By Er Lin...... “Tapi bu....” Jodha berusaha menolak permintaan ibunya. Matanya mulai berkaca-kaca, ingin rasanya dia menolak permintaan ibunya tapi dia tidak sanggup untuk melakukan itu. Dia tidak tau harus melakukan apa, dia berada di kondisi yang serba salah. Disatu sisi ini adalah bukti baktinya sebagai seorang anak untuk menyelamatkan keluarganya tapi disisi lain dia tidak bisa memaksakan dirinya untuk melakukan itu..
“Ibu tidak akan memaksa mu Jodha.. Semua keputusan ada di tangan mu. Kau pasti tau apa yang harus kau lakukan. Tapi satu hal yang harus kau ingat, semua ini demi almarhum ayah mu.” Kata meinawati berusaha mengingatkan putrinya. Meinawati adalah ibu tiri Jodha. Dia menikah dengan ayah Jodha setelah ibu Jodha meninggal. Meinawati juga temen ibu Jodha saat mereka kuliah dulu. Saat ibu Jodha masih hidup, meinawati sudah sangat akrab dengan Jodha. Bahkan saat ibu Jodha dalam keadaan sakit parah, meinawati lah yang merawat Jodha. Hingga Jodha sudah menganggap meinawati seperti ibunya sendiri bahkan sebelum meinawati menikah dengan ayahnya.
Meinawati juga sudah menganggap Jodha seperti anaknya sendiri. Dia memang lebih menyukai anak perempuan, tapi sayangnya dia hanya memiliki seorang anak laki-laki dari pernikahannya terdahulu. Begitu sayangnya dia kepada Jodha hingga sikapnya terkadang protektif ke Jodha. Apalagi semenjak kepergian ayah Jodha, meinawati semakin keras kepada Jodha. Tapi Jodha tidak pernah mempermasalahkan itu, dia percaya meinawati seperti itu karna rasa sayangnya kepadanya. Hingga Jodha selalu berusaha memenuhi semua permintaan meinawati.
Setelah mengatakan itu meinawati pergi meninggalkan kamar Jodha. Meninggalkan Jodha sendiri dan memberikan waktu ke Jodha untuk memikirkan itu semua. Sepeninggalnya meinawati, sujamal masuk ke kamar Jodha. Saat Jodha dan meinawati sedang berbicara berdua, dia telah mendengarnya dari luar. Sujamal sengaja berdiri di depan kamar Jodha untuk mendengarkan apa yang disampai kan ibunya ke Jodha. Sujamal langsung menghampiri Jodha dan langsung duduk di samping Jodha yang saat itu duduk di tepi tempat tidurnya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sujamal meraih pundak Jodha, memeluknya dan menyandarkan kepala Jodha di dadanya untuk tempat Jodha bersandar dan meluapkan kesedihannya. Merasa mendapatkan tempat untuk meluapkan kesedihannya, Jodha semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang sujamal dan menangis sejadi-jadinya.
Dengan lembut di belainya rambut adik kesayangannya. Meski Jodha hanya adik tirinya tapi dia sangat menyayangi Jodha seperti adiknya sendiri. “Maaf kan kakak Jodha.. Kakak tidak bisa menolong mu. Tapi kakak tidak akan memaksa mu untuk menerima itu semua jika memang kau tak menginginkannya. Apapun keputusan mu, kakak akan selalu mendukung mu.” Kata sujamal dengan lembut. Medengar perkataan kakaknya, Jodha merasa sedikit tenang.
Jodha menarik kepalanya dari dada sujamal, lalu melihat ke arah kakaknya. Sepeninggal ayah nya, sujamal lah tempat dia curhat, serta dari sujamal juga lah dia mendapatkan kasih sayang seperti kasih sayang dari ayahnya. “ Aku akan memikirkannya dulu kak sebelum memutuskannya.” Sujamal tersenyum mendengar kata-kata Jodha, dengan jarinya sujamal menghapus sisa air mata yang membahasi pipi Jodha yang chuby. “Kakak percaya adik kakak ini akan mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya dan juga keluarga.”
“Baiklah, sekarang sudah malam. Sebaiknya kau tidur. Kakak tidak mau adik kakak yang cantik ini nantinya sakit.” Kata sujamal berusaha menggoda Jodha untuk membuatnya tersenyum. Sebelum sujamal pergi, diusapnya rambut adiknya dengan lembut dan juga mengecup kepala Jodha tanda sayangnya kepada Jodha.
