By: Arum Chusnianti
Satu bulan pertunangan Jodha dan Jalal telah berlalu. Selama satu bulan tersebut, Jodha semakin bersemangat untuk sembuh. Terapinya ia jalani dengan penuh semangat tanpa kehadiran Jalal yang sebelumnya selalu menemaninya.
“Tunggulah Jalal sayang... aku akan memberimu kejutan!” ucap Jodha saat berlatih berjalan di dalam kamarnya.
Jodha memutuskan menjalani terapinya sendirian di dalam kamarnya, bukan di rumah sakit lagi.
Meskipun begitu, seperti biasanya Jalal selalu mengunjungi Jodha setiap jam istirahat makan siang dan sepulang kerja. Terkadang Jalal makan di rumah Jodha atau mereka makan di luar.
Meskipun begitu, seperti biasanya Jalal selalu mengunjungi Jodha setiap jam istirahat makan siang dan sepulang kerja. Terkadang Jalal makan di rumah Jodha atau mereka makan di luar.
Seperti malam ini, Jalal mengajak Jodha untuk makan malam di tempat yang sudah direservasi sebelumnya. Sebuah restaurant yang sepi tidak seramai biasanya. Jalal mengajak Jodha ke pinggir kolam restaurant tersebut, dimana lilin-lilin mengapung di atas kolam renang, bunga-bunga selalu tampak di setiap mata memandang, beberapa tangkai bunga mawar dan beberapa lilin di atas meja semakin mempercantik malam itu. Dan hanya lilin-lilin tersebut dan sinar bulan dan bintang lah yang menjadi cahaya tempat tersebut. Jodha begitu terpukau dengan apa yang ada dihadapannya. Untuk sesaat dia tidak mampu berkata-kata untuk menggambarkan kekagumannya.
“Indah sekali, Sayang... tapi kenapa kau melakukan semua ini? Bukankah ini hanya makan malam biasanya?” tanya Jodha yang saat itu bergelayut manja di dalam dekapan Jalal.
“Lebih baik kita makan dulu,” ucap Jalal kemudian membawa Jodha yang berada dalam dekapannya ke meja yang sudah dipersiapkan. Ia mendudukkan Jodha dengan hati-hati, sementara ia sendiri duduk dihadapan Jodha.
Jodha mencoba mencari tahu apa maksud Jalal melakukan ini semua, tapi semua usaha sia-sia, ia selalu mendapatkan jawaban yang sama, ‘Kau akan tahu nanti, sayang...’ Dan akhirnya makan malam mereka berlangsung dengan hening.
Makan malam mereka sudah selesai, Jodha bernafas lega, “Akhirnya aku akan segera tahu apa yang kau rencanakan, sayang...”
“Baiklah, sayang,” ucap Jalal.
Jodha mulai tidak sabar, “Apa itu, sayang? Jangan membuatku semakin penasaran. Dari tadi kau sudah membuatku frustasi karena tingkahmu ini!”
Ekspresi Jalal berubah sedih, “Maaf sayang, ku mohon tenangkan dirimu.”
“Ada apa, Jalal? Kau jangan menakutiku!” ucap Jodha gusar.
“Sayang... sepertinya aku tidak bisa menunggumu lebih lama lagi,” Jalal diam sejenak untuk melihat ekspresi Jodha.
Jodha bingung, air matanya sudah mulai tergenang, “Apa maksudmu?”
“Dua minggu lagi aku akan menikah,” ucap Jalal.
“Ap... apa? Mengapa kau melakukan semua ini? Apa kau tidak bisa menungguku sebentar lagi?” runtuh sudah pertahanan Jodha, air matanya sudah mulai mengalir.
Jalal segera berdiri dan menghampiri Jodha yang duduk berseberangan dengannya. Jalal hendak menyeka air mata Jodha, tapi Jodha langsung menepisnya dengan kasar.
“Apa kau tidak bahagia, sayang?” tanya Jalal dengan nada datar..
“Bagaimana mungkin aku bahagia jika mendengar kabar bahwa kau akan menikah dengan wanita lain?!”
Jalal tersenyum, disekanya air mata Jodha dengan sayang. “Siapa bilang aku akan menikah dengan wanita lain?”
“Ma... Maksudmu?” Jodha semakin kebingungan dan masih menangis sesenggukan.
“Tentu saja aku akan menikah denganmu, sayang... Kau pikir dengan siapa lagi?” ucap Jalal.
“Tapi... bukankah kita akan menikah dua bulan lagi, dan kenapa kau bilang dua minggu lagi?” tanya Jodha.
