By Er Lin..... Jodha tidak memperdulikan teriakan Jalal, dia lebih memilih lari untuk segera pergi dari sana. Dari jauh Jodha melihat pintu lift tengah terbuka, dengan sekuat tenaga Jodha berusaha mempercepat langkah kakinya dan segera masuk dalam lift itu.
Sedang kan dari belakang Jalal juga tengah berlari untuk mengejar Jodha. Tapi naas saat sedikit lagi Jalal dekat dengan Jodha, langkah kakinya terhenti karna tiba-tiba seorang wanita yg menggunakan rok pendek ketat hingga memperlihatkan kaki jenjangnya yg mulus, serta baju ketat berlengan pendek yg juga memperlihatkan bentuk tubuhnya dengan sempurna, menghadang dirinya. Wanita itu langsung melingkarkan tangannya di leher Jalal, merapatkan tubuhnya hingga dadanya menempel di dada bidang Jalal.
“Honey, kau mau kemana? Aku merindukanmu,” katanya dengan manja.
“Benazir!” Seru Jalal dengan terkejut.
Benazir adalah wanita yg pernah Jalal pacari, Benazir yg merupakan pemilik restorant korea yg pernah Veronika ceritakan kepada Jodha. Hubungan Jalal dan Benazir telah lama berakhir bahkan sebelum dirinya akan di jodohkan dengan Jodha. Tapi Benazir dan Bella tidak memperdulikan itu, dua wanita ini terus-terusan berusah untuk mendapatkan Jalal kembali.
Benazir menurunkan tangannya dan meletakkannya di dada bidang Jalal. Dia mendongakkan kepalanya menatap Jalal dengan mata penuh kerinduan. “Kau tak pernah mampir lagi ke apartemen ku, kau juga tidak pernah lagi menghubungi ku, tak tau kah kau kalo aku sangat merindukan mu,”
Tangan Jalal bergerak menyentuh pinggang Benazir untuk mendorong tubuh wanita itu menjauh darinya. “Maaf Benazir aku harus pergi,” ucap Jalal sambil berlalu dari sana. Langkah Jalal kembali terhenti karna Benazir memeluknya dari belakang.
“Kau mau kemana? Aku merindukanmu,” kata Benazir sambil meletakkan dagunya di pundak Jalal.
Jalal menarik nafasnya, meraih tangan Benazir yg melingkar di perutnya, melepaskannya dengan lembut. Jalal berbalik menghadap Benazir, “Benazir, hubungan kita telah berakhir, lagi pula sebentar lagi aku akan menikah, jadi maaf.”
Benazir menatap Jalal langsung kematanya, Benazir sadar pria yg saat ini ada di depannya bukan lah Jalal yg di kenalnya selama ini. Pria yg ada di hadapannya saat ini adalah pria yg terlihat sangat khawatir akan sesuatu, Benazir dapat melihat itu dengan jelas di mata Jalal. Jalal pergi meninggal Benazir yg berdiri mematung menatap kepergiannya dari belakang, tanpa sadar mata Benazir berkaca-kaca melihat itu semua.
Jodha telah sampai kepintu utama yg ada di lantai dasar. Baru selangkah kakinya keluar dari Mall itu, tiba-tiba Ruqyah menghadangnya dan menghentikan langkahnya. Dengan kedua tangan terlipat di perutnya, Ruqyah berdiri dengan angkuhnya. “Kenapa kau menangis?” tanyanya dengan tertawa kecil.
Jodha langsung menghapus airmatanya dengan tangannya, dan menatap Ruqyah dengan kesal. “Bukan urusan mu,” jawab Jodha dengan ketus dan berlalu dari sana.
Ruqyah dengan cepat meraih pergelangan tangan Jodha hingga membuat gadis itu menghentikan langkahnya dan melihat kearahnya. “Kita perlu bicara,” kata Ruqyah.
Dengan nafas yg ngos-ngosan Jalal mengejar Jodha sampai ke halaman Mall tapi dia tetap tak menemukan Jodha. Jalal merogoh saku celananya mengambil handphone untuk menghubungi Jodha tapi tidak di jawab oleh Jodha, Jalal bahkan menghubungi Jodha berkali-kali tapi tetap tidak di jawab oleh Jodha. “Mungkin dia telah sampai di rumahnya,” kata Jalal pada dirinya sendiri.
*****
“Apa yg ingin kau bicarakan?” tanya Jodha kepada Ruqyah, saat mereka telah berada di sebuah cafe yg tidak jauh dari mall.
“Apakah kau akan tetap melanjutkan pernikahan mu dengan Jalal meski kau tau kalo kau itu tidak pantas untuk Jalal?” tanya Ruqyah dengan menatap sinis kepada Jodha.
Alis Jodha terangkat sebelah, “Apa maksud mu dengan tidak pantas?”