Setelah sujamal pergi, Jodha langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya. Dia terus berpikir apa yang harus di lakukannya. Dia tau hanya ini jalan satu-satunya cara agar bisa menyelamat perusahaan ayahnya yang sedang dalam kondisis hampir bangkrut. Tapi dia tidak ingin menikah sama seseorang yang tidak ia cintai, apalagi pria yang akan di jodohkan kepadanya tidak pernah sekalipun dia lihat. Tapi hanya dengan menerima perjodohan ini, Jodha bisa menyelamat perusahaan ayahnya. Perusahaan yang telah di rintis oleh ayahnya dari bawah, mana mungkin dia begitu tega membiarkan perusahaan ayahnya bangkrut begitu saja.
“Tapi bagaimana cara menjelaskannya kepada suryabhan?? Apa dia bisa mengerti dengan keputusan yang aq ambil??” Tanya Jodha pada dirinya sendiri. Suryabhan adalah pria yang menjadi kekasihnya selama 5tahun ini. Mereka bahkan telah merencanakan pernikahan mereka di tahun depan. Karna terlalu lelah berpikir, tanpa sadar Jodha tertidur.
Sedangkan dikediaman hamida bano, seorang pria dengan rambut gondrong yang panjangnya hampir mencapai pundaknya serta kumis yang membuat bibirnya semakin terlihat maskulin sedang menatap sebuah foto yang di berikan mamanya. “Mama ingin kau mengakhiri petualangan mu sama perempuan-perempuan yang tidak jelas itu, dan menikah dengan perempuan yang ada di foto itu. Papa mu ingin melihat mu menikah sebelum dia meninggal. Apa kau tidak bisa memenuhi permintaan terakhir papamu??” Kata hamida bano kepada pria itu. Pria itu tidak menjawab pertanyaan ibunya, dirinya sedang terpesona dengan perempuan yang ada di dalam foto yang saat ini sedang dia pegang. Perempuan dengan hidung mancung, mata besar dengan bola mata yang hitam, serta rambut hitam yang panjang dan bibir yang terlihat seksi dimatanya.
'JALAL......” Teriak hamida menyadar pria itu dari lamunannya. “Ya ma.....” Jawab pria itu yang ternyata bernama Jalalludin Mohammad Akbar, pewaris dari perusahaan Akbar grup.
“Apa kau mendengar perkataan mama tadi??”
“Ya.. Aq mendengarnya ma.”
“Bagus lah. Dan mama tidak ingin mendengar penolakan dari mu.” Kata hamida sebelum berlalu meninggalkan Jalal di kamarnya. Sedangkan Jalal hanya tersenyum mendengar ultimatum dari mamanya.
Pagi itu saat Jodha ke ruang makan, di meja makan sudah terlihat sepi. Ibu dan kakak nya sepertinya sudah berangkat ke kantor. “Bi.... Ibu sama kakak sudah berangkat ke kantor ya???” Tanya Jodha kepada salah satu pembantunya yang saat itu kebetulan lewat. “Iya non.. Nyonya sama tuan muda sudah berangkat dari tadi” jawab pembantu itu. “Gara-gara semalem aku susah tidur akhirnya pagi ini aku bangun kesiangan dan tidak bisa sarapan bersama ibu dan kakak.. Hhuuu.” Rutuk Jodha pada dirinya sendiri sambil mengkerut kan bibirnya. Jodha tadi malam memang susah untuk tidur, dirinya terus menerus memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya. Hingga dia tidak tau jam berapa dia terlelap dengan sendirinya.
Sambil menganggukkan kepalanya Jodha menyuruh pembantunya untuk membikin kan sarapan untuk dirinya. Jodha duduk sendirian di meja makan yang besar, dengan menompangkan dagunya dengan ke dua tangannya. Makan sendirian di meja makan adalah hal yang paling tidak dia sukai. Karna suasana seperti itu membuat Jodha merasa kesepian. Tak berapa lama pembantunya datang membawa sarapan untuk dirinya “ini non.. nasi goreng seafood kesukaan nona.” Seru pembantunya saat meletakkan nasi goreng di hadapan Jodha. “Makasih bi... Bibi tau aja apa yang aku mau.. Hhehehe” jawab Jodha dengan tertawa senang dengan pembantunya.
Setelah selesai sarapan Jodha kembali ke kamarnya. Sesuai rencananya tadi malam dia ingin bertemu dengan sahabat-sahabatnya untuk sekedar curhat. Dan bila beruntung dia bisa mendapatkan solusi dari sahabatnya. Jodha langsung mengambil HP nya yang terletak di meja riasnya. Dengan cepat dia mengerak kan jarinya mencari nama salah satu temannya yang ada di dalam kontak HPnya. “ Hallo moti... Aku ingin ketemu sama kalian semua. Ada yang ingin aq ceritakan sama kalian. Tolong kau hubungi teman-teman yang lain, kita ketemuan di cafe tempat biasa kita kumpul nanti siang ya.” Kata Jodha saat teleponnya diangkat oleh moti.
“Apa yang ingin kau bicarakan Jodha?? Penting banget kayaknya.” Jawab moti di seberang sana.
“Nanti saja setelah di cafe aku ceritakan. Jangan lupa kau hubungi yang lain. Nanti aku jemput kau di toko mu.” Balas Jodha lalu segera di akhirinya sambungan teleponnya. Jodha tau jika dia tidak segera mengakhirinya, moti sahabatnya itu akan terus-terusan bertanya tanpa hentinya sampai dia mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Sedangkan Jalal di kantornya telah disibukkan dengan pekerjaanya. Semenjak dia diangkat menjadi direktur di perusahaan papanya, membuat pekerjaannya semakin banyak. Tengah asik mengecek file-file yang ada di meja kerjanya, terdengar ketukan pintu. “Masuk....” Seru Jalal tanpa melihat siapa yang datang. Terdengar suara hak sepatu perempuan yang berlahan-lahan mendekati mejanya. Tapi Jalal masih tetap fokus sama filenya dan tidak melihat kearah orang yang sudah ada di depannya saat ini. Setelah meletakkan sebuah map ke meja Jalal, orang itu tidak langsung pergi dari ruangan Jalal. Dia masih tetap berdiri di depan Jalal.
Merasa orang yang ada di hadapannya masih berada disana, Jalal mengangkat kepalanya melihat kearah orang itu. Sejenak hanya di tatapnya orang itu, menunggu orang itu untuk menyampaikan maksud kedatangannya. “Ada apa ruqyah?? Apa ada yang ingin kau sampaikan??” Tanya Jalal.
Dengan cemberut ruqyah berkata “ aku dapat kabar, katanya kau akan bertunangan??”
“Ternyata cepat juga ya gosip tersebar di kantor ini..” Jawab Jalal dan kembali menundukkan kepalanya menyibukkan dirinya dengan filenya.
“Kau..” Ruqyah berhenti sejenak lalu menghentakkan kakinya karna Jalal mengabaikan pertanyaanya. “Kenapa aku harus dapat kabar itu dari orang lain.” Lanjutnya.
“Itu bukan suatu hal yang harus aku ceritakan.” Jawab Jalal dengan santai tanpa memperdulikan ruqyah yang terlihat kecewa dengan dirinya.
“Tapi kan Jalal.. Aku ini_____”
Sebelum ruqyah menyelesaikan perkataannya dengan cepat Jalal langsung memotong perkataan ruqyah “Maaf ruqyah, jika memang tidak ada lagi hal penting yang ingin kau sampaikan, kau boleh pergi. Aku masih banyak pekerjaan.”
Mendengar itu ruqyah langsung pergi dari ruangan Jalal dengan kesal. Sedangkan Jalal hanya menghela nafasnya, dan menggeleng kan kepalanya melihat kelakuan ruqyah. Ruqyah bukan hanya sekretarisnya, tapi ruqyah juga sahabatnya dari kecil. Bahkan ruqyah juga sudah sangat akrab dengan keluarga Jalal. Ayah ruqyah adalah sahabat papanya Jalal.
Setelah kepergian ruqyah, Jalal menghentikan kegiatannya. Diambilnya foto yang telah dia simpan dalam dompetnya. Foto Jodha yang di berikan oleh mamanya tadi malam. Dipandanginya kembali foto Jodha, dia sendiri tidak tau kenapa seperti ada perasaan yang berbeda yang dia rasakannya saat melihat foto Jodha. “Daya tarik apa yang dimilki perempuan ini, hingga aku tak henti-hentinya ingin melihat fotonya.” Tanya Jalal pada dirinya sendiri sambil membelai foto Jodha.
Merasa telah puas memandangi foto Jodha, Jalal kembali menyimpan foto Jodha kedalam dompetnya. Selama ini tidak ada satupun foto perempuan yang pernah dia simpan dalam dompetnya. Meski selama ini dia selalu berganti-ganti pacar, tapi saat bersama mereka Jalal memang tidak pernah serius bahkan tidak pernah menggunakan hatinya saat berkencan dengan salah satu dari pacar-pacarnya itu. Bukan niat Jalal untuk mempermainkan mereka, tapi karna memang tidak ada diantara mereka yang mampu membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Berbeda dengan Jodha, bahkan dengan hanya memandangi fotonya saja sudah membuat senyuman yang terukir dengan sendirinya di wajahnya.
Siang harinya Jodha yang mengenakan celana levis yang di padukan dengan T-shirt yang sedikit kebesaran di tubuhnya serta rambut yang di kucir satu dan menggunakkan make-up seminimalis mungkin, tidak lupa juga dia menggunakkan sepatu sneakers kesayangan sudah bersiap melajukan mobilnya. Hal pertama yang di lakukannya adalah menjemput moti di tokonya kemudian baru ke cafe tempat dia akan berkumpul dengan dua sahabatnya yang lain.
Sesampainya Jodha di depan toko moti, Jodha langsung membunyikan klakson mobilnya untuk memanggil moti. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya moti keluar dari tokonya dan langsung masuk ke dalam mobil. “Ayo berangkat”kata moti saat setelah mengenakan sabuk pengamannya. “Oke kita berangkat...”Jawab Jodha yang langsung melajukan mobilnya.
Setibanya di cafe ternyata dua sahabat mereka reva dan lala telah ada disana.
“Kenapa kalian lama sekali” tanya reva langsung saat melihat Jodha dan moti datang. “Kalian kan tau jam istirahat makan siang ku itu sangat sedikit.” Rutuk reva
“Maaf tadi macet..” Jawab Jodha asal.
“Jangan membohongi kami.. Kau pasti ketiduran tadi, ya kan??” Tanya lala lagi yang tau dengan kebiasaan Jodha.
Jodha tertawa kecil “hhehe..maaf. Tadi setelah menelpon moti aq tidur lagi. Karna tadi malam aq baru bisa tidur larut malam.”
“Kenapa kau tidur larut malam” tanya reva lagi.
“Bisakah kami duduk dulu baru anda-anda ini bertanya pada klien saya.” Kata moti dengan bercanda.
Mereka berempat akhirnya tertawa. Setelah memesan makanan dan minuman untuk mereka masing-masing. Jodha mulai menceritakan masalahnya kepada ketiga sahabatnya itu. Saat mereka mendengar Jodha akan di jodohkan mereka semua hanya menganggukkan kepala mereka tapi saat mendengar nama pria yang akan di jodohkan kepada Jodha dengan serempak mereka berteriak “APA....!!!!!!” Dengan suara yang keras hingga membuat semua pengunjung di cafe itu melihat kearah mereka berempat.
“Apa-apan sih kalian ini, bikin malu aja.” Kata Jodha dengan menganggukkan kepalanya ke semua pengunjung yang ada di cafe itu sebagai tanda permintaan maaf.
“Apakah Jalal yang kau maksud itu adalah Jalalludin Mohammad Akbar pewaris dari AKBAR GRUP??” Tanya reva yang masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Ketika Jodha ingin menjawab tiba-tiba pelayan datang membawa pesanan mereka. Setelah pelayan itu pergi Jodha langsung menjawab pertanyaan reva dengan santainya “ nama lengkapnya siapa aku tidak tau. Tapi dia memang pewaris Akbar grup.”
“Kau tau siapa Jalalludin mohammad akbar itu Jodha??” Tanya lala lagi.
“Apa perlu aku tau siapa dia??” Jawab Jodha sambil menikmati makanannya.
“Astaga Jodha....... Jalal itu pria sukses termuda urutan ke 3 dari 10 pria sukses muda lainnya yang ada di indonesia ini.” Seru reva.
“Dia juga pria yang paling banyak di incar oleh perempuan-perempuan dari kalangan apapun, baik itu artis model atau juga pengusaha.” Kata lala menambahkan.
“Hah.... Dia juga pria penyuka binatang. Dia memelihara seekor gajah. Keren kan .......” Moti mengatakannya dengan menunjukkan jempol jari tangannya.
Mendengar teman-temannya memuji Jalal, Jodha langsung menghentikan makannya dengan membanting sendok di atas piringnya. “Aku mengajak kalian bertemu disini bukan untuk mendengar kalian memujinya tapi_____”
“Hah.... Aku tau kau pasti ingin tau tentang kejelekannya ya??” Kata moti yang langsung memotong perkataan Jodha. “Dia itu pria playboy.”
“Playboy apanya??. Bukan salah dia kalo dia sering bergonta ganti pacar, tapi salahkan wanita-wanita yang selalu mengejarnya.” Kata reva seakan tidak rela Jalal dicap seperti itu.
“Ya benar. Bukan kesalahan dia jika dia terlahir sebagai pria tampan dengan tubuh yang atletis serta dari keturunan orang kaya.” Lala menambahkan.
“Apa kalian tau sekretaris Jalal yang bernama ruqyah itu saja sudah lama menyukainnya tapi Jalal tak pernah mengubrisnya.” Kata reva lagi.
Melihat teman-temannya asik menceritakan kelebihan Jalal, Jodha memalingkan wajahnya melihat kearah luar melalui kaca yang ada di sampingnya. Jodha tidak tertarik untuk mengetahui apapun tentang Jalal, yang ada dalam pikirannya saat ini bagaimana caranya untuk mengatakan semuanya ke suryabhan. Melihat Jodha seperti itu moti bertanya dengan memegang pundak Jodha “kau kenapa Jodha?? Kau terlihat sangat sedih bukan malah bahagia...”
Jodha mendesah pelan, lalu di tatapnya semua sahabatnya itu dan mulai bercerita kembali “ kalian kan tau aku punya suryabhan. Aku sama suryabhan sudah 5tahun bersama. Saat ini yang menjadi beban pikiran ku, bagaimana cara aku memberitahu dia tentang semua ini.”
Moti mengenggam tangan Jodha dengan erat “ kau ceritakan saja yang sebenarnya. Aku yakin suryabhan pasti akan mengerti dengan posisi mu.”
Lala dan reva juga ikut mengenggam tangan Jodha berusaha memberikan kekuatan ke Jodha. “Ya Jodha. Suryabhan pasti mengerti kau melakukan ini semua untuk menyelamatkan perusahaan orang tua mu.” Kata lala.
“Jodha...” Tiba-tiba terdengar suara pria yang mengagetkan mereka, dan spontan membuat keempat perempuan itu menoleh kearah suara itu. Saat melihat siapa orang yang menyapa Jodha membuat ketiga sahabat Jodha terkejut bahkan mereka sampai membuka sedikit mulut mereka. “Kau Jodha kan?? Kenal kan aku Jalal...” Kata Jalal sambil menjulurkan tangannya kepada Jodha. Mendengar pria itu menyebut namanya Jalal, Jodha sedikit terkejut dan dengan kikuk dia menerima uluran tangan Jalal. “Iya aku Jodha.” Balasnya.
“Kalian pasti teman-temannya Jodha kan?? Kenalkan aq Jalal..” Kata Jalal sambil menyalamin tangan reva moti dan lala satu persatu. Sedangkan orang yang disalaminya hanya senyum-senyum tidak jelas. “Baiklah aku harus pergi karna aku disini sedang ada janji sama klien. Kalian semua lanjut saja makan siangnya, dan aku yang traktir.” Kata Jalal sambil melirik ke arah Jodha yang saat itu masih terpaku menatapnya.
“Bagaimana Jodha?? Apakah kau masih ragu menikah dengan Jalal setelah melihatnya??” Tanya reva sambil tersenyum melihat wajah Jodha yang berubah warna merah seperti tomat karna tadi sebelum pergi Jalal mengedipkan mata kepada Jodha.
Jodha tidak menjawab godaan teman-temannya, dia hanya diam sambil memegang mukanya sendiri dengan kedua tangannya. Dia tidak tau kenapa mukanya terasa panas saat tadi Jalal mengedip kan matanya. Jantungnya pun berdetak cepat saat tangannya menyentuh tangan Jalal. saat semua temannya kembali asik menikmati makanan mereka, Jodha sendiri tanpa henti melihat Jalal yang duduk tidak jauh dari mejanya.
Bersambung
FanFiction Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik Disini
Hadeeeh,,,jd ikut serrrrr,,klo jodha g maw,,ma ak aj jalal,,hehehe
ReplyDeleteSerunya jadinya gimn ya jodha, tertarik tdk
ReplyDelete
ReplyDeleteYeiiii... ada ff baru
Sukaa sama ceritanya, rasanya lebih tertarik baca ff daripada nonton sinetron indonesia ...
Lanjutannya selalu ditunggu mbak, semangat buat ngerjain karya barunya...
Jd degdegan jg bacanya. . ,ayo chusni smangat!!!!
ReplyDeleteLanjut min, jgn lama"ya. Sukriya...
ReplyDeleteMakasih mba,,,,, FF memang ga ada matinye,,,,,,, daripada sinetron yg judulnya aja aneh2 gitu.
ReplyDelete