul Mali dulu, biar dia yg mengantar mu pulang.”

“Tidak usah, biar aku pulang naik taksi saja,” sahut Jodha dengan cepat.

Jalal langsung menggelengkan kepalanya, “Aku tidak akan membiarkan putir kecil ku pulang sendirian.”

Jalal langsung menelpon Abul mali dengan ponselnya dan tidak beberapa lama Abul Mali datang ke ruangan Jalal.

“Abul, kau antar Jodha pulang ya?” pintanya ke Abul Mali

“Baik, sir,” jawab Abul.

“Setelah sampai rumah, sms aku secepatnya, ehmmm,” ucapnya kepada Jodha.

Jodha hanya menganggukkan kepalanya.

CUP!
Jalal mengecup bibir Jodha dengan cepat, dan itu membuat wajah Jodha langsung berubah merah karna merasa malu. Jalal mencium bibirnya di depan Abul Mali.

Jalal langsung terkekeh melihat perubahan wajah Jodha. “Wajahmu merah tuh kayak apel,” ejek Jalal.

Jodha langsung mengerucutkan bibirnya, “Malu tau.....”

Jalal kembali terkekeh, meski sebentar lagi akan menikah, Jodha masih saja malu memperlihatkan kemesraan mereka di depan orang lain.

Bersambung

FanFiction Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik Disini


0 comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...

Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.

Terima Kasih.