By Er Lin..... Mobil orang itu terus mengikuti mobil Jalal, membututinya dengan tetap menjaga jarak. Posisi mobilnya sekarang hanya terpisah dua mobil dibelakang Jalal dan Jodha. Dia kembali tersenyum licik, dia sudah menyusun skenarionya sedetail mungkin.
Dia mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang. “Laksanakan rencana A, dan pastikan itu akan menjadi trending topik disemua media sosial, disemua stasiun TV, maupun di semua surat kabar. Lakukan dengan hati-hati agar orang tidak mengetahui bahwa aku dalang dibalik semua ini, mengerti?” perintahnya kepada seseorang di ujung telpon.
***************
Jalal tengah bersiap-siap pergi ke kantor, saat dia akan masuk ke dalam mobilnya ponselnya berdering, sebuah pesan masuk dan itu ternyata dari Jodha.
'Hari ini aku minta izin untuk tidak ke kantor mu, aku mau ketempat Moti.”
Jalal membalas sms Jodha dengan singkat. “Oke.”
Tak butuh waktu lama Jalal telah sampai di Mall nya, dia langsung masuk ke dalam lift dan menuju ke ruangannya. Setelah ada didalam ruangannya Jalal lalu melepaskan jas dan meletakkannya di belakang sandaran kursinya. Dia mulai bergutat dengan tumpukan file-file yg ada di atas mejanya.
“Tok,,,tok,,,tok.” Terdengar ketukan pintu dari luar. “Masuk,” perintah Jalal dari dalam ruangannya. Matanya tetap fokus dengan file yg saat ini sedang dia baca.
“Pagi, sir,” sapa Abul mali saat setelah masuk kedalam ruangan Jalal.
“Oh kau Abul mali,” Jalal sekilas melihat kearah Abul mali, tapi sedetik kemudian dia kembali menundukkan kepalanya. “Ada apa? Apa ada yg ingin kau laporkan?” tanyanya.
Abul mali sejenak hanya diam, dia tidak tau harus menyampaikan dengan cara apa tentang berita yg dia baca di surat kabar pagi ini. Abul mali sedikit banyak telah mengetahui bagaimana sifat bosnya ini. Dia takut Jalal akan emosi dan melakukan sesuatu yg hal yg mengerikan saat mendengar kabar yg akan ia sampaikan.
Melihat Abul mali yg hanya berdiri diam disana, Jalal lalu mengangkat kepalanya. Menyandarkan punggungnya kebelakang dan melipat kedua tangannya di depan dadanya. “Kenapa kau hanya diam? Lalu itu apa?” Jalal menunjuk koran yg dari tadi di genggam oleh Abul mali.
“Itu,,itu,,,” Abul mali mengangkat koran yg ada di tangannya, “Ada berita tentang nona Jodha disini, sir”
Jalal mengkerutkan keningnya, “berita Jodha?” tanyanya seakan tidak mengerti.
“Lebih baik Anda baca sendiri, sir” ucap Abul mali seraya memberikan koran itu kepada Jalal.
Jalal langsung menerima koran itu, dengan rasa penasaran Jalal dengan cepat membuka koran itu. Wajah Jalal langsung menegang seperti menahan marah saat membaca berita yg ada di koran itu, tangannya langsung meremas koran itu lalu melemparnya dengan kasar kesamping kirinya. Jalal bangkit dari duduknya dan langsung berjalan menuju pintu, tapi saat didepan pintu Jalal berhenti sejenak. Dengan tangan memegan pegangan pintu jalal berkata “Cari alamat pria itu secepatnya,” perintanya kepada Abul mali yg masih berdiri di belakangnya.
Dari intonasi suara Jalal terdengar dengan jelas bahwa saat ini Jalal sedang sangat emosi. Nasehat apapun yg akan Abul mali berikan, itu hanya akan sia-sia. Hingga Abul mali hanya mengangguk kan kepalanya.
