Written by Bhavini Shah
Translate by Chusnianti
Akhirnya pengumuman dibuat untuk kedatangan Jodha dan hamidah ... Mata semua orang tertuju pada Jodha yang sedang dalam perjalanan... Jodha berjalan perlahan-lahan seperti mempelai yang baru menikah... Dia tampak seperti Ratu peri dari dunia peri... Mereka semua sungguh merasa kagum dengan pernampilannya seperti Ratu Mughal... Kecantikannya membuat setiap orang yang hadir di Diwan E Khaas terpesona... Bahkan perempuan yang menatapnya tampak cemburu dengan kecantikannya.... Akhirnya, Jalal memandang ke arahnya dan tertegun melihatnya dalam pakaian Mughal, dia tersenyum... Kecantikannya benar-benar membuat dia terpesona... Dia tidak sanggup mengalihkan pandangannya dari Jodha...
Akhirnya Jodha datang didekatnya dan memberi hormat kepadanya, “Pranam Shahenshah” Jalal tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Jodha... Jalal benar-benar terpesona dengan penampilan barunya... ada senyum yang tersebar di wajahnya seolah-olah ia lupa tentang semuanya yang terjadi dan mantra Kecantikan Jodha bekerja padanya... Perlahan-lahan Jodha berjalan dan duduk di sampingnya... Jalal masih terus memandangnya... Ia menatap Jodha dan menunggunya untuk melihat dia (Jalal)... akhirnya Jodha perlahan-lahan mengangkat matanya dan sekilas menatap mata Jalal... Segera setelah dia menatap matanya, dia mersa shock dan tubunya menggigil dan ia kembali ke indranya lagi... Senyumnya hilang dari wajahnya...
Akhirnya Jodha datang didekatnya dan memberi hormat kepadanya, “Pranam Shahenshah” Jalal tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Jodha... Jalal benar-benar terpesona dengan penampilan barunya... ada senyum yang tersebar di wajahnya seolah-olah ia lupa tentang semuanya yang terjadi dan mantra Kecantikan Jodha bekerja padanya... Perlahan-lahan Jodha berjalan dan duduk di sampingnya... Jalal masih terus memandangnya... Ia menatap Jodha dan menunggunya untuk melihat dia (Jalal)... akhirnya Jodha perlahan-lahan mengangkat matanya dan sekilas menatap mata Jalal... Segera setelah dia menatap matanya, dia mersa shock dan tubunya menggigil dan ia kembali ke indranya lagi... Senyumnya hilang dari wajahnya...
Rukaiya dan Maham keduanya terkejut melihat Jodha dalam pakaian Mughal... mata mereka penuh dengan kemarahan... Maham berkata dalam nada sinis, “Oh... jadi inilah rencananya untuk membuat Jalal dibawah kendalinya lagi, aku meremehkan begum licik ini... dia sangat cerdas seperti rubah licik.”
Jalal berbisik di telinganya dengan tatapan bermusuhan, “Akhirnya aku bisa melihat niatmu, tidak diragukan lagi kau hanya menginginkan kekuasaan... Jodha... Hari itu wajahmu bersinar dalam kekuatan politik dan sebutan Malika E Hindustan...” Jodha terkejut, dia memberikan senyuman pahit. Jalal melihat ekspresi yang mengerikan, dia marah dan merasa terhina kemudian memalingkan wajahnya...
Jashn dimulai... Banyak orang-orang penting yang diundang, banyak program direncanakan... Setelah banyak pertunjukan yang menghibur dan pujian-pujian dari semua orang. Sudah waktunya untuk upacara memberi makan manisan satu sama lain sebelum fungsi yang lain.
Maulvis datang di depan Jalal dan Jodha dan memberkati mereka berdua. Kemudian ia mengumumkan, “Sekarang Malika e Hindustan akan memberi makanan manis pada Shahenshah... dan kita semua akan berdoa kepada Tuhan manisan ini akan membasuh semua kepahitan dari kehidupan mereka dan mengisinya dengan kehidupan yang manis.
Jodha mengambil sepotong manis dan meneruskan tangannya dekat mulut Jalal... dia mengingat bagaimana Jalal selalu memegang tangannya dan makan manisan... Jalal memegang tangannya dan menunggu Jodha untuk menatapnya... Segera setelah mata mereka bertemu, Jalal makan dari tangannya, dia menggigit sedikit manisan dari tangannya... Hati Jodha seakan teriris menjadi potongan-potongan kecil... Hatinya benar-benar hancur, bahkan dia sekarang berpikir tidak ingin makan sepotong manisan dari tangannya... Tenggorokannya terkekat, dia bahkan tidak mampu menahan air matanya. Sementara Jalal justru tersenyum atas kemenangannya... **Saya benar-benar ingin menjitak kepala Jalal karena kelakuannya ini...!!!**
Kemudian senyum Jalal menghilang. Dia tidak mampi menatap matanya lagi.. Dia sendiri tidak mengerti apa yang mengganggunya... rasa sakit Jodha atau kata-katanya sendiri. Dia sangat marah pada dirinya sendiri, tetapi dia sadar bahwa dia tidak akan menerima kekalahannya... Dia ingin menghancurkan ego Jodha.. Dia ingin menyakitinya dengan memutusan semua ikatan darinya sehingga Jodha tidak akan pernah berani datang kepadanya.
Maulvis mengumumkan, “Shahenshah akan memberi manisan kepada Malika e Hindustan sekarang dan memberikan berkah dan manisnya padanya...”
Jalal mengambil sepotong manis dari piring dan meneruskan tangannya terhadap dirinya dengan tatapan tajam... Ia meneruskan tangannya ke mulutnya... dia hampir meletakkan manis di mulutnya tetapi kemudian pada detik terakhir, ia menarik tangannya dan berkata dengan nada rendah, “Kau tidak pantas mendapat berkah dariku...” maka ia meminta Rukaiya begum datang ke depan dan mengumumkan, “Rukaiya begum, aku ingin memberikan kehormatan ini padamu karena kau adalah ratu pertamaku dan ratu dihatiku...”
Rukaiya tersenyum dan mentap Jodha dengan pandangan pemenang... Jalal bangun dari tahtanya dan mengejutkan semua orang dengan memberi makan Rukaiya setengah sepotong manis dan memberikan setengah potongan lainnya kepadanya Jodha... Tindakan Jalal ini sukses membunuh hati Jodha dan menghancurkannya berkeping-keping.. Dia ingin menjerit keras dan ingin segera pergi dari sana... Namun Jodha berusaha untuk mengumpulkan kekuatannya dan menahan air matanya supaya tidak keluar... Sementara Rukaiya tersenyum puas dan semua ritual itu pun selesai...
Jalal bangun dari takhta... Semua orang termasuk Jodha bangun untuk menghormati raja tapi pandangan Jodha masih diturunkan... Akhirnya, Jalal mulai berjalan keluar dari Diwan E khaas... Dalam sejarah, Jalal belum pernah menoleh ke belakang setelah beranjak meninggalkan DWK... tapi hatinya sangat tahu bahwa dia telah menghancurkan hati Jodha dengan sangat brutal... dia tidak bisa mengendalikan dirinya, dia sangat tahu bahwa Jodha terus mengamatinya. Anehnya, Jalal berhenti dan dengan cepat menoleh untuk melihat mata Jodha... Pandangan mereka bertemu... Jalal terkejur melihat matanya yang tenang dan mematikan... Dia benar-benar terkejut... ia mengingat tampilan yang sama dan perdamaian di matanya ketika Jodha mencoba bunuh diri dalam perjalanan dari Amer menuju Agra... Itu sangat trauma setelah kejadiha itu. Jantungnya serasa berhenti berdetak... selama beberapa detik, segalanya berubah gelap... Kemarahan ini berubah menjadi ketakutan bagianya... Tubuhnya menggigil karena cemas... Keduanya bertatapan dalam waktu yang cukup lama... Akhirnya Jalal berbalik dan berjalan keluar dari DWK... Jodha hanya bisa menatap Jalal yang berjalan keluar.
Hamidah... Salima...Atgah sahib...Abdul dan semua orang benar-benar terguncang oleh perilaku Jalal yang sangat kasar terhadap Jodha... Tapi Rukaiya dna Maham Anga sangat bahagia dan ingin segera menari diatas penderitaan mereka... Perlahan-lahan Jodha bangun dan berjalan keluar dari DWK.
