By Kayla Kayla..... Mereka semua mendongakkan kepala keatas, melihat apa yang Jodha lakukan, duduk di dahan pohon yang tinggi besar, pohon yang berada di halaman depan rumah adalah tempat kesukaan Jodha kalo sedang marah atau keinginannya tidak terpenuhi, tapi itu dulu masa2 Jodha di sekolah dasar, tapi kali ini dia melakukannya lagi...
“ Syukurlah, tadi hanya mimpi buruk” batin Jalal lega, namun Jalal sangat marah dan geram melihat tingkah Jodha kali ini..
“Jiji.. apa yang kau lakukan di atas pohon?” teriak Shivani,
Jodha hanya diam tatapannya angkuh memandang kelangit gelap, dan menggerak2an kedua kakinya yang menggantung dg tangannya dilipat didepan perutnya..
Jodha hanya diam tatapannya angkuh memandang kelangit gelap, dan menggerak2an kedua kakinya yang menggantung dg tangannya dilipat didepan perutnya..
“Jodha anakku, turunlah, ini sudah malam, ayo turun, kau sudah membuat kami panik, tadi kami mencarimu kemana2 tapi ternyata kau disini, ayo turun anakku.. “ bujuk Mainawati dg nada lembut matanya berkaca2, seketika itu jg Jodha melihat ke arah ibunya dan ke wajah Jalal yang sembab.. Jalal hanya diam, dan terus saja menatap tajam ke arah dg penuh amarah,
“Ya Jiji cepat turun... nanti ada burung hantu hinggap disana!” teriak Sukania, “Diam kau Sukania!” balas Jodha lebih lantang
“Aku akan turun kalo dia mau mengembalikan buku ku” ucap Jodha tenang sambil menunjuk kearah Jalal dg dagunya.. Semua orang menoleh ke arah Jalal
“ Apa? buku? “ batin Jalal tak percaya, amarahnya semakin memuncak, “ Jodha, turun! aku tidak suka kelakuanmu kali ini” lantang Jalal rahangnya mengeras menahan amarah.. Jodha tak menggubrisnya.. Mainawati mencoba bicara lembut lagi pada Jodha,
“Aku kan sudah bilang maasa... aku hanya ingin buku ku kembali itu saja dan aku akan turun” ucap Jodha berusaha tenang, tatapannya lurus memandang kearah yang gelap..
“Jodhaaa!!! ini keterlaluan, cepat turun! kau tidak menghargai kami semua, terutama ibu mu sendiri, kami panik dan khawatir mencarimu kemana2 dan kau... enak2an disini, turun!!! “ teriak Jalal memekakkan telinga semua orang kecuali Jodha, karena dia hanya diam menatap sinis kearah Jalal..
“Aku tidak mau turun, aku ingin buku ku sekarang!!” Jodha balas teriak, Jalal mengerutkan dahinya kuat2 tak percaya dg apa yang Jodha katakan,
“Hosiyaaarrr!! ambil tangga! aku akan paksa anak kecil ini turun, cepaaattt!!!” Hosiyar terlonjak kaget, begitupun semua orang terlonjak mendengar teriakan Jalal, Hosiyar hendak bergegas pergi tapi..
“Tidaakk Hosiyaarr!! kau diam disana, aku tak akan turun sebelum buku itu aku lihat disini !!” teriak Jodha lebih lantang, Hosiyar bingung..
Jalal benar2 sudah tak bisa lagi menahan emosinya, dia pun berlalu menuju kamar, “Kau benar2 menyebalkan Jodha!” batin Jalal kesal..
“Jodha anakku, kau sudah keterlaluan sayang, kau sudah dewasa bukan anak kecil lagi, kau sudah menikah dan sudah menjadi seorang istri dari seorang suami yang baik tapi kenapa kau tidak menghormati dan menghargai suamimu sendiri itu sangat tidak baik nak”
DEG! Jodha tersadar, Jodha malu sendiri melihat ibunya yang penuh kelembutan dan kesopaanan menasihatinya, “Apa aku memang keterlaluan? sebenarnya aku hanya kesal, hanya ingin menghukum dia, itu saja” batin Jodha menyesal..
