Penantian Bagian 19



 
By Kayla Kayla

“Jodha.. Jodha sayang.. bangunlah!!” ucap Jalal panik sambil menepuk2 lembut pipi Jodha, semua orang cemas dan panik, Jalal bergegas membopong tubuh Jodha yang tak sadarkan diri ke kamarnya, dan direbahkannya sangat perlahan, mata Jodha terpejam rapat, Jalal menangis dan menggenggam erat kedua tangan Jodha..

Mainawati dg telaten membersihkan darah yang mengalir disudut bibir Jodha dan mengobati memar dipipinya.. Jodha masih tak sadarkan diri, matanya terpejam..

“Bhaijaan,tenang ya, aku sudah panggil dr. Daniyal kesini, dia lagi dijalan” ucap Sukania, Sukania dan Mainawati terlihat sangat cemas, airmata tak henti2nya mengalir, mereka duduk ditepi tempat tidur, Jalal masih terhanyut disamping Jodha..

Shivani berdiri di ujung tempat tidur, menahan emosinya.. “Kamu keterlaluan Ravi baisa, kamu tega mau membunuh Jiji!!” bentak Shivani yang tadi ditahan akhirnya keluar jg, air matanya mengalir deras.. Sukania bangkit dan mencoba menenangkan Shivani..

Ravi hanya diam membisu, tiba2 Jalal bangkit dan melangkah menuju Ravi yang mematung di dekat pintu,

“Kau puas! itu kan yang kau inginkan, sekarang aku akan membiarkanmu hidup, tapi ingat, kau harus jauh2 dari kami, kalo aku melihat batang hidungmu sedikitpun, nyawamu taruhannya, sekarang pergilah sebelum aku merubah kata2 ku” geram Jalal didepan wajah Ravi yang datar.. Tiba tiba...

“Jalal..” Suara lemah Jodha memanggil namanya, seketika itu jg Jalal menoleh kearah Jodha dan bergegas menghampirinya..

“Sayang..” ucap Jalal pelan sambil menggenggam tangan Jodha, Jodha membuka matanya “ Jalal” gumam Jodha hampir tak terdengar.. “Ya..ya.. aku disini disampingmu” Jodha menoleh lemah kearah wajah Jalal.. “Kau tidak apa2?” tanya Jodha lemah, Jalal menggeleng kuat “Aku baik2 saja sayang lihatlah aku disampingmu” Jodha tersenyum..
“Tapi memar2 diwajahmu?”, “Jangan khawatir aku tidak apa2 sayang, sudah jangan banyak bicara dulu”

“Sebenarnya aku marah padamu, kenapa kau menyelamatkanku, hem?”, “Siapa yang menyelematkanmu? enak saja” timpal Jodha bohong masih dg suara lemah dan meringis kesakitan, Dan memang iya, Jodha datang ke tengah2 perkelahian, berniat untuk menyelamatkan Jalal dari pukulan Ravi..

Jalal memeluk Jodha, “Baiklah pahlawanku, aku berhutang nyawa padamu”, “Tapi aku tidak menyelamatkanmu ingat itu!” ujar Jodha pura2 sengit lagi2 meringis kesakitan, Jalal tersenyum, orang2 terharu melihat mereka, mereka melepaskan pelukannya, Jodha berbaring lagi..

Ravi mendekati tempat tidur dan langsung memandang kearah Jodha yang terbaring lemah, pandangan Jodha pun beralih ke Ravi yang muncul tiba2, Jalal pun menoleh mengikuti arah pandangan Jodha..

“Maafkan aku Jodha, aku benar2 menyesal atas kejadian ini” ucap Ravi tulus.. Jalal menatap sinis kearah Ravi, tatapan Jodha begitu datar tanpa ekspresi “Aku maafkan, tapi kalo kau datang lagi menemuiku, aku yang akan menghadapimu sendiri Ravi” ucap Jodha dg nada dingin...

DEG! Ravi tak percaya akan sikap Jodha yang begitu dingin, “Baiklah Jodha, aku berjanji tak akan mengganggu kalian lagi, Jalal, pegang janjiku, kalo aku melanggar aku siap mati” ujar Ravi sungguh2.. Jodha masih bersikap dingin..