Dengan cepat Jalal kembali ke ruangannya, mengingat tatapan terakhir Jodha... Matanya yang tenang dan mematikan terus menghantuinya... Raja yang pemberani dan kejam terguncang oleh dua mata itu... Ia menyimpulkan bahwa Jodha tidak akan mampu menghadapi penghinaan ini... Dia benar-benar panik dan tegang... Pandangan Jodha seolah-olah memberikan petunjuk seolah-olah ia sedang melihat dia untuk terakhir kalinya... “Tidak... Aku tidak akan membiarkannya pergi.”
Jalal segera memanggil Abdul dan berkata dengan sangat panik, “Abdul... Dengarkan baik-baik, aku ingin kau memilih 20 pelayan terbaik untuk mengatur semuanya disekitar Jodha begum, segera... dia sedang melakukan sesuatu... Pastikan kamarnya aman dan tidak ada yang bisa membahayakan dirinya dan sebelum dia makan atau minum apapun, makanan dan minuman itu akan dirasakan dulu olehku... jangan meninggalkannya sendirian, bahkan tidak untuk satu detik.”
Abdul tersenyum pahit dan menjawab dengan sinis, “Mengapa Shahenshah, mengapa anda tiba-tiba mengkhawatirkannya? Pertama, anda dengan kejam menghancurkan harga dirinya dan sekarang kau mengkhawatirkannya? Mengapa anda tidak membebaskan saja dia? Saran saya adalah bahwa daripada anda memberinya racun sedikit-sedikit setiap hari lebih baik anda membunuhnya langsung dengan satu serangan, maka anda akan terbebas dan dia juga akan bebas.. Tidak ada kekhawatiran dan tidak ada sakit...”
Jalal marah dan berteriak, “ABDUL... AKU AKAN MEMBUNUHMU...” Seluruh Istana terancam dengan tteriakannya... Dia berlari ke arah Abdul seperti macam yang siap menerkam mangsanya dan menampar Abdul dua kali... Abdul kehilangan keseimbangan dan jatuh... Dia terus berteriak “Beraninya kau berbicara kepadaku seperti ini...? Beraninya kau berkata, membunuh dia... Aku akan membunuhmu...” Jalal menarik pedangnya dan bersiap membunuhnya tetapi pada detik terakhi, dia melihat Abdul tersenyum... Jalal segera tersadar... Dia melemparkan pedangnya ke sisi yang lain... Kemarahannya sedikit mereda... Dia berbalik dan mengepalkan tangannya untuk mengendalikan dirinya.
Abdul bangkit dan berkata dengan nada yang tak kenal takut “Shahenshah, aku minta maaf tapi aku benar-benar kasihan padamu... Egomu lebih besar daripada cinta... Aku tidak malu dari apa yang aku katakan, aku tidak mengatakan sesuatu yang salah... Suatu hari kau memberinya hati, mengumumkan pada dwk bahwa kau mencintainya dan membuat dia menjadi Malika E Hindustan... kau memberikan nya jutaan impian dan hari yang lain, kau telah sangat menghina dia karena kau tidak bisa menerima kebenaran dari kekejamanmu. Ya, kau tak berperasaan dan raja yang kejam... Kau benar-benar perlu untuk pergi keluar dan melihat apa yang orang lain pikirkan tentangmu... Karena kau menikahinya apa yang telah kau lakukan... sebelumnya kau melukai dirinya untuk menutupi cintamu... menyalahkan dia kemudian mengusirnya dari Istana... dan sekarang kau menghukum dia karena kepintarannya dan egomu... Betapa dangkalnya pikiranmu Jalal... Setelah melintasi batas-batas mu, setelah memberikan rasa sakit yang sangat besar sekarang kau ingin untuk melindunginya. Aku jadi bingung dengan pendekatanmu... APAKAH KEBENCIAN ATAU CINTA...?” Ia berkata dalam satu nafas tanpa berhenti... ia berhenti sedikit dan berkata dengan nada lembut “Shahenshah, Anda adalah sahabatku sejak kecil dan saya harus mengikuti tugas saya tapi saya tidak akan ragu-ragu untuk menunjukkan jalan yang benar dan baik. Tidak masalah bagi saya jika menyelamatkan Anda dari rasa sakit ini, meskipun hidup saya taruhannya.”
Jalal tidak bisa mengambil kata-kata lagi... Ia mulai menyadari dia salah lagi... Dia berteriak “Cukup Abdul... Tinggalkan aku sendirian... keluar dari sini dan jangan pernah menunjukkan wajahmu dihadapanku lagi.“
Abdul berjalan keluar dari ruang nya dengan mata berkaca-kaca. Sementara mata Jalal sudah berkaca-kaca
Kenyataan yang mengejutkannya tapi pikirannya masih tidak siap untuk menerima kesalahannya sendiri... Dia ingat ketika ia menikah dengan Rukaiya... Betapa Rukaiya sangat memperhatikannya... dia adalah hidupnya namun segera setelah ia mendapat kekuasaan, prioritas nya berubah... dan ketika ia melihat Jodha berkuasa ketidakamanan tiba-tiba mengambil alih kebijaksanaan nya... Egonya... kecemburuan... dan ketidakamanan nya mengambil alih hatinya... tapi ketika ia melihat kebisuannya dna matanya yang mematikan, semua nafsunya, kecemburuan, ketidakamanan berubah menjadi ketakutan. Pikirannya tidak mampu berpikir lebih lanjut selain keamanan nya... Jodha menanggung perdamaian Jalal... Keheningannya membunuh Jalal tapi egonya masih menghentikan dia untuk mengunjunginya tapi hatinya ingin melihatnya.
Jodha kembali ke ruang nya... Dia terkejut dengan penghinaan yang diberikan kepadanya... Hati dan pikirannya berpikir bahwa Jalal tidak mencintainya... Ia teringat ucapan Rukaiya... Dalam satu minggu Jalal akan bermain dengan kupu-kupu barunya... Dia memutuskan untuk menjaga jarak dari dia... Menghindarinya sebisa mungkin... Ketika dia menyadari dia tidak mempunyai apa-apa dalam hidupnya... dia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk kanah nya... dia begitu banyak hancur dan rusak... perasaannya seakan mati... dia bahkan tidak merasa sedih lagi... Memberikan hidupnya untuk kanah memberikan kedamaian kepada jiwanya yang hancur... dia memutuskan untuk menjaga jarak dari Jalal...Dia sekarang menerima bahwa ini adalah takdir nya... Itu tidak penting lagi baginya untuk mengetahui mengapa Jalal tiba-tiba menjadi kejam terhadap dirinya.
Sesuai instruksi Jalal, Abdul segera mengirimkan sebuah tim ke kamar Jodha untuk keamanan nya. Jodha dengan tenang dan damai meminta semua orang untuk meninggalkannya sendirian... Saat mereka menolak, Jodha mengerti dilema yang dialami Jalal... Dia langsung mengirim Reva ke kamar Jalal dengan sebuah pesan.
Reva berkata pada penjaga dikamar Jalal bahwa dia ingin menemui Jalal dan Jalal memperbolehkannya masuk. Reva dengan hormat berkata “Pranam Shahenshah, Jodha begum telah mengirim pesan untuk Anda...”
Jalal menjawab, “ya... Apa itu pesan?”
Reva dengan tenang berkata “Shahenshah, Malika E Hindustan telah mengatakan kepada saya untuk memberitahu Anda bahwa dia masih mengingat janjiNya yang dia berikan kepada Anda saat kembali dari Amer ke Agra di Ashram... Dia tidak memerlukan perlindungan tambahan...”
Jalal tercengang mendengar pesan itu... Dia pikir... “Bagaimana Jodha bisa membaca pikiranku sepanjang waktu... Aku telah menyakiti dirinya tapi dia masih peduli tentangku... Dia tidak ingin aku khawatir padanya... Dia benar-benar mencintaiku... tapi dia juga telah menyakiti ku.”
Dia mengutus Reva kembali tanpa pesan.
Setelah menerima pesan itu, Jalal merasa sangat lega... hatinya mulai bernapas lagi... tapi tatapan mata Jodha masih terus membayanginya... dia tidak mampu memahami ketenangan dan keheningan di matanya... Pikirannya yang tajam mencoba untuk membaca matanya, tetapi ia selalu gagal. “Apa yang ada dalam pikirannya?? Mengapa keheningannya menggangguku?? Seolah-olah dia telah memutuskan untuk meninggalkan seluruh dunia ini.”
Sepanjang malam Jalal tidak bisa tidur dengan damai... Jodha juga mencoba yang terbaik untuk menerima kebenaran tetapi di suatu tempat di sudut hati Nya kasihNya itu masih hidup... Keduanya tidak tidur dengan baik... Jodha terbangun untuk melakukan pooja tulsi sangat awal dan selesai sebelum Jalal datang untuk latihan pedang dan memutuskan untuk tinggal di dalam biliknya sepanjang hari.
Jalal terbangun dan bersiap-siap untuk latihan pedang... Matanya hanya ingin melihat satu pandangan nya... dia berharap untuk bertemu dengannya tapi Jodha memutuskan untuk tidak datang kepadanya... Itu sangat berangin dan dingin dingin di luar tapi Jalal memutuskan untuk makan makan di luar di taman... dia tahu dia selalu datang ada untuk memberi makan burung... tapi hari ia mengirim Reva untuk memberi makan burung-burung... Jalal kehilangan kesabarannya... melihat satu tatapan Nya, ia memutuskan untuk berjalan ke kamar nya... tetapi Jodha menyuruh pelayannya untuk menutup tirai sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun di luar... Jalal kecewa lagi... maka dia pikir sekarang dia Malika e Hindustan... dan untuk tetap berkuasa ia akan datang ke diwan e khaas tapi Reva datang dan memberikan pesan kepada Jalal... Jodha begum telah memutuskan untuk tidak menghadiri DWK lagi... Jalal kecewa lagi dan marah tapi menunjukkan seolah-olah itu tidak memiliki dampak pada dirinya... Ia membuat dirinya sibuk dalam pekerjaan DWK... Dua minggu berlalu dan Jalal kehilangan keberanian untuk menghadapi dia... Dia jelas memahami hasil dari ketidakamanan dan ketakutannya, dan menyadari bahwa Jodha tidak menginginkan kekuasaan.
Jodha membuat dirinya sibuk di bhakti Kresna... Dia membaca dan menulis sepanjang hari... Perlahan-lahan, dia adalah memisahkan dirinya dari semua orang... Dia bahkan berhenti berbicara dengan Reva tentang Jalal. Sebelumnya ia selalu berbicara siang dan malam hari tentang Jalal, pikirannya dan hatinya hanya ingin berbicara tentang dia tapi sekarang sedikit demi sedikit ia mengontrol emosinya... Matanya telah benar-benar kering... tapi api dihatinya masih menyala... Cintanya masih tersentuh... tanpa sadar ia berkali-kali berharap melihatnya. Tapi dia sadar yang mampu menguasai semua emosinya... dia hidup seperti robot... kehidupan sekitarnya tidak lagi menjadi masalah baginya... Semuanya perhiasannya satu per satu ia lepaskan dan juga meninggalkan semua sringar... dia hanya terus memakai dua gelang, sindoor di maangnya dan mangat sutra... Hamidah dan Salima berkali-kali mencoba untuk menarik dia keluar dari ruangannya, tapi dengan hormat dia menolak setiap waktu.
Sesuai rutinitas, Jalal makan di luar, di taman dan dia melihat Abdul berjalan kearah kamar Maham... Setelah dua minggu, akhirnya Jalal memutuskan untuk berbicara dengannya... Kemarahan Jalal menghilang dan dia memanggil Abdul...
To Be Continued
FanFiction Is It Hate or Love Chapter yang lain Klik Disini
BiNguNg saMa prilakuNya Jalal... saMa Jodha...
ReplyDeleteSakit bener hati ney rasanya.....ikut merasakan sakitnya Jodha di gituin sama shahensa.....owwww awas ya.....tunggu pembalasanku.....rasakan itu enaknya di cuekin n nda dianggap sama Malika e hindustan :P
ReplyDeleteSama2 keras kepala
ReplyDelete