“Kau liat sendiri dirimu, kau seperti anak-anak, Jalal itu membutuhkan wanita dewasa, wanita yg pintar serta anggun untuk mendampinginya saat menjamu klien-kliennya. Jalal itu membutuhkan wanita seperti_____”
“Seperti dirimu?” potong Jodha dengan cepat.
Ruqyah tertawa kecil mendengar perkataan jodha, “Syukur lah kalo mengerti.”
“Kalo kau merasa pantas menjadi pendampingnya Jalal, kenapa kau tidak meminta Jalal untuk menikahimu? Bukankah kalian sudah sangat dekat?” Jodha berkata dengan suara pelan tapi cukup mampu membuat wajah Ruqyah berubah merah karna menahan emosi.
“Jangan menantang ku Jodha? Aku akan dengan mudah membuatmu pergi dari kehidupan Jalal seperti wanita-wanita lain yg selama ini ada di sampingnya.”
Jodha tersenyum lebar, “Lakukan itu jika kau memang bisa, aku bahkan akan berterimakasih pada mu jika kau bisa melakukannya.” Jodha bangkit dari duduknya dan langsung pergi meninggal Ruqyah yg terlihat kesal.
*****
“Cepat keluar, aku ada di depan rumah mu sekarang,” kata Jalal di ujung telpon
TUUUTTTT
Telpon langsung terputus sebelum Jodha sempat menjawabnya. “Selalu saja memaksa,” rutuk Jodha sambil melihat ke handphone nya. Dengan masih menggunakan baju tidur bercelana panjang dan bando yg bentuknya sangat lucu karna disisi kiri dan kanannya terdapat kuping kelinci, Jodha dengan santai menemui Jalal yg menunggunya di depan rumahnya.
“Ada apa kau kesini malam-malam?” tanya Jodha dengan ketus saat sudah berada di depan Jalal.
“Masuk lah,” pinta Jalal sambil menunjuk kearah mobilnya.
“Kau mau membawa ku kemana malam-malam begini ? Apa kau tidak liat kalo aku hanya memakai baju tidur?”
Jalal melihat Jodha dari atas sampai kebawah, “Kau tetap terlihat cantik seperti itu,” ucap Jalal dengan santai sambil masuk kedalam mobilnya. Jalal tidak menyadari bahwa wajah Jodha langsung merona merah seperti apel saat mendengar perkataanya.
Jalal langsung melajukan mobilnya dengan pelan saat setelah Jodha duduk manis di samping kemudinya. Jalal memberhentikan mobilnya di depan sebuah minimarket. Tanpa berkata apa-apa Jalal keluar dari mobilnya dan masuk kedalam mini market tersebut. Tidak butuh waktu lama Jalal telah keluar dari minimarket dengan membawa kantong kresek. Jalal kembali melajukan mobilnya, Jodha terus menatap Jalal, dia merasa bingung kemana Jalal akan membawanya pergi malam-malam seperti ini.
“Keluarlah,” ucap Jalal saat mobilnya berhenti di sebuah taman. Meski tidak tau kenapa Jalal membawa dirinya ke taman, Jodha tetap keluar dari mobil tanpa bertanya. Jodha langsung duduk di samping Jalal yg saat itu duduk di sebuah kursi kayu yg ada di taman itu.
“Kenapa kau membawa ku kesini?” tanya Jodha yg masih tidak mengerti.
“Ini,” Jalal memberikan sebuah es cream yg ada di dalam kantong kresek yg di bawanya dari mini market tadi.
“Kau membawa ku kesini hanya untuk memberikan aku ini?” Jodha bertanya sambil mengambil es cream yg di berikan Jalal padanya.
“Ini sebagai ucapan terimakasih ku untuk patung gajahnya dan juga sebagai permintaan maaf ku karna sudah membentak mu tadi di kantor,” ucap Jalal sambil menikmati es creamnya sendiri.
Jodha tidak menjawab perkataan Jalal, dia hanya menganggukkan kepalanya. Jodha terlalu menikmati es cream nya hingga tidak perduli lagi dengan perkataan Jalal. Karna tidak mendengar Jodha membalas perkataanya, Jalal menolehkan wajah nya melihat kearah Jodha. Jalal langsung tersenyum saat melihat Jodha yg menikmati es creamnya dengan lahapnya, “Apakah kau begitu menyukai es cream?” tanyanya dengan terkekeh.
“Hmmmm,” jawab Jodha sambil tetap menikmati es crem nya
“Itu di bibirmu ada sisa es crem” kata Jalal sambil menunjuk bibir Jodha.
Jodha langsung melihat kearah Jalal, “Hah? Dimana?” tanyanya sambi mengangkat tangannya untuk mengapus sisa es cream yg ada di bibirnya.
Melihat itu Jalal dengan cepat menangkap tangan Jodha, “Ah.....jorok sekali.” Jodha melihat kearah Jalal dengan terperanjat. Dengan tetap menahan tangan Jodha, Jalal mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha. “Sini!” lalu menarik dagu Jodha dengan salah satu tangannya dan mencium Jodha.
Jodha langsung menarik bibirnya dari bibir Jalal, ia terkejut hingga tak bereaksi apa-apa untuk sejenak dan hanya menatap Jalal. Melihat itu Jalal hanya menjelaskan dengan santai, “Apa? Disini tidak ada tissu,” ucapnya sambil terkekeh.
PRAAAAKKKKKK
Jodha memukul pundak Jalal dengan keras saat setelah kesadarannya muncul.
“Aaawwwwww, sakit tau” rutuk Jalal sambil mengelus pundaknya. “Hari ini kenapa kau suka sekali melakukan kekerasan? Tadi pagi kau menggigit tangan ku, dan sekarang kau memukul ku dengan keras.”
“Kenapa kau selalu mencium ku?” rutuk Jodha sambil memegang bibirnya.
“Siapa yg mencium mu? Tadi itu aku hanya membantu mu membersihan sisa es cream yg ada di bibirmu,” rutuk Jalal tak kalah sewotnya karna Jodha hari ini sudah 2kali menyakitinya.
“Apa dengan cara mencium bibir ku?”
Jalal menolehkan wajahnya melihat kearah Jodha. “Apa kau tidak bisa membedakan antara ciuman dengan yg bukan? Atau jangan-jangan kau____” Jalal menaikkan alisnya sebelah, “Kau memang belum pernah berciuman ya ?” tanya Jalal dengan tersenyum mengejek.
Jodha langsung salah tingkah saat di tanya seperti itu oleh Jalal. “Hah..itu...memangnya kenapa kalo belum pernah berciuman?” jawab Jodha.
Jalal langsung terkekeh mendengarnya. “Apa mau aku ajarkan?” kata Jalal yg langsung mendekat wajahnya ke wajah Jodha. Melihat Jalal yg mendekatkan wajahnya Jodha langsung memundurkan wajahnya dan menutup bibirnya dengan kedua tangannya. Jalal langsung tertawa melihat reaksi Jodha itu, dia pun langsung menarik wajahnya menjauh dari wajah Jodha.
“Teruslah menertawakan ku,” kata Jodha dengan mengerucutkan bibirnya. Jalal selalu membuatnya kesal, baru saja Jalal meminta maaf padanya tapi kembali dia membuat Jodha kesal.
“Kau lucu Jodha,” Jalal berkata dengan masih tertawa.
HENING....
Tidak ada diantara mereka yg mengeluarkan suaranya. Jalal sibuk dengan handphone nya karna tadi ada email yg masuk ke handphone nya, sedang Jodha kembali asik menikmati sisa es creamnya.
“Jalal,” panggil Jodha saat setelah menghabiskan es creamnya.
“Hmmm” jawab Jalal tanpa melihat kearah Jodha, matanya masih fokus ke layar handphone nya.
“Tadi aku bertemu dengan Ruqyah, dan dia mengatakan sesuatu pada ku.”
Jalal langsung menolehkan wajahnya melihat kearah Jodha, wajah Jalal langsung berubah tegang saat Jodha menyebut nama Ruqyah. “Apa yg dia katakan?”
“Sama dengan mu, dia mengatakan kalo aku ini masih seperti anak kecil, dia juga mengatakan bahwa aku tidak pantas menjadi pendamping hidupmu, apalagi kalo aku mendampingi mu saat bertemu dengan klien mu. Dia justru mengatakan bahwa dia lah yg pantas mendampingi mu, bahkan dia mengancam ku untuk membuat ku pergi dari hidup mu dengan mudah seperti dia menjauhi mu dari perempuan-perempuan yg pernah kau pacari.
Jalal memalingkan wajahnya menatap kedepan, tangan mengempal menahan emosi. Bisa-bisanya Ruqyah berkata seperti itu kepada Jodha.
“Apakah menurutmu aku benar-benar tidak pantas menjadi istrimu dan mendampingi mu saat menemui klien-klien mu?” tanya Jodha
Jalal melihat kearah Jodha dengan memperlihat senyumannya yg khas, Jalal berusaha untuk tak memperlihatkan kemarahannya di depan Jodha. “24, 28,34.” Jalal menyebutkan ukuran tubuh Jodha. “34 dengan busa, 32 tanpa busa, dengan ukuran itu kau memang terlihat seperti anak kecil,” kata Jalal sambil melihat kearah dada Jodha dengan nada yg betul-betul menghina.
