FF – Penantian Bagian 13



by Kayla

Jodha masih menunggu reaksi Jalal....

“Kalau kau mau membunuhku kenapa kau mengobati lukaku, kenapa khawatir padaku, biarkan saja aku mati” ucap Jalal tenang tapi dg nada menyindir.. Jodha terperanjat tak percaya dgn apa yang Jalal katakan, Jodha berdiri amarahnya muncul tiba2 “Apa maksudmu?! Knp membicarakan kematian!” bentak Jodha kesal, Jalal kaget, knp jadi Jodha yang marah, padahalkan dirinya yang sedang marah, “Kau kan yang pertama membicarakanya Jodha!” Jalal tak mau kalah, “Tapi kematian apa yang aku bicarakan?!” ujar Jodha jg tak mau kalah, “Membunuhku, jadi biarkan saja aku ma...” , “Sudah cukup Jalal! pembahasan yang tak masuk akal!” sergah Jodha kesal..

“Kau kan yang mulai Jodha!” , “Kau!”, “Kau!”, “Kau Jalal!” mereka saling menatap tajam dan Jodha semakin kesal..

Tok.. Tok.. Tok.. mereka masih saling menatap tajam..
Seorang suster datang menhampiri mereka

“Permisi, saya akan memeriksa anda Mr. Jalal” ucap suster ramah, Jalal masih berbaring, tatapan tajamnya masih terus ke arah Jodha, Jodha masih memasang wajah ketusnya sambil melipat kedua tangannya, Jodha agak mundur memberi ruang untuk suster.

Suster terkejut, “Kenapa perbannya dibuka seperti ini Mr?! , ini tidak baik, luka nya masih basah” ucap suster..Jodha hanya melirik kesal, Jalal tak memperhatikan ucapan suster, matanya tak lepas menatap Jodha..

Suster sedang membantu mengobati dan memakaikan perban diluka Jalal, lalu memeriksa kondisi Jalal, Jodha hanya diam masih diposisi sama, berdiri mematung dg kedua tangan dilipat dan ekspresi ketus..

“Mr. Jalal, sudah waktunya anda mandi, dg anda mandi, akan segera memulihkan kondisi anda, tapi jangan sampai luka anda terkena air” ucap suster menjelaskan,
Suster melanjutkan “Mrs, ini alat2 untuk mandi suami anda” ucap suster menoleh pada Jodha,

“Tapi sepertinya anda lebih berpengalaman dalam memandikan seorang pasien, suster” ucap Jalal mencoba menggoda Jodha, sambil melirik Jodha dan menunggu reaksinya... Jodha terbelalak “Apa?! orang lain memandikan suamiku! enak saja!” batin Jodha kesal.. Si suster salah tingkah..

Jodha memasang wajah angkuh “Suster, anda sudah selesai kan? saya yang akan memandikan suami saya sendiri, sekarang!” ujar Jodha sengit sambil melirik Jalal.. Suster hanya mengangguk tersipu, bergegas pamit dan berlalu..

Jalal sekilas melirik kearah suster lalu dialihkan lagi kearah Jodha, Jodha masih ketus lalu menghampiri Jalal, Jalal berusaha bangun tapi terasa berat, tubuhnya masih lemah, Jodha dg cepat membantu Jalal bangun untuk duduk “ Kenapa kau membantuku?” ucap Jalal agak sinis.. “Karena kau membutuhkanku, sekarang buka bajumu itu” ucap Jodha sinis, Jalal masih terus menatap Jodha.. “Aku kan membutuhkanmu” ujar Jalal tenang masih melirik Jodha, Jodha semakin kesal dan dia merasa kalah dengan kata2nya sendiri..

Jodha memasang wajah malas, duduk disamping Jalal, dan terpaksa membuka kancing demi kancing baju setelan rumah sakit Jalal, sesekali mereka saling melirik, tapi Jalal sangat menikmati tingkah marah Jodha yang menurutnya sangat menggemaskan, dan berniat akan menggodanya habis2an.

Selesai membuka kancing2, sesaat Jodha terpana melihat dada atletis Jalal “Oh.. kau begitu seksi!” batin Jodha takjub, laamaa Jodha mengagumi tubuh suaminya, Jalal menyadari hal itu, “Ehmm!! apa yang kau lihat?” ucap Jalal mengagetkan khayalan Jodha, Jodha salah tingkah, “Hey, Bhagwan, knp kau Jodha, seperti baru pertama kali saja kau melihat tubuh suamimu ini!!” rutuknya dalam hati.. lalu memasang wajah angkuhnya lagi..

Saat akan melepas baju Jalal, karena Jalal hanya diam tanpa bergerak sedikitpun dan terus menatap Jodha, otomatis Jodha agak maju mendekat ke tubuh Jalal, mereka sangat dekat, pipi mereka pun hampir bersentuhan, darah kembali berdesir halus menjalari tubuh mereka.. Mereka saling memejamkan mata dan sangat menikmatinya, “Kau tidak marah lagi Jodha?” bisik Jalal mesra, membuat Jodha tersadar, dan lagi2 memasang wajah angkuhnya, lalu melepas baju Jalal dg cepat, hendak mengambil peralatan mandi Jalal.. Tapii..

Jalal malah hendak membuka celananya, Jodha kaget, “Apa yang kau lakukan?” tanya Jodha panik, “Aku kan mau mandi, bagian bawah jg harus dibersihkan” ucap Jalal tenang sambil melirik Jodha, dibalas tatapan sengit “Kalau begitu kau mandi saja sendiri!” Jodha kesal tak beralasan, lalu berdiri mematung dg angkuh.. “Kau aneh, kalau mandi itu kan kegiatan membersihkan sekujur tubuh, ya kan?!” ucap Jalal pura2 sinis.. Jodha semakin kesal saja.. “Atau suster saja yang..... “, “Diamlah! kau sudah terlalu banyak bicara, kali ini aku akan membersihkan badanmu saja, bawahnya nanti saja!” Jodha pun menghampiri Jalal lagi dg kesal, Jalal malah senyum2 dan merasa menang.. “Nanti kapan?” tanya Jalal genit... Jodha hanya diam tak menghiraukan pertanyaan bodoh Jalal, dan mulai membersihkan seluruh badan Jalal, kecuali bagian bawah tentunya,

Karena ego dan kemarahannya yang tak masuk akal itu membuat Jodha merasa canggung melakukan kegiatan membantu Jalal mandi, lebih tepatnya mengelap2...

Dengan perlahan Jodha mulai membersihkan tubuh atas Jalal dg lap dan air bersih, setiap inci tubuhnya dibersihkan dg sangat telaten, walau canggung tp Jodha sangat menikmatinya, mereka dalam kebisuan dan hanya isyarat mata mereka yang bicara...

Jalal malah sangat senang, “Aku rasa pertengkaran kecil ini akan membuat kita lebih dekat sayang” batin Jalal sumringah..

Pagi.. pukul 08.00 am

Kegiatan mandi setengah badanpun selesai, kini Jalal berbaring kembali, membayangkan kejadian barusan, senyum bahagia pun tak lepas dari wajahnya yang aneh, menurut Jodha..

Jodha keluar dari kamar mandi dg mengelap2 rambut basahnya dg handuk, dan melihat Jalal yang senyum2 sendiri “Aneh” batin Jodha datar,

Mr.Bhagwandas datang membawa sarapan dan bbrp potong t-shirt dan celana yang dipesan Jodha untuk baju ganti Jalal dan dirinya..
Jodha pun bergegas mengganti baju yang dibawa Mr.Bhagwandas...

“Mr. Bhagwan, apa keluarga Amer dan Delhi tau soal kondisi kami saat ini?” tanya Jodha, mereka duduk bersebarangan..
Sekilas Mr. Bhagwandas memandang ke arah Jalal, Jalal menggeleng..
“Tidak Mrs” jawab Mr. Bhagwandas singkat, sebenarnya Jalal yang melarang memberitahukan pada mereka, dan Jodha tidak mengetahuinya..
“Hmm.. Syukurlah.. Oya, sekalian saja anda sarapan bersama kami disini?” pinta Jodha ramah..
“Terimakasih Mrs, saya sarapan di cafe saja sekalian berjaga2” tolak Mr.Bhagwandas sopan... Jodha mengangguk, dan tesenyum, Mr.Bhagwandas pamit dan berlalu..

Jodha dan Jalal pun sarapan dengan makanan yang dibawa Mr. Bhagwandas, Jalal tidak menyentuh sama sekali makanan yang disediakan rumah sakit, menurutnya tidak menarik sama sekali! Jodha pun menyuapi Jalal tapi msh dalam kebisuan, hanya isyarat mata mereka lg yang bicara.
Sebelumnya dr. Atgah sudah memeriksa kondisi Jalal dan menyebutkan kalau Jalal bisa pulang dalam bbrp hari lagi..

“Saatnya minum obat, kau tidak perlu memanggil suster hanya sekedar untuk minum obat” ucap Jodha datar karena masih kesal.. Jalal hanya diam “Jodha, kau sangat menggemaskan! “ batin Jalal tersenyum,

“Sekarang tidurlah.. Agar kau cepat pulih dan sehat kembali, dan aku juga rindu suasana shooting” ucap Jodha datar sambil menarik selimut sampai dada Jalal, tanpa memandang wajah Jalal, Jalal memandang Jodha dg perasaan gemas dan campur aduk.. Jodha hanya melirik sekilas dg sengit..
hendak berlalu..

“Tunggu, kau tidak merindukan rumah? tanya Jalal sedih

DEG!! “Rumah siapa?” jawab Jodha sinis, tanpa menoleh kearah Jalal. “Rumah kita sayang” jawab Jalal sedih, tak terasa bulir air mata pun menetes di pipi Jalal.. Jodha pun menitikkan air matanya..

Sebenarnya Jodha menyadari kalau dia merasa pantas Jalal mengusirnya, karena setau Jalal bahwa dirinya telah mengkhianati Jalal secara terang2an, tetapi kali ini pertanyaan Jalal terasa begitu menyakitkan hatinya..

Jalal menangis masih berbaring.. “Aku minta maaf Jodha, mungkin maafku ini tak akan pernah bisa mengobati luka di hatimu atas kata2 kasarku atas penghinaanku mengusirmu, menyebutmu bukan is......” Jodha tak tahan lagi lalu berbalik berhambur mendekap Jalal yang berbaring, airmatanya mengalir deras, Jalal pun membalas dekapannya sangat erat.. Mereka menangis, menghilangkan sedikit beban kesedihan yang mereka alami,
“Aku yang salah karena merahasiakan pesan dari Sujamal itu,” ucap Jodha terisak dan masih membenamkan kepalanya di atas dada Jalal,
“Aku yang salah Jodha, harusnya aku tidak langsung percaya begitu saja, harusnya aku percaya padamu kalau kau tak mungkin berkhianat” ucap Jalal menyesal...
“Tapi aku yang salah, seharusnya aku...” ucap Jodha tapi Jalal memotong “ Aku Jodha, aku yang salah!” ucap Jalal tegas, “Aku Jalal”, “Aku!” ucap Jalal tak mau kalah, “Aku yang salah”, “Aku Jodhaa”, “Aku!”..... Heniiing.....

Jodha bangkit dan menatap Jalal yang berwajah aneh dg tampang mengulum senyum, Jodha pun tak kuat menahan tawanya.... Akhirnya tawa lepas mereka pun pecah, mencairkan suasana tegang dan kekanak2n yang baru saja terjadi.. Jodha menitikkan airmata bahagia, dan karena keenakan tertawa,Jalal pun demikian, Jalal mengusap air mata Jodha dan membelai pipinya mesra, Jodha pun menikmati sentuhan lembut suaminya, tiba2 gairah kecil Jodha muncul begitu saja, lalu meraih tangan Jalal yang masih di pipinya, lalu menciuminya, Jalal tersenyum, Jodha memandangi wajah aneh Jalal, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jalal, sangat dekat, dan tak kuasa lagi, Jodha pun mencium lembut bibir Jalal..

*Seeerrrrr... darah dan tubuh mereka berdesir lagi ...

Ciuman hangat pertama mereka setelah seminggu berpisah, sangaat lembut dan manis, membuat Jalal terbelalak tak percaya, tapiii.. Jodha menghentikannya dan menarik wajahnya begitu saja tanpa Jalal sempat membalasnya.. Jodha tersenyum manis lalu berbisik “ Saatnya kau tidur, sayang”, Jalal menelan ludah, entah kenapa?..

pukul 09.00 am

Jodha sedang duduk santai disofa sambil membaca majalah, Jalal masih tertidur pulas setelah mendapat serangan mendadak dari Jodha, tidurnya sangat damai bagai seorang bayi.. Jodha memikirkan kejadian tadi “Kenapa aku selalu tak bisa menahan gairahku, walaupun kau berwajah aneh penuh bulu tapi kau sangat menggairahkan Jalal” batin Jodha sambil menggigit bibir bawahnya dan tersenyum nakal..

Jodha bangkit dan menghampiri Jalal yang masih tertidur, lalu memandangi wajah suaminya itu, sebenarnya Jodha sadar kalau kemarahannya tadi hanya sebatas kesal karena kata2 Jalal yang membuat dirinya sangat ketakutan, ketakutan kehilangannya lagi..

Jodha tersenyum geli masih memandangi wajah suaminya yang penuh bulu.. “Wajahmu memang aneh dg bulu2 lebat ini, dan sangat menggelikan Jalal” gumam Jodha sambil menutup mulutnya menahan tawanya, Jodha pun geleng2 masih menahan tawa, hendak berlalu tangan Jalal menarik tangannya lembut. Jodha kaget “Tega sekali kau menertawakan wajahku ini” ucap Jalal masih menutup matanya “Oh.. jadi kau pura2 tidur, hmm!” sengit Jodha mencoba melepaskan cengkraman tangan Jalal, tapi Jalal malah semakin kuat mencengkramnya, “Itu salahmu, suaramu yang membangunkanku, dan kau telah mengganggu tidurku” balas Jalal masih menutup mata.. Jodha semakin kesal, dan menghempaskan tangan Jalal dan terlepas.. “Kau menyakiti tanganku” ucap Jodha kesal sambil memegang pergelangan tangannya yang memang agak sakit..

Kini Jalal membuka matanya dan langsung tertuju pada mata Jodha yang saat itu Jodha sedang menatapnya jg, Jodha memalingkan wajahnya, Jalal tersenyum.. “Terimakasih atas ciuman hangatmu tadi” ucap Jalal sumringah, Jodha tersipu tapi langsung memasang wajah angkuh “ Jangan GR dulu, ingat! aku masih marah padamu, dan... itu hanya ciuman biasa saja “,” Oya? biasa saja tapi sangat manis dan lezat” ucap Jalal nakal..

Jodha menelan ludahnya kaget dan salah tingkah, pipinya memerah.. “Lebih baik aku hentikan pembicaraan bodoh ini, huh!” batin Jodha kesal, “ Ingatlah! aku masih marah padamu dan sekarang aku keluar dulu mau menemui Mr.Bhagwan” ucap Jodha mencoba menghilangkan kegugupannya tanpa memandang wajah Jalal..

“Tunggu.. Tadi kau bilang, menurutmu wajahku ini aneh? dan kau menertawakanku, memangnya seberapa anehnya?aku tidak tau karena aku sudah lama tidak melihat cermin sudah satu minggu ini?” ucap Jalal panjang lebar, Jodha sedikit tersenyum tapi pandangannya dialihkan ke arah lain.. Jalal menyadari kalau Jodha mulai menikmati godaannya lagi, tapi Jodha kembali memasang wajah angkuhnya “Ya, memang wajah bulu mu itu memang aneh dan membuatku gemas!” ucap Jodha ketus, “Gemas? maksudmu?” pancing Jalal.. “Gemas ingin memangkasnya habis!” ujar Jodha tegas..

Jalal tertawa keras.. Jodha cemberut “Aku serius, aku akan...”
“Ya.. yaa.. baiklah sayang kau boleh memangkasnya habis, tapi tidak dgn wajahku kan? kau kan sedang marah takutnya kau juga memangkas wajahku sekalian?” Jalal semakin keras tertawa...
“Sudahlah berhenti tertawa, orang2 akan terganggu dg suara tawamu itu!” ucap Jodha semakin kesal...

Tiba2 Jalal memegang kepalanya yang terasa sakit lagi.. Jodha melihat itu dan bergegas menghampiri Jalal, lalu berusaha membantu Jalal yang hendak bangun dan mendudukkannya... “Sakit lagi ya sayang?!” tanya Jodha panik, Jalal meringis kesakitan, “Maafkan aku, maafkan aku sayang” ucap Jodha menyesal, Jodha memeriksa luka dikepala Jalal dan terlihat sangat khawatir, bulir airmata pun mengalir dipipinya yang putih.

Jalal meraih tangan Jodha.. “Sudah.. sini duduk, aku tak apa2 hanya sakit sedikit” ucap Jalal masih meringis, Jalal melihat mata Jodha basah, sambil mengusap air mata di pipi Jodha mesra.. “Kenapa menangis?” tanya Jalal pelan..

Jodha menunduk “Aku selalu membuatmu kesakitan”

“Apa yang kau katakan?” tanya Jalal mesra sambil mengangkat pelan dagu Jodha agar melihat kearahya, Jodha cemberut sambil terisak, Jalal tersenyum gemes.. mereka pun saling menatap.. Jalal menghapus lagi air mata Jodha “Aku suka kalau kau sedang cemberut seperti ini, tambah cantik” ucap Jalal masih membelai pipi basah Jodha..

“Aku serius knp kau malah menggodaku?” ucap Jodha kesal..

Jalal tersenyum “Baiklah katakan, apa yang membuatmu menangis?” tanya Jalal pelan, dan sekarang sakitnya sudah agak berkurang.. Jodha menghela nafas lalu membuangnya, kini mereka duduk berhadapan masih di ranjang Jalal, Jodha meraih kedua tangan Jalal dan menggenggamnya erat, Jalal tersenyum..

Jodha mengumpulkan keberanian untuk membicarakannya sekarang, dan harus sekarang, kalau tidak dadanya akan semakin terasa sesak bila terus menerus dipendam sendiri..

“Jalal, aku tak mau kehilanganmu lagi, aku begitu sangat mencintaimu lebih dari apapun, tapi apa yang kulakukan padamu, aku selalu membuatmu terluka dgn segala tingkah laku dan kecerobohanku, tp kenapa? kau yang menanggung semuanya, kenapa? Kau mengorbankan nyawamu sendiri saat drama penculikan diriku, kenapa? lalu kesalah fahaman yang membuatmu merasa terhina dan pertengkaran kita jadi tontonan masyarakat umum itu semua karena masa laluku, karena ketidak jujuranku, lalu masalah pesan dari Sujamal yang benar2 menguji cinta kita dan aku berhasil membuatmu mengusirku, dan kata talak itu sangat membuat kita buruk, lalu sekarang aku mencoba membunuhmu dg pukulanku yang.. yang., “ Jodha berhenti sejenak mengatur nafasnya, bulir air mata mulai menetes dipipinya, Jalal hanya diam memperhatikan dg perasaan sedih dan gelisah, sesekali membelai dan mengusap pipi Jodha lembut, Jodha melanjutkan “ Semua itu berhubungan dg ku Jalal,aku penyebabnya, aku.... tapi apa balasanku padamu? apa? aku belum bisa membalas semua itu.. aku belum mampu dan aku merasa tak berdaya dihadapanmu.. “

Jodha tak mampu menahan air matanya lagi, dia pun sesenggukkan, Jalal terhanyut dg perkataan Jodha namun menurutnya lebih baik diam, Jalal mengusap air mata Jodha dg lembut, lalu segera merengkuh tubuh Jodha kedalam pelukannya, dan menciumi kepalanya lembut dan dalaam.. Jodha pun membalasnya sangat erat “Menangislah, biarkan beban kepahitan diraga dan pikiranmu hilang, ayo menangislah sayang..” tangis Jodha pun semakin keras dan tak terbendung lagi, Jalal memeluk Jodha sangat erat, Jodha membenamkan kepalanya di dada suaminya...

*****

Siang hari pukul 01.30 pm, di sebuah mansion mewah, di tempat persembunyian

Seorang pria sedang bersantai malas selonjoran kaki diatas kursi santai menghadap kolam renang super besar dan bersih, dia memegang segelas cokctail di tangan kanannya, payung besar menghalangi tubuhnya yang putih dari sengatan sinar matahari, kaca mata hitam menempel dihidung mancungnya, dan seringai iblis tak henti2nya hadir di bibirnya.

Dia berucap licik dg nada tenang tapi mematikan..
“Jodha, aku bersulang untuk keberhasilanmu saat ini, karena kau telah bersama lagi dengan pria sombongmu itu, aku akan membiarkanmu bahagia sejenak, tapii... Kau tunggu saja Jodha.. aku akan datang lagi di lain waktu, karena bekas tusukanmu ini, tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku, Jodhaa...” tawa iblis pun menggema sangat keras dan mengerikan...

Bersambung

FanFiction Penantian Bagian yang lain Klik Disini


0 comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...

Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.

Terima Kasih.