Jalal mendesah... tangan Jalal berada dipinggang Jodha, kemudian tangan satunya menyelinap dibelakang lutut Jodha. Dalam sekejap, Jodha sudah berada dipangkuannya. Kali ini Jodha tidak berontak, dia sudah terbiasa dengan tindakan Jalal yang satu ini.
Jalal melanjutkan ucapannya, “Aku sudah tidak sabar lagi sayang... Aku sudah sangat lama menunggumu... Apakah kau lupa dengan isi jurnalku?” (jurnal yang berisi khayalan Jalal tentang Jodha) Sebelum Jodha bisa mengelak,Jalal melanjutkan ucapannya, “Aku sudah memutuskannya dan kau tidak bisa membantahnya! Kau tenang saja, sayang... kau akan tetap bisa memutari api suci.”
“Bagaimana caranya aku bisa memutari api suci jika kakiku saja belum bisa digerakkan? Kau keterlaluan sekali!”
“Apa kau lupa? Bahwa aku akan menjadi kakimu. Dan kita akan mengitari api suci dengan cara kau berada didalam dekapanku,” ucap Jalal dengan santai.
Jodha mulai merasa frustasi dengan tindakan tunangannya ini, “Kenapa kau keras kepala sekali?” Kemudian dipukulnya dada bidang tunangannya tersebut dengan pelan.
Jalal semakin mempererat pelukannya, “Karena aku sudah tidak tahan lagi untuk melihatmu selalu berada disisiku setiap saat, sayang... Aku ingin orang terakhir yang kulihat sebelum memejamkan mata adalah dirimu dan aku ingin kau adalah pemandangan pertama yang ku lihat setelah aku membuka mataku,” bisik Jalal di telinga Jodha.
Jodha membelalakkan matanya.
“Kenapa? Apa aku perlu membuktikan betapa aku mencintaimu?” goda Jalal sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Jodha.
Jodha mencoba menghindar dengan menarik kepalanya ke belakang, tapi Jalal mengunci pergerakannya dengan menahan kepala Jodha menggunakan tangan kanannya sementara tangan kirinya melingkar posesif di pinggang Jodha... Ada waktu dimana dia bersyukur karena Jodha tidak dapat berlari darinya, sehingga dia bisa mencium Jodha kapan saja. Kemudian Jalal langsung mencium Jodha saat itu juga dan Jodha membalas ciuman Jalal dengan cara yang menyenangkan Jalal.
Jalal melepaskan ciumannya. Dibelaianya wajah tunangannya dengan penuh cinta, “Baiklah sayang... Jadi kau sudah menyetujuinya. 13 hari lagi kita akan menikah secara islam dan dihari berikutnya kita akan melaksanakan pernikahan kita sesuai dengan tradisimu di rumahmu. Dan sesuai tradisimu, setelah itu aku akan membawamu pulang ke rumahku, rumah kita.”
Jodha begitu terharu mendengar apa yang telah direncanakan Jalal. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa kali ini dia akan setuju dengan konsep yang akan dibuat Jalal tanpa membantah, karena Jalal sudah menuruti permintaannya tentang konsep pertunangan mereka kemarin.
Jalal duduk di sebelah Jodha. Dia kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha, kemudian kembali mencium Jodha dengan mesra. Malam itu seakan menjadi saksi kedua insan yang akan menjalin ikatan suci dalam pernikahan.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Sudah sebulan lebih keluarga Jodha dan Jalal disibukkan dengan mempersiapkan pernikahan mereka sejak pertunangan Jodha dan Jalal. Awalnya Jodha curiga, pernikahan masih lama tapi mereka sudah begitu sibuk. Tapi semua kecurigaan dan rasa penasarannya kini sudah terjawab sudah.
Dekorasi, undangan, catering, pemain musik, WO dan lainnya sudah mereka persiapkan untuk acara penikahan yang dilakukan di rumah Jodha dan perayaan di rumah Jalal. Jalal ingin sekali menunjukkan pada dunia bahwa Jodha adalah miliknya dan hanya akan menjadi miliknya, untuk itu dia memutuskan untuk mengadakan pesta pernikahan di rumahnya,sehari setelah melangsung ritual pernikahan di rumah Jodha.
Dua hari setelah Jalal melamar Jodha, Keluarga Jalal datang ke rumah Jodha untuk melakukan upacara Shagun. Keluarga Jalal membawakan hadiah berupa baju, sepatu, bahan pangan utama seperti beras, kacang-kacangan, perlengkapan harian yang biasa digunakan sang wanita dan juga perhiasan yang indah. Bersamaan dengan diantarnya hadiah ini, Jalal mengatakan kapan upacara pernikahan akan dilaksanakan, meskipun sebenarnya Jalal sudah menanyakannya pada Bharmal hari yang tepat untuk mereka menikah.
Tidak terasa waktu berlalu dengan begitu cepat. Kemarin Jodha dan Jalal sudah meresmikan hubungan mereka secara islam di tempat berjauhan dan akan di pertemukan lagi saat acara ritual di rumah Jodha.
Kini Jalal sudah berada di kediaman keluarga Bharmal untuk melangsungkan pernikahannya dengan Jodha. (Maaf, untuk pakaian yang mereka kenakan, saya skip saja ya... sudah menjadi rahasia umum bagaimana penampilan adat india saat pernikahan. Bayangin aja penampilan Jodha dan Jalal saat menikah di serial Jodha Akbar).
Ritual demi ritual sudah dilakukan, hingga tiba saatnya untuk memutari api suci.
“Sayang... sepertinya sekarang aku bisa membawamu dalam pelukanku lagi,” bisik Jalal di telinga Jodha yang saat itu berada di sebelah kanan Jalal.
“Nehi... kali ini aku tidak ingin kau membuatku malu lagi di depan semua orang,” ucap Jodha ketus.
Jodha tidak mau mereka berdebat terlalu lama, perlahan-lahan dia menggerakkan kakinya dan berusaha berdiri sendiri. Semua orang termasuk Jalal terpana melihatnya, kini Jodha sudah berdiri dengan kedua kakinya sendiri.
Jalal langsung berdiri mengikuti Jodha, “Kau mengejutkanku, Jodha... Meskipun aku tahu kau akan lebih cepat sembuh dari prediksi dokter, tapi ini benar-benar mengejutkanku.”
“Ini hadiah pernikahan dariku, sayang...” ucap Jodha sedikit berbisik. Kemudian dia mengingatkan Jalal, “Ayolah sayang... jangan membuat semua orang menunggu terlalu lama!”
Dan upacara pernikahan tersebut berlangsung bahagia, bahkan dua kali lipat kebahagiaan yang mereka rasakan. Akhirnya Jodha dan Jalal benar-benar bersatu, ditambah dengan kebahagiaan karena Jodha sudah pulih. Bahkan ada beberapa orang yang tidak dapat mengendalikan air mata mereka untuk tidak keluar karena terharu.
Malam harinya, Jalal memboyong Jodha ke kediamannya. Suasana haru kembali menyelimuti, karena saat itu juga Bharmal dan Mainavati harus melepaskan putrinya, melepaskan tanggung jawabnya dan menyerahkan tanggung jawab Jodha kepada Jalal.
Sesampainya di rumah Jalal, Hameeda menyambut menantunya dengan ritual-ritual rajvanshi. Jodha begitu terharu dengan perlakuan ibu mertuanya. Ia menundukkan tubuhnya, menyentuh kaki Hameeda dan Hameeda mendoakannya.
Setelah semuanya selesai, karena sudah larut malam, akhirnya semua orang masuk ke kamar mereka masing-masing. Jodha dan Jalal bergegas mandi secara bergantian. Ketika Jalal sedang mandi, Jodha yang telah rapi berganti dengan gaun malam, menyiapakan pakaian tidur suaminya selayaknya seorang istri. Ia masih tidak percaya bahwa hari ini ia telah menyandang seorang istri, istri dari Jalalludin Muhammad Akbar, laki- laki yang pernah ia benci dahulu.
Tak lama setelah itu, kini mereka sudah berada di peraduan, Jalal sedang menatap Jodha intens, ia ingin sekali lagi meyakinkan bahwa malam ini bukanlah imajinasinya semata seperti malam-malam sebelumnya. Jalal membelai lembut wajah wanita yang saat ini telah sah menjadi istrinya. Jodha memejamkan mata saat jemari Jalal menelusuri wajahnya, hidungnya, pipinya dan bibirnya. Jalal tersenyum melihat ekspresi Jodha saat itu, direngkuhnya wajah Jodha dengan kedua tangannya, diciumnya kening, hidung dan kedua pipi Jodha. Saat ini kening keduanya saling bertautan, Jalal meminta persetujuan Jodha untuk melaksanakan kewajibannya sebagai suami dan disetujui Jodha dengan anggukan kepalanya.
Jalal lalu mencium bibir Jodha, awalnya perlahan namun pelan–pelan menjadi lumatan yang menyalurkan hasrat gairah dari dalam diri keduanya. Setelah puas menikmati bibir Jodha, Jalal mulai menelusuri leher jenjang Jodha, Jodha menikmati setiap ciuman dan sentuhan dari suaminya tersebut. Terdengar pelan lenguhan Jodha yang keluar dari bibirnya saat Jalal mulai melancarkan aksinya. Jalal lalu menarik tali kelambu tempat tidur mereka, dan kembali melancarkan aksinya memenuhi setiap impian-impiannya bersama Jodha dengan nyata. Malam itu keduanya menikmati indahnya malam pertama mereka, dan akhirnya imajinasi yang selama ini terpendam tersalurkan saat keduanya melebur menjadi satu dalam suatu ikatan suci. (Special scene MP from Bunda Alfi Nurhasanah. Thanks a lot, Bunda...)
Setelah selesai dari ‘aktivitas’ mereka, Jalal membelai rambut Jodha dengan penuh kasih, sementara Jodha menyandarkan kepalanya di dada Jalal yang telanjang.
“Sayang... kau benar-benar memberiku kejutan hari ini. Sejak kapan kau menyembunyikan hal ini dariku?” tanya Jalal.
“Aku ingin memberimu kejutan, sayang... Belum lama aku bisa berjalan. Baru beberapa hari yang lalu aku bisa menggunakan kakiku. Aku sengaja menyembunyikannya dari keluargaku, karena aku ingin memberikan kejutan. Dan kemarin aku baru bisa menggunakan kakiku dengan sempurna. Semoga kau menyukai hadiah dariku, sayang,” tutur Jodha.
“Tapi kau harus mendapatkan hukuman atas semua ini, honey!” ucap Jalal kemudian langsung membalikkan tubuh Jodha dan mendaratkan ciumannya di bibir Jodha.
Jodha menjerit karena serangan Jalal yang tiba-tiba. Mereka melewati malam itu dengan bahagia. Hasrat yang sekian lama terpendam, kini sudah tersalurkan dengan ikatan suci.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Malam perayaan pernikahan mereka tiba. Rumah Jalal yang begitu megah disulap menjadi istana. Dekorasi ruangan yang didominasi dengan warna hijau tosca dan merah muda. Meja yang disiapkan ditutupi dengan serbet kain dan mengguankan peralatan-peralatan yang terbuat dari perak yang berkualitas tinggi, menarik dan bergaya. Deretan-deretan foto-foto Jodha dan Jalal terpajang di beberapa tempat, di pintu masuk dan di beberapa sudut ruangan, serta di depan podium. Rangkaian bunga menghiasi sepanjang pegangan tangga dari lantai dua. Menambahkan kesan romantis dalam acara tersebut.
Berbagai masakan khas dari berbagai kawasan di India dihidangkan. Salah satunya adalah martabak kari. Selain itu ada manisan, ayam tandoori, roti Chapati (kalau di Indonesia namanya roti Cane) dan nasi briyani. Minuman pun dihidangkan tidak jauh dari makanan tersebut, yang mana gelas-gelasnya sudah disusun membentuh piramida.
Para tamu undangan yang tidak sedikit mulai berdatangan. Undangan pria mengenakan setelan jas berwarna hitam, sementara tamu undangan perempuan mengenakan gaun malam berwarna merah.
Musik mulai mengalun dengan merdu, sebagian tamu ada yang berdansa, ada yang menikmati hidangan, ada pula yang sekedar duduk mengobrol.
Disanalah Jalal, sedang menyambut para tamu-tamunya sambil menunggu Jodha yang masih dirias di dalam kamarnya. Jodha sudah melarangnya untuk melihatnya sebelum acara dimulai. Bahkan Hameeda juga menyetujui usul Jodha.
Tak lama kemudian, MC mengumumkan kehadiran Jodha. Jodha bagaikan putri kerajaan malam itu. Semua mata terpana melihatnya, banyak pria yang mengacuhkan pasangannya setelah melihat Jodha, bahkan banyak wanita yang iri akan kecantikan dan keanggunannya. Dan satu-satunya orang yang beruntung memilikinya adalah Jalal.
Malam itu Jodha mengenakan gaun putih yang mengekspos pundak serta punggungnya. Kulitnya yang putih sangat kontras dengan gaun yang dikenakan. Gaun putih panjang hingga menyapu lantai, gaun tersebut dihiasi dengan perak dan berlian, sepatu bertahtakan berlian, serta anting dan kalung keluarga Jalal yang diberikan Hameeda semakin menambahkan sinar dalam dirinya. Rambutnya ia biarkan terurai dan disampirkan ke samping menutupi sebelah pundak dan dadanya. Lama mereka tertegun melihat penampilan Jodha.
Jalal berusaha keras untuk mengendalikan gejolak hasratnya yang tiba-tiba muncul. Berulang kali ia menelan ludah untuk mengendalikan dirinya. Jalal mengambil nafas panjang dan menghembuskannya berulang. Setelah mendapat ketenangan, kemudian ia menghampiri Jodha dan mengulurkan tangannya untuk menyambutnya. Jalal yang mengenakan setelan putih tampak serasi dengan Jodha. Mereka lah yang menjadi raja dan ratu malam itu diantara lautan tamu yang mengenaka setelah hitam dan gaun merah.
Jalal menuntun Jodha ke podium untuk memperkenalkannya sebagai Mrs. Mohamad Jalalludin Akbar.
“Selamat malam semuanya. Malam ini saya ingin memperkenalkan seorang wanita yang berhasil memikat hati seorang Mohamad Jalalludin Akbar. Seorang wanita cantik yang mampu meluluhkan hati banyak pria. Dia adalah Mrs. Mohamad Jalalludin Akbar, Jodha. Seorang wanita yang mampu mematahkan hati banyak pria bahkan mampu membuat banyak wanita patah hati,” ucap Jalal dengan bangganya kemudian menatap Jodha yang saat itu tengah tersenyum padanya.
Riuh sorak dan tepuk tangan langsung mendominasi ruangan tersebut mendengar ucapan Jalal sekaligus membenarkan ucapan Jalal. Memang benar, bahwa banyak laki-laki yang patah hati karena tidak bisa mendapatkan Jodha dan para wanita pun juga patah hati karena tidak dapat mendapatkan Jalal serta iri dengan keberuntungan dan kecantikan Jodha. Dan satu-satunya orang yang beruntung adalah Jalal, orang yang awalnya dingin, tertutup dan tidak berperasaan kini telah melabuhkan hatinya pada seorang wanita, Jodha.
Jodha adalah CINTA PERTAMA Jalal, begitu pula Jalal adalah CINTA PERTAMA Jodha. Cinta pertama yang mengantarkan mereka pada cinta sejati, cinta suci dan cinta abadi. Cinta yang akan selalu membuat mereka saling melengkapi, saling mengasihi, saling menyayangi, saling membantu, saling menyemangi dan mengangkat semua beban yang ada pada pasangan masing-masing. Cinta yang akan menuntun kepada kehidupan mereka yang lebih baik lagi. Cinta yang akan terus menyatukan mereka hingga hanya maut yang mampu memisahkan mereka.
~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~
Terima kasih Bunda Alfi atas ide cerita dan bantuanya menyempurnakan tulisan ini. Terima kasih untuk all readers karena sudah mengikuti FF ini dari awal. Mohon maaf, untuk versi aslinya memang lama sekali keluarnya. Jadi mulai dari Chapter 36 adalah murni imajinasi dan tulisan dari saya tanpa copy paste dari manapun.
Mohon maaf jika ceritanya tidak sesuai dengan harapan kalian. Bagi yang ingin menunggu versi aslinya, silahkan anda kunjungi sendiri dari forum, karena saya tidak akan melanjutkan cerita dari versi aslinya. Sekedar informasi, untuk versi aslinya baru sampai Part 35 dan sampai sekarang Part 36 belum juga ada di forum.
Bagi yang ingin membaca FanFiction His First Love dari awal, silahkan Klik Disini
Akhirnya resmi jg..
ReplyDeletemakasih mba arum karna udh repot2 buat lanjutannya..jd qt nga ush tggu2 aslinya yg lama bgt keluarnya..
puas bgt..
Sama-sama Mbak Dwi...
DeleteTerima kasih ya sudah mau mampir dan mengikuti ceritanya dari awal...
Bnr bahwa jika kita benar2 tulus utk sesuatu yg kita inginkan Pasti akan berhsl, ending yg bgs
ReplyDeleteTerima kasih...
DeleteTerima kasih chusni meskipun bukan aslinya tapi masuk kok ceritanya,, sweet banget
ReplyDeleteSalut buat chusni yang mau capek2 nglanjutin FF ini
Ditunggu FF yang lain ya
Akhirnya merried jg... tq mba arum
ReplyDeleteMantap... terima kasih Chusni...imajinasi kamu jauh lebih menarik dari cerita aslinya...
ReplyDeleteTerima kasih....
Delete