Melihat Jalal menatap dadanya, Jodha langsung menyilangkan kedua tangannya menutup dadanya. “Sialan, itu terlalu sensitif,” pikir Jodha.
“Kau tidak pernah membaca vogue, tinggi dan berat badanku sudah ideal menurut majalah itu. Apa kau hanya membaca Playboy?” Jodha membalas dengan santai.
“Vogue dan playboy kan sama, dimana bedanya?” Jalal mendesis
“Jadi kau menambah wawasan mu dengan membuka situs dewasa juga?”
“Karna aku sudah dewasa, bukan baru tumbuh seperti kamu.” Kata Jalal sambil terkekeh.
******
Mobil Jalal telah sampai di depan Mall nya, Abul mali yg duduk di kursi kemudi dengan cepat keluar dari mobil dan berlari mengelilingi mobil untuk membukakan pintu mobil Jalal yg duduk di belakang kemudi.
“Abul mali, setelah ini kau suruh Ruqyah ke ruangan ku,” perintah Jalal yg saat itu baru keluar dari dalam mobil.
“Baik sir.”
Setelah mengatakan itu, Jalal langsung berjalan menuju ke ruangannya. Selama dalam perjalanannya, semua pegawai yg berpapasan dengannya selalu membungkukkan tubuh mereka sebagai tanda penghormatan. Jalal sampai di ruangannya, dia langsung duduk di kursi dan mulai memeriksa file-file yg telah tertata rapi di atas mejanya.
“Tok..tok..tok..” Terdengan ketukan pintu. “Masuk,” jawab Jalal sambil mengangkat wajahnya. Dia tau siapa orang datang, itu Ruqyah.
“Kau memanggilku,Jalal,” tanya Ruqyah.
“Iya, duduk lah Ruqyah.”
“Baiklah,” ucapa Ruqyah dan langsung duduk di kursi yg berada tepat di depan meja kerja Jalal.
Jalal bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Ruqyah. Jalal kemudian duduk di tepi meja dengan kedua tangannya di masukan ke saku celananya. Jalal diam sebentar dan memandang Ruqyah lama.
“Ada apa Jalal? Kenapa kau memandangi ku?” tanya Ruqyah yg tidak mengerti dengan tatapan Jalal.
Jalal menarik nafasnya sebentar. “Ruqyah, kau tau kan kalo aku menyayangi mu seperti adik ku sendiri. Aku bahkan selalu mengabaikan semua perbuatan mu kepada perempuan yg dekat denga ku. Tapi apa yg kau lakukan kepada Jodha____” Jalal tidak melanjutkan perkataan, dia masih menatap Ruqyah dengan tajam.
Ditatap seperti itu oleh Jalal, Ruqyah sedikit merasa takut. “Me...memangnya aa....apa yg aku lakukan pada Jodha?” Ruqyah berkata dengan terbata-bata.
“Jangan pura-pura tidak tau Ruqyah, Jodha telah menceritakan semuanya padaku.”
“Iya, aku melakukannya. Lalu apa kau akan memarahiku hanya demi putri kecilmu yg matre itu?” kata Ruqyah dengan lantang sambil berdiri.
“RUQYAH.....” Bentak Jalal. Jalal berdiri dengan kedua tangannya mengempal menahan kemarahannya. “Aku pernah memperingatkan mu untuk menjaga perkataan mu tentang Jodha. Tapi sepertinya kau tidak mendengar peringatan ku. Maka kali ini aku akan menghukum mu, mulai hari ini kau tidak lagi menjadi sekretaris ku, kau aku pindahkan ke bagian pemasaran. Dan satu lagi Ruqyah____” Jalal mengangkat salah satu tangannya dengan hanya memperlihatkan jari telunjuknya. “Jika kau mengulanginya, aku tidak segan-segan untuk mengembalikan ke orangtua mu yg ada di jerman.”
Airmata Ruqyah mengalir membahasi pipinya, ini untuk pertama kalinya Jalal memarahinya. Dan itu karna Jodha. Bahkan Jalal mengancan akan mengembalikan ke jerman kepada orangtuanya. Ruqyah rela meninggalkan orang tuanya hanya agar bisa selalu dekat dengan Jalal. Tapi sekarang Jalal bahkan tega melakukan itu. Merasa cukup mendengar semua perkataan Jalal yg menyakiti hatinya, Ruqyah langsung keluar dari ruangan Jalal.
Bersambung
FanFiction Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik Disini
Rukayah memang menyebalkan. Makasih Min.
ReplyDeleteNikahnya kapan mba? jangan lama2 donk hehehe
ReplyDeleteditunggu kelanjutannya mba chusnianti
ReplyDeleteditunggu kelanjutannya mba chusnianti
ReplyDeleteSegitu cintanya ya bang jalal?
ReplyDeleteBeruntung nya neng jodha?