Setelah mengatakan itu Jalal keluar dari ruangannya menuju ke mobilnya. Dari kejauhan Ruqyah melihat Jalal yg berjalan dengan tergesa-gesa, Ruqyah juga melihat wajah Jalal yg terlihat seperti emosi. Ruqyah langsung tersenyum kemenangan saat melihat Jalal seperti itu. Sepertinya rencanya telah berjalan dengan baik.
*******
Jodha melajukan mobilnya menuju ke toko souvenir Moti. Jodha langsung memarkirkan mobilnya di depan toko Moti. Dia langsung masuk ke dalam dan mencari sahabatnya itu. Kasir memberitahunya bahwa Moti sedang membongkar barang baru di bagian belakang toko yg letaknya agak ke bawah, semacam basement, sebuah gudang sempit berukuran tiga kali tiga meter.
“Hai,” seru Moti. “Kabarnya tadi malam ada acara makan malam antara keluarga mu dengan keluarga Jalal untuk membahas detail pernikahan mu? tanya Moti ketika Jodha muncul di tengah-tengah pintu.
Jodha mengangguk. “Makanya aku kesini. Ada hal yg ingin aku ceritakan.”
Moti menghentikan pekerjaannya. “Apa? Jalal lagi? Kali ini apalagi yg dia lakukan ?”
Jodha menceritakan soal makan malam itu, dan juga tentang Jalal yg mengantar Ruqyah pulang ke apartemennya. Jodha juga memperlihatkan Sms dari Ruqyah kepada Moti.
“Apa masalahnya? Bukankah Jalal telah menjelaskannya padamu bahwa dia hanya mengantar dan memasak makanan untuk wanita itu. Sedangkan tetang sms ini,” Moti mencibir, “ini kan kata Ruqyah bukan kata Jalal.”
Jodha menghela nafasnya dengan keras, terlihat sekali bahwa dia sangat terganggu dengan semua itu. Jodha beranjak kembali keatas
“Jodha!” seru Moti. “Cinta itu menyakitkan,karna cinta bisa penuh curiga dan cemburu. Kata orang itu bumbu tapi tetap aja sakit. Hubungan yg dilandasi kesepakatan jauh lebih baik. Ada kesadaran dan tanggung jawab di dalamnya. Jalal sadar di jodohkan denganmu, dia bertanggung jawab untuk memperlakukanmu sebagai 'calon istrinya'. Itu cukup Jodha, jangan minta terlalu banyak.”
Jodha berdiri mematung di depan pintu yg letaknya lebih tinggi sehingga ia harus menunduk sedangkan Moti mendongak kepadanya. “Hatinya bukan hanya untukku, Moti.”
“Benarkan, kau sakit karena kau jatuh cinta padanya.”
Jodha menggeleng.
“Kalo kau tidak jatuh cinta sama Jalal, kau tidak akan menginginkan hatinya hanya untukmu. Hati yg pernah kau jabarkan ke aku, Jodha, pusat perasaan manusia. Hati itu ornamen paling penting dalam sebuah hubungan karena di situlah bahagia atau derita di produksi.” Moti telah berada di samping jodha, menepuk bahu Jodha seklias. “Kau jatuh cinta sama dia kan?”
Tak ada jawaban dari Jodha.
“Kau takut dengan hatimu sendiri. Itulah sebabnya kau ingin menghindari Jalal.”
Jodha beranjak menuju pintu keluar.
“Dan kau merasa tidak sanggup melakukan apapun untuk membuat Jalal jatuh cinta kepadamu. Kau kalah sebelum berperang, kau......”
“Stop!” Jodha berbalik. “Oke, aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali aku melihatnya di restoran saat pertemuan keluarga kami yg pertama. Puas?”
“Yup!” seru Moti dengan tertawa menang. “Setidaknya kau sekarang lega. Mengakui perasaan sendiri itu memang sulit, Jodha.”
“Lalu apa yg harus aku lakukan? Ruqyah pasti akan berbuat sesuatu lagi untuk bisa menjauhkan Jalal dari ku.”
“Kau harus lebih berusaha keras untuk membuat Jalal jatuh cinta padamu. Dan kau akan memiliki waktu seumur hidup untuk membuatnya semakin mencintaimu kalo kalian sudah menikah nanti.”