Jalal berada dikamarnya dg menenteng buku novel pemberian Ravi untuk Jodha, emosinya sudah memuncak di atas ubun2n nya, matanya memerah dan berair.. “Buku ini, buku pembawa sial, hanya karena buku sialan ini, istriku sendiri merendahkanku didepan keluarganya sendiri, Ravi kau... kalo kau berani merusak rumah tanggaku, aku bersumpah! aku akan membunuhmu!” geram Jalal pada ego nya sendiri, dia pun berlalu menuju ke halaman depan..
Jalal menatap sinis kearah Jodha, Jodha hanya melirik sekilas karena tidak berani menatap Jalal lagi, mengerikan...
“Aku penuhi permintaanmu, ini buku mu, sekarang turunlah” ucap Jalal tenang namun menurut Jodha begitu mengerikan.. Jodha diam saja.. Jalal menunduk menahan amarahnya,
“Maasa, ini buku yang Jodha inginkan” ucap Jalal sopan sambil menyodorkan buku, dan diterima oleh Mainawati dg perasaan cemas, matanya berkaca2, karena malu atas kelakuan anaknya sendiri..
“Sekarang terserah padamu, mau turun atau tidak aku tidak peduli” ucap Jalal dg nada hambar memandang kearah Jodha dan pergi begitu saja dg perasaan campur aduk, Jodha hanya diam memandang punggung suaminya dg rasa bersalah..
.
Dikamar, Jalal mematung didepan jendela kamar, Jodha membuka pintu, pandangannya tertuju pada punggung Jalal.. lalu mengunci pintunya.. Jalal menyadari kalo Jodha datang.. Jodha merasa serba salah, harus bagaimana menghadapi semua ini, buku yang tadi diminta, Jodha titipkan pada Sukania...
Jalal beranjak dari depan jendela kamar dan melangkah menuju meja rias, tanpa melirik, memandang apalagi menatap Jodha, dia mengambil setelan tidur yang tadi disiapkan Jodha, lalu masuk ke kamar mandi, Jodha hanya diam memperhatikan kegiatan suaminya tanpa protes..
Jalal keluar kamar mandi dan langsung merebahkan tubuhnya, lalu menarik selimut, Jodha duduk disamping Jalal.. Melirik kearah Jalal yang terpejam, hatinya beku, sikapnya dingin dan kebisuan menghinggapinya...
“Apa sesakit ini bila di acuhkan? dada ini begitu sesak aku rasakan, dan aku sering mengacuhkannya, rasa sesak ini yang dia rasakan, tapi kali ini aku mendapat balasan dari ke angkuhan ego ku, tapi dia juga salah cemburunya itu keterlaluan” gejolak batin Jodha
Jodha memperhatikan wajahnya yang sembab “Dia habis menangis, karena tingkahku yang keterlaluan” batin Jodha sedih, Jodha mencoba membelai pipi suaminya, tapi diurungkannya, “Aku tak akan mengganggunya dulu, biarkan dia mengacuhkanku, tidak menyapaku, mendiamkanku aku terima dan sekarang aku akan merasakan bagaimana hati ini kau acuhkan, agar luka2 yang kau rasakan dari kelakuan bodohku, dari egoku, bisa aku rasakan juga, begitu sakit dan sesak!” batin Jodha yang bergejolak, tak terasa air matapun menetes dipipinya yang dingin, sedingin sikap mereka..
Jodha beranjak dari tempat tidur dan hendak keluar kamar..
“Tunggu?! suara serak Jalal menghentikan langkah Jodha, hatinya pun sumringah, Jodha menoleh tapi apa yang didapat, wajah mengerikan Jalal begitu tajam menusuk hatinya..
“Mau kmn?” , “Minum” ucap Jodha datar hatinya berubah kesal “Aku ambilkan”, “Aku bisa sendiri”, “Aku tak akan biarkan kau keluar kamar”, “ Keterlaluan!” batin Jodha kesal, Jodha pun menatap tajam kearah Jalal lalu mendekatinya “Ini kamarku, dan ini rumahku, kau tak berhak melarangku” ucap Jodha pelan didepan wajah Jalal nafasnya pun menerpa jelas diwajahnya, hendak berlalu Jalal mencengkram lengan kiri Jodha, Jodha berhenti tanpa menoleh, Jalal mendekati tubuh Jodha, dan kini mereka saling menatap penuh amarah dan nafsu yang bergairah “Kau menyebalkan Jodha, sangat menyebalkan”, “Lepaskan tanganku dan berhenti menatapku seperti itu, aku tak takut padamu!”, “Aku tak akan melepasmu begitu saja Jodhaa”, “Kau mau apa?” Jalal tak tahan lagi dg ucapan2 sinis yang keluar dari mulut Jodha, seketika itu juga Jalal menarik tengkuk Jodha dan mencium bibir Jodha yang manis, lalu melepaskan begitu saja, Jodha hanya diam menatap Jalal, nafas mereka terengah2.. “Biarkan aku pergi, aku haus”, “Aku akan membuat rasa hausmu hilang”, Jalal lebih mendekat dan mencium bibir Jodha lagi lebih lama, tapi Jodha tak merespon.. “Kau merasakannya?” Jodha memalingkan wajahnya dg kesal, Jalal mncomot dagu Jodha dan menarik wajahnya kearahnya, mereka saling menatap lagi,
“Aku mencintaimu Jodha, aku sangat khawatir terjadi sesuatu padamu, dan aku marah padamu karena kau melakukan tingkah bodoh masa kecilmu itu, dan karena kau telah merendahkan aku dg berlaku kasar padaku, berteriak pada sumamimu sendiri, suami yang kau anggap dewa ini, dmn hati emasmu Jodha dmn? kau hanya memikirkan ego mu sendiri, tapi mengacuhkan perasaanku, itu membuatku sakit Jodha” mata Jalal berkaca2...
Jodha sangat tersentuh tapi tatapan Jalal kembali menusuk..
Mereka kembali saling menatap tajam, Wajah mereka begitu dekat dg nafas hangat memburu menerpa mereka.. cengkraman tangan Jalal begitu menyakiti Jodha “Lepaskan tanganku! kau menyakitiku Jalal!” Jalal melepaskannya namun tangannya beralih kepinggang Jodha dan menariknya lebih dekat dg tubuhnya, Jodha menjauhkan wajahnya, nafsu Jalal sudah tak bisa dibendung lagi, tangan kirinya menarik paksa kepala Jodha dan ciuman kasarpun mendarat dibibir Jodha, Jodha meronta2 berusaha melepaskan..
Tapii... ciumannya berubah lembut dan perlahan, membuat Jodha perlahan membalasnya, Jodha sesak dan mendorong dada Jalal kuat2, nafas mereka terengah2 dan saling menatap tajam.. Jodha menatap kesal dan beranjak meninggalkan Jalal menuju dapur, Jalal memegang dahinya kuat2..
“Jodhaa.. kenapa kau begitu keras kepala” gumamnya kesal..
30menit kemudian..
Jalal mulai khawatir “Kenapa dia lama sekali?” Jalal pun bergegas menuju dapur, dilihatnya Jodha tertidur pulas, dg tangan kanannya dijadikan bantal, duduk diatas kursi menghadap meja makan besar dan gelas kosong menemani tidurnya.. Jalal tersenyum dan bergegas membopongnya menuju kamar, Jodha bergumam tak jelas..
Direbahkan perlahan diatas ranjang, ditarik selimut membungkus tubuhnya yang letih, Jalal pun berbaring disampingnya diselimut yang sama, memandangi wajahnya yang sembab dan pucat lalu mencium mesra keningnya, mendekapnya sangat erat.. Mereka pun tertidur pulas..
.
Pagi pukul 06.45 am
Jodha bangun terlebih dahulu, merasakan ada yang menindih dadanya, dilihatnya Jalal tertidur pulas disamping kirinya, sambil memeluknya dg bertelanjang dada, Jodha berpikir keras mengingat kejadian semalam “Aku tidur” batinnya, dia melihat kebalik selimut, piyamanya masih utuh..
Tok.. Tok.. Tok..
“Jiji... jiji... “ , “Sukania” gumam Jodha, Jodha bangkit dan menyingkirkan tangan Jalal dg perlahan, mencium keningnya, lalu bergegas menuju pintu, merapikan rambut dg jari2 nya...
“Ya Sukania, ada apa pagi2 sudah teriak2 sayang??” Sukania celingak celinguk melihat kedalam kamar dan berbisik “Bhaijaan?” , “Masih tidur, ada apa?” tanya Jodha bingung, Sukania berbisik lagi “Jiji, Ravi baisa ada diruang tamu, dia menunggumu” Jodha terbelalak dan bingung, Sukania menunggu jawaban dg cemas “Ya sudah, Jiji akan temui dia, sebentar lagi” Sukania mengangguk dan berlalu..
Jodha melihat Jalal masih tidur dia pun bergegas ke kamar mandi dan menggosok gigi, hendak ke meja rias tapi Jodha terkejut, Jalal tidak ada diranjang dan baju piyama nya pun tak ada, Jodha panik dan segera menyisir rambut lalu bergegas ke ruang tamu, dan ternyata Jalal sudah ada disana dan jg Ravi, mereka terlihat ngobrol biasa2 saja..
Jodha menghampiri mereka.. Jalal bangkit dan menyambut Jodha lalu mencium pipi kanannya, membuat desir halus menjalar ditubuh Jodha “Pagi sayang, sini duduklah, lihat siapa yang datang” Jodha hanya diam dg perlakuan manis pura2 Jalal..
Mereka duduk berdampingan dan sangat rapat, Jalal merangkul pundak Jodha, tapi kali ini Jodha membalas dg pura2 jg menggenggam erat tangan kiri Jalal, Jalal sedikit kaget tapi berusaha tenang, Ravi memandang sinis..
“Pagi Jodha” sapa Ravi sambil tersenyum,
“Pagi juga Ravi, apa yang membuatmu datang sepagi ini?”, “Aku mau pamit Jodha, aku akan kembali ke Kanada, melanjutkan sekolah actingku disana”,
“Apa? sekolah acting? kau tak pernah cerita kalo kau seorang aktor?” Jalal dan Ravi saling memandang sinis..
“Ya Jodha, aku memang seorang aktor tapi tak setenar dirimu dan.... suamimu itu”, “Ah.. kau terlalu berlebihan Ravi”; “Dia saingan terberatku sayang” ucap Jalal tiba2, mengagetkan Jodha, Ravi hanya tersenyum sinis, “Apa maksudmu sayang?” tanya Jodha polos, Jalal senang mendengar panggilan sayang didepan Ravi,
“Dia pesaing beratku waktu casting peran utama yang aku lakoni sekarang” Jodha lagi2 terkejut “Tapi aku menerima kekalahanku dg lapang dada, Mr Jalal?”, emosi Jalal terpancing “Apa kau bilang, lapang dada? dg caramu mengancamku untuk menghancurkan karirku dan mencoba merebut kekasihku, apa itu yang dinamakan lapang dada, hah!” Jodha benar2 shock mendengar semua ucapan Jalal..
“Oh... jadi istrimu baru tau ya, sampai dia terkejut begitu, dan sekarang kau mulai mengeluh Jalal? kau pecundang!” ucap Ravi sinis, Jalal bangkit emosinya memuncak, Ravi pun bangkit dg angkuh, Jodha mencoba menenangkan Jalal.. “Apa mau mu brengsek?!” lantang Jalal rahangnya mengeras, penghuni rumah pun berdatangan mendengar teriakan Jalal, mereka pun terlihat panik..
“Sayang sudah.. tenangkan dirimu” ucap Jodha mencoba menenangkan suaminya, Jodha terlihat sangat panik dan cemas.. “Tidak Jodha, dia harus diberi pelajaran! katakan apa mau mu?!”, “Pertanyaan bagus Mr.” Ravi tersenyum licik dan melanjutkan”Aku ingin Jodhaa... “ ucap Ravi sangat tenang, Jodha terbelalak, telinga Jalal memerah dan merasakan berdengung hebat, emosinya sudah di puncak,
Jalal dg replek melayangkan tinju kerasnya kepipi kiri Ravi, semua orang histeris melihat kejadian kilat tersebut dan berusaha melerai mereka, Ravi terhempas bbrp langkah kebelakang, dan seketika itu jg pipinya lebam, hidung dan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar, Ravi mundur sambil memegang bagian yang berdarah..
“Oh.. sekarang kau berani berduel dgnku heh?!” biasanya kau hanya jadi penonton?” ucap Ravi menyeringai licik.. “Aku tantang kau, karena kau tak pantas lagi menyebut nama istriku dan kau harus mati” geram Jalal menahan emosi...
Semua orang semakin panik, tapi tak ada yang berani melerai, karena Jalal melarangnya.. Jodha memeluk ibunya, menangis sesenggukan, ketakutan dan khawatir kalo perkataan dan emosi Jalal benar2 akan membunuh Ravi..
Kini mereka berdua berada di halaman depan yang luas.. Mereka berputar satu sama lain Jalal melipat lengan piyamanya, Ravi membuka dan melemparkan jaketnya begitu saja.. “Ayoo Jalal!! aku tak takut padamu, kalo aku menang, Jodha jadi milikku” teriak Ravi sambil tertawa keras, “Menjijikan!!” geram Jalal lalu dg tak sabar meninju Ravi, tapi Ravi menangkis dan menangkap kuat2 kepalan tangan kanan Jalal, mereka saling menatap tajam, Ravi hendak membalas tapi kali ini Jalal yang menagkap kuat2 kepalan tangan kiri Ravi, mereka saling menatap lagi.. “Hanya itukah kemampuanmu brengsek!” geram Jalal, Ravi menyeringai dan sedikit lengah dan #buukk lutut Jalal mendarat diperut Ravi, dan langsung tersurut kebelakang, Ravi meringis kesakitan dan memegang perutnya.. Jalal tersenyum menang...
Mereka saling berputar siap2 dg aksinya lagi.. Semua orang tegang menyaksikan duel musuh bebuyutan tersebut... Ravi mendekat dan hendak melayangkan tinjunya, Jalal mengelak, Ravi mencoba lagi, dan lagi2 hanya angin yang ditinjunya, kali ini Ravi berhasil meninju rahang kiri Jalal tapi hanya lemah, Jalal memegang rahangnya yang agak sakit, emosi Jalal terpancing dan merekapun berduel sengit saling melayangkan tinju dan tendangan tapi Ravi kewalahan dg gerakan2 Jalal, darah segar hanya nampak di wajah Ravi tapi Jalal hanya memar2 sedikit,
Kali ini pukulan Ravi salah sasaran #buukk tiba2 Jodha memekik keras dan langsung tersungkur ke bawah, pipi kirinya terkena kepalan tangan Ravi sangat keras, sudut bibirnya mengalir darah segar... Seketika itu jg Jodha tak sadarkan diri, Jalal meraih tubuh lemah Jodha dan keluarga Jodha menangis histeris menghambur kearah Jodha, Ravi hanya mematung dg perasaan bersalah dan menyesal..
Bersambung
FanFiction Penantian Bagian yang lain Klik Disini
Hilang sujamal muncul ravi,,
ReplyDeleteTerus kapan jalal jodha tenang ya?
Semangat mbak kayla dan chusni