Jalal bangkit menghampiri Ravi, “Aku pegang janjimu, sekarang pergi dari kehidupan kami, pergilah” ujar Jalal pelan tapi bernada sinis.. Ravi pun pergi dg perasaan campur aduk dan membawa luka batin dan fisik yang perih, meninggalkan wanita yang di cintai nya.

***

Dokter keluarga baru saja datang dr. Daniyal Singh, dia langsung memeriksa kondisi Jodha, semua orang terlihat sangat cemas,

“Kondisi Mrs. Jalal, sehat, hanya saja mungkin karena shock, istri anda jd tak sadarkan diri, dan luka lebam yang ada di pipi bisa sembuh dalam bbrp hari Mr, nanti saya kasih obat penghilang rasa sakit dan jg vitamin kesehatan, saya sarankan lebih baik banyak minum air putih dan jgn telat makan, itu saja” ucap dokter ramah..

“Ya, dokter nanti saya akan paksa dia untuk melakukan semua yang dokter katakan” timpal Jalal bernada menggoda sambil melirik Jodha.. Jodha hanya tersenyum manja

***

Kini Jodha dan Jalal berada di taman belakang rumah, duduk berdampingan sangat rapat saling menautkan tangan mereka mesra.. Setiap kejadian yang mereka alami, pertumpahan darah dan pertengkaran kecil mereka, akan selalu dan selalu membuat mereka lebih dekat lagi.

Mainawati berdiri agak jauh dibelakang memperhatikan mereka, senyum haru pun terlihat diwajahnya yang sudah mulai keriput namun tetap cantik, agak lama ia memperhatikan anak dan mantunya ini dan akhirnya ia pun kembali kedalam dgn perasaan bahagia..

Kedua adik mereka tidak berada dirumah, karena mereka sedang ada jadwal kuliah..

Mereka hanya berdua, sangat damai, dalam detik ini tak ada yang mengganggu dan sejenak melupakan kejadian2 yang menimpa mereka akhir2 ini..

“Sayang”, “Emm..”, “Lusa kita kembali shooting, aku sudah tak sabar lagi, sudah kangen suasana shooting”, “Tapi Jodha, kau masih sakit sayangku”, “Aku sudah tidak apa2 ko, hanya sedikit sakit, lebamnya pun mulai berkurang”, “Tapi Jodha..”, “Tidak ada tapi, pokok nya nanti malam kita ke Delhi dan naik kereta lagi”, “Hmm.. baiklah aku mengalah untukmu cintaku” Jalal mengecup kening Jodha mesra, Jodha pun tersenyum senang..

Jalal meminta izin ke kamar untuk mengambil handphone mereka, Jodha mengangguk dan tersenyum.. Jalal kembali dan menyodorkan handphone milik Jodha..

“Kita lupa sayang hp kita belum di on sejak dua minggu yang lalu, aku rasa akan banyak email yang masuk” ucap Jalal sambil menekan switch on handphonenya, Jodha pun melakukan hal yang sama, dan benar saja hampir ratusan pesan yang masuk ke email mereka berdua, Mereka sibuk dg email2 yang masuk membaca, membalas tapi kebanyakan dibiarkan begitu saja kalo yang tidak penting,

Jalal tertawa lucu, “Ada apa?” tanya Jodha bingung “Lihatlah” timpal Jalal sambil menyodorkan handphone nya pada Jodha,

“from : [email protected] , Jodhaaaa... love u love u.. muaach.. mmmuuaaachh, 1wk ago “ Jodha dan Jalal tertawa renyah...

“Dia jg kirim kesini” ucap Jodha

“from : [email protected] , Jalaaaaall.. miss u..miss u.. muaach.. muaach, 1wk ago “ lagi2 mereka tertawa riang..

“Sayang, teman cemprengmu itu tidak didepan kita tidak di email kita, tetap sajaa begitu, sampai2 pesannya dibalik segala “ ucap Jalal masih tertawa, “Ya begitulah dia” timpal Jodha dg tawa kecilnya..

“Ini ada email sangat penting dua hari yang lalu, undangan dari salah satu tv swasta, untuk kita berdua, mereka meminta kita perform untuk launching acara tv mereka yang baru, gmn sayang? apa kita terima atau tolak?” ujar Jalal panjang lebar, Jodha berpikir keras, “Kapan acaranya?” tanya Jodha “Dua bulan lagi”, “Hmm, menurutmu sayang?” tanya Jodha lagi, “Aku ambil keputusanmu saja”, “Tapi kau kepala rumah tangga, tentu aku turut suamiku” ucap Jodha sambil tersenyum manis, “Terima.. terima..terimalah.. sayang..“ batin Jodha penuh harap... “Ya baiklah, terima saja, bagaimana?”, “Ya! itu.. bagus, aku sangat setuju” ujar Jodha tegas dan berusaha tenang agar tidak ketahuan Jalal kalo sebenarnya dia sangat gembira..

Ada email2 yang Jodha sembunyikan, email dari Sujamal dan Ravi, tapi tidak dihapusnya, karena Jodha akan bicarakan lagi lain waktu untuk saat ini tidak! karena saat ini hati mereka sedang adem...

Sore pukul 05.00 pm
Mereka sudah siap2 untuk ke stasiun Amer, dan akan di diantar supir keluarga Mr. Birbal, karena bodyanguardnya tidak ada disana....

Jodha dan Jalal pamit pada semua keluarga Amer, mereka saling memeluk erat seakan tak mau saling melepas... air mata haru tak henti2nya menetes...

Jodha dan Jalal menyentuh kaki Mainawati “Ya anakku, semoga selalu diberkati, hati2 sayang, kalo sudah sampai di Delhi langsung hubungi kami nak” ucap Mainawati penuh haru “ Ya.. maasa... terimakasih” Jodha memeluk lagi ibunya, dg airmata berderai.. Mereka pun berpamitan... dan berlalu, mobil yang mereka naiki pun lambat laun menghilang..

***

Kali ini mereka menumpang kereta yang lebih nyaman dari sebelumnya, class AC 2 Tier, dg kompertemen bersih dan nyaman, ditambah dua tempat tidur nyaman yang saling berhadapan, dua bantal, dua selimut dan dua seprei, hanya mereka berdua saja, karena kereta kelas ini tak terlalu penuh, hanya orang2 tertentu yang biasa menumpang kereta ini, dan juga sangat nyaman saat kereta baru berjalanpun sudah disuguhi welcome food dan jg welcome drink..

Selesai makan mereka rebahan, kali ini kepala Jalal berada dipangkuan Jodha “Aku mencintaimu Jodha” ucap Jalal tiba2.. Jodha tersenyum sambil membelai pipi Jalal mesra “Ya Jalal, aku juga, begitu sangat mencintaimu” jawab Jodha sumringah.. Mereka pun tertawa bahagia.. “Sayang harusnya kau yang istirahat, kau masih sakit” ucap Jalal khawatir, Jodha hanya menggeleng kuat.. “Bagaimana sekarang pipinya? masih sakit?” tanya Jalal sambil membelai pipi Jodha yang sedikit masih terlihat lebam, lagi2 Jodha hanya menggeleng, “Tidurlah, jangan banyak tanya lagi, aku baik2 saja sayang” ucap Jodha menenangkan Jalal... Jalal pun mengangguk sambil tersenyum lega...

Dan Akhirnya mereka pun tidur pulas...

***

Tok..Tok..Tok.. Tiket! tiket! sebuah suara membangunkan Jodha, Jodha pun membuka mata dan mencoba mengumpulkan kesadarannya, lalu pandangannya menunduk kearah Jalal yang masih tertidur pulas, terdengar lagi suara dari balik pintu,
Jodha mengangkat perlahan kepala Jalal dari pangkuannya,

“Ya sebentar” sahut Jodha malas.. Dibukalah pintu, tapi Jodha tak melihat ada orang, dia pun sedikit memajukan badannya menengok kanan dan kiri, dan ternyata disana ada sesosok pria yang menyeringai iblis menatapnya, Jodha terbelalak, belum sempat berteriak, Jodha sudah berada dipangkuan pria itu, tak sadarkan diri dan dibawa ke gerbong lain...

“Jodhaa!!” Jalal bangkit keringat dingin mengucur deras, “Mimpi buruk lagi, huh!” gumam Jalal nafasnya sesak, dilhatnya Jodha tak ada didekatnya, “ Jodha? dmn dia?” gumamnya lagi, Jalal panik luar biasa, ditambah dia merasakan ada angin menyeruak masuk dari arah pintu, dan menoleh kearah pintu.. “Kenapa pintu terbuka, Jodha?” batin Jalal aneh...

Jalal bergegas ke luar dari kompertemennya “Jodhaa.. Jodhaa” Jalal memanggil2 sambil menyusuri setiap kompertemen tapi tak ada karena kompertemen2 digerbong itu kosong dan gelap, hanya bbrpa yang terisi, Jalal membuka paksa tiap kompertemen yang terisi, “Jodhaa!!” tapi tak ada Jodha didalamnya, orang2 hanya menatap aneh kearahnya, Jalal semakin panik dan uring2an, matanya memerah dan airmata menetes.. “Jodha.. dmn kau sayang, pria itu, siapa dia, tapi itu hanya mimpi ya hanya mimpi” gumam Jalal gelisah keringat dingin semakin deras mengucur, nafasnya sesak..

Jalal pindah ke gerbong lain, disana ada satu ruangan yang terlihat terang tapi pintunya tertutup rapat, emosi Jalal sudah memuncak, dia mencoba mengetuk pintu tapi tak ada sahutan mencoba bbrp kali tetap tak ada, lalu berteriak “Bukaaa!! cepat bukaaa!!! aku tau kau...”

“Jalal” suara heran Jodha dari arah samping menghentikan teriakkannya, Jalal pun menoleh dg penuh amarah tp lega “Jodha? jadi benar tadi hanya mimpi, syukurlah” batin Jalal lega..

Jodha mengerutkan dahinya “Apa yang kau lakukan? knp teriak2 begitu?” pintu itu pun dibuka, sepasang kakek nenek muncul dari balik pintu dg ekspresi datar..

Jalal masih menatap Jodha dan masih dg penuh amarah “Dari mana saja kau?” pelan tapi menusuk, “Aku habis dari toilet” jawab Jodha masih heran, Jalal langsung meninggalkan mereka menuju kompertemennya tanpa sepatah katapun, emosinya masih meluap2, Jodha geleng2 kepala heran dg sikap Jalal itu, sekaligus marah karena sikap arogannya muncul lagi..

Dengan nada menyesal dan sopan.. “Mr. Mrs, Maafkan sikap suami saya tadi, saya benar2 mohon maaf” ucap Jodha sambil menempelkan kedua tangannya didepan dada, dan mereka hanya mengangguk polos, ya karena pasangan renta ini sudah berkurang pendengarannya dan tidak mengerti sama sekali apa yang terjadi..

Jodha masuk ke kompertemen dan mengunci pintu, dilihatnya Jalal sedang berdiri angkuh didekat jendela memunggunginya dan pandangannya menunduk menahan emosinya, Jodha memandanginya heran, lalu duduk disalah satu bangku tidur..

Heniiiing...

“Ada apa dg mu?” tanya Jodha tenang, “Aku marah padamu!” jawab Jalal pelan, “Apa alasannya?”, “Karena kau pergi begitu saja, bisakan minta izin dulu”, “Kau tidur sangat pulas”, “Kau kan bisa bagunkan aku?”, “Tidak”, “Kenapa?”,”Aku kan hanya pergi sebentar saja”, “Tapi aku sangat khawatir”, “Kenapa?”, “Aku takut kehilanganmu Jodha”, “Itu terlalu berlebihan” Jalal diam lalu melirik dan berbalik kearah Jodha yang sedang menatapnya sinis, “Kau bilang berlebihan?”, “Ya”, “Tapi aku sangat panik dan khawatir Jodha”, “Ini kan kereta ada banyak orang dan petugas disana dan aku hanya ketoilet diujung gerbong, buktinya aku tidak apa2” , “ Ya tapi harusnya tadi kau membangunkanku, agar aku tidak khawatir”, Jodha diam

“Aku mimpi buruk lagi Jodha” batin Jalal gelisah, “Kenapa akhir2 ini kau sangat emosian Jalal?”, Jalal menggeleng masih berdiri angkuh dihadapan Jodha, “Apa ada yang mengancammu?” Jalal menggeleng lagi, “Apa kau bermimpi buruk?” tanya Jodha masih sinis, “Tidak, aku hanya khawatir padamu”

Mereka hening kembali..

Jodha dg nada kesal “Aku tidak suka sikapmu tadi” , “Sikap yang mana?”, “Sikap aroganmu”, “Maksudmu?”, “Kau teriak2 didepan orang tapi kau malah pergi begitu saja, minta maaflah pada mereka bisa kan?” Jalal diam “Tapi kau sudah minta maaf kan?”, “Apa?! itu kan kesalahanmu Jalal!” Jodha semakin kesal dan marah dg sikap Jalal ini, tidak mau mengakui kesalahanya..

“Dengar Jodha... “, “Sudahlah aku tak mau membahasnya lagi”, “Tapi Jodha.. “, “Sudah cukup! aku ngantuk” ucap Jodha kesal, dia pun bangkit menuju bangku tidur lain , tanpa menoleh kearah Jalal, Jodha mengambil bantal dan selimut bagiannya, Jalal hanya diam memperhatikan kegiatan Jodha, “Tapi kita belum selesai bicara Jodha”ucap Jalal lagi.. Jodha mengacuhkannya dan langsung tidur dibangku dihadapan Jalal, menarik selimut dan memunggungi Jalal.. Jalal hanya diam, dan kini sudah duduk dihadapan Jodha, memandangi punggungnya, dia tak ingin mengganggu Jodha yang sedang marah..

10 menit kemudian, Jodha masih belum tidur, hanya pura2 tidur..
Tapi Jalal mengira kalo Jodha sudah tertidur pulas,

Jalal bangkit menuju pintu dan keluar, pintupun dikunci dari luar, Jodha mendengar jelas suara langkah Jalal yang keluar, dan mengunci pintu, Jodha pun segera bangkit menuju kearah pintu, “Ini benar2 keterlaluan, dia mengunci aku di dalam!” gumam Jodha kesal, tak berapa lama terdengar suara langkah kaki Jalal mendekati pintu, Jodha berdiri angkuh didepan pintu

Jalal masuk dan terkejut “Jodhaa? kau, kenapa blm tidur sayang?” , “Kau keterlaluan! mengunci aku di dalam!” ucap Jodha sinis “Maafkan aku, itu karena terpaksa”, “ Terpaksa? Bagaimana kalo aku terkurung disini, apa kau mau tanggung jawab?” ucap Jodha sangat sinis dan menusuk hati Jalal.. dan kini emosinya tak bisa lagi ditahan, Jalal mendorong kasar tubuh Jodha kedinding, Jodha terkejut dg perlakuan kasar Jalal, wajahnya begitu dekat dg wajah Jodha

“Kau, lagi2 kata2 mu itu menyakitiku Jodha, kenapa Jodha, tak bisakah kau menghormati suamimu ini hah” geram Jalal, bibir mereka hampir saja menempel, Jodha hanya diam dan menutup matanya ketakutan, tubuhnya gemetar, tak terasa air mata menetes dipipinya yang dingin, menangis dan memohon... “Lepaskan aku Sajamal, aku mohon”

DARR!! bagai petir di musim panas, rintihan Jodha memekakkan telinga Jalal, dan seketika itu jg dia menyadari kalo Jodha sangat ketakutan atas kekasarannya, kekasaran seperti dimasa lalunya.. Jalal pun menangis keras menyesali.. “Jodhaa sayang.. maafkan aku sayang.. maafkan aku...” Jalal terduduk lesu sambil memegang kedua kaki Jodha.. Mereka pun menangis diiringi suara keras mesin kereta....

Bersambung

FanFiction Penantian Bagian yang lain Klik Disini


0 comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...

Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.

Terima Kasih.