“Tapi___”
“ Yg penting kesadaran dan tanggung jawab. Dia akan berlaku sebagai suami yg baik, percaya deh.” Moti lalu kembali pergi melnjutkan pekerjaanya.
Jodha terdiam sejenak, merenungkan semua perkataan Moti. Lalu setelah itu Jodha meleset keluar dari toko Moti. Jodha melajukan mobilnya menjauh dari toko Moti. Setelah berada lumayan jauh, Jodha memberhentikan mobilnya di sebuah tempat yg teduh. Dimatikannya mesin, dan dia juga membuat ponselnya dalam kondisi silent. Jodha membuka kaca jendela bagian kiri lebar-lebar, mendorong kursi kemudi kebelakang kemudian berdiam diri melepas sesak yg menghimpit.
Dadanya terasa sesak saat dia mengetahui dirinya begitu mencinta Jalal yg notabene dicap sebagai playboy. Hatinya terlalu sakit saat melihat Jalal masih bersikap manis kepada wanit-wanita lain. Airmata yg dari tadi coba ditahannya, akhirnya keluar tanpa bisa di hentikan. Beberapa saat Jodha tidak dapat memandang ke depan dengan jelas. Matanya kabur oleh derasnya isak tangis. Bahunya bergerak naik turun dengan cepat. Dia hanya menutup mulut agar tangisannya tak pecah hingga menarik perhatian para pejalan kaki.
“Aku jatuh cinta padamu Jalal,” ratapnya pelan-pelan manakala tangisnya telah surut. Dia menunggu hingga selururh emosinya meluap. Hingga air mata di pipinya mengering dan matanya yg bengkak memerah kembali normal.
Setelah merasa sedikit tenang, Jodha mulai menghidupan mesinnya kembali. Sebelum beranjak Jodha mengambil ponselnya, dilihatnya terdapat 4 miscall dan 2 sms dari Jalal yg menanyakan keberadaanya. Sambil menyetir dikirimnya sebuah sms balasan.
'Aku sedang menuju ke rumah.'
Tidak beberapa lama mobil Jodha telah sampai di halaman rumahnya. Disana telah menunggu Jalal yg sedang berdiri bersandar di mobilnya. Jalal langsung berdiri saat melihat Jodha keluar dari mobilnya. Jalal langsung menatap tajam kearah Jodha, terlihat kemarahan dari matanya. Jalal berjalan maju kearah Jodha, sedangkan Jodha yg terkejut mendapati wajah Jalal yg terlehat mengeras seperti menahan kemarahan hanya bisa terdiam berdir di samping mobilnya.
Saat telah dekat dengan Jodha, Jalal langsung mendorong tubuh Jodha dengan kasar kemobilnya. Dia lalu mencengkram kedua pundak Jodha dengan kesar. Mendapat perlakuan kasar seperti itu dari Jalal, tubuh Jodha langsung bergetar karna merasa takut.
“Aahhh,,,,” rintih Jodha kesakitan. Jalal terlalu kuat mencengkram kedua pundaknya.
Melihat Jodha yg merintih kesakitan, Jalal langsung mengendorkan cengkramannya. Meski saat ini dirinya diselimuti oleh emosi tapi tetap saja saat melihat gadis di hadapannya saat ini merintih kesakitan membuat Jalal tidak tega.
“Kenapa? Apa kau kesakitan? Tapi ini tidak sesakit apa yg telah kau berikan pada ku Jodha.”
“A,,,apa yg kau maksud Jalal?” tanya Jodha yg tidak mengerti dengan arah pembicaraan Jalal.
“Apa maksud ku? Kau bertanya apa maksud ku?” Jalal berkata sembari mengangguk-anggukkan kepalanya, kemarahan semakin terpancar dari wajahnya. “Seharusnya aku yg bertanya, apa maksud mu dengan melakukan semua ini padaku Jodhaaaaaaa........” teriak Jalal di depan wajah Jodha hingga membuat Jodha harus memejamkan matanya.
Jalal melepaskan cengkramannya dari pundak jodha. Di pandanginya wajah Jodha dengan kebencian, hatinya terasa sangat sakit mengetahui Jodha menghianati cintanya. Dia berusaha untuk tak mempercayai berita itu, tapi akal pikirannya tetap tidak bisa menemukan alasan bahwa Jodha tidak melakukan apa yg diberitakan di surat kabar itu.
Merasakan Jalal melepaskan cengkramannya, berlahan di bukannya matanya. Dengan suara yg bergetar Jodha kembali memberanikan diri untuk bertanya, “Sungguh aku tidak mengerti dengan apa yg kau katakan Jalal.”
“Wah,,,wah,,,wah, kau pintar sekali memainkan peran mu jodha,” ucap Jalal sambil melangkah mundur. Kedua tangannya menjulur kedepan seolah menunjuk kearah Jodha. “Coba liat dirimu. Di depan ku kau bersikap seperti gadis polos tapi di belakang ku, kau bahkan melakukan sesuatu yg hanya bisa di lakukan oleh seorang pel*c*r. Hhahaha sekarang aku mengerti kenapa kau tidak ingin melakukan kontak fisik dengan ku. Kau telah merencanakan semua ini dari awal Jodha. Kau menikahi ku hanya agar perusahaan orangtua mu terselematkan, setelah semua itu terwujud kau akan meninggalkan ku dan kembali dengan pria brengsek itu.”
Jalal meremas rambutnya karna frustasi,”Dan bodohnya aku sampai bisa tertipu oleh mu. Dan lebih parahnya lagi aku bahkan sampai mencintaimu karna kepolosan mu itu yg ternyata hanyalah sebuah tipu dayamu.”
Jodha melangkah maju mendekati Jalal. Diraihnya kedua tangan Jalal dan di genggamnya dengan erat. “Jelaskan padaku Jalal agar aku bisa mengerti kenapa kau bisa semarah ini?”
Jalal menghentakkan tangannya dengan kasar hingga tangan Jodha yg mengenggam tangannya terlepas. “Baiklah, aku akan membuat kau mengerti,” Jalal mengambil ponselnya yg ada disaku dalam jas nya lalu memberikannya ke Jodha, “Kau baca ini, kau baca dengan baik-baik agar kau mengerti.”
Jodha sangat terkejut saat membaca berita disalah satu berita online. Disitu tertulis sebuah berita dengan judul 'Calon istri dari seorang pengusaha sukses yg bernama Jalalludin Mohammad Akbar terlihat masuk kesebuah apartemen dengan seorang pria di larut malam, wanita itu kembali terlihat keluar dari apartemen itu saat setelah subuh. Dan telah diketahui bahwa pria itu adalah mantan pacarnya wanita itu.'
Jodha kembali meraih tangan Jalal, “Itu,,,itu tak seperti yg kau pikirkan Jalal. Aku bisa menjelaskan semuanya padamu.”
Jalal mendorong tubuh Jodha dengan kasar hingga terjatuh ke tanah. “Tidak ada yg perlu kau jelaskan, aku yg akan mencari tahu kebenarannya. Dan jika terbukti kau____” Jalal mengentikan ucapannya, dia melangkah mendekati Jodha yg terduduk di lantai dengan membungkukkan badannya sembari menunjuk wajah Jodha dengan jari telunjuknya Jalal melanjutkan ucapannya, “Jika terbukti kau melakukan semua yg mereka katakan, maka kau akan menerima akibatnya.”
Jalal kembali berdiri kemudian berjalan kearah mobilnya. Jalal segera meninggalkan Jodha yg masih terduduk di tanah dengan melajukan mobilnya sekencang mungkin.
Setelah kepergian Jalal, Jodha langsung masuk kedalam kamarnya. Dia langsung menghempaskan bokongnya di atas ranjanganya. Jodha tidak mengerti bagaimana bisa wartawan tau tentang dirinya yg mengantar Surya ke apartemennya. Belum juga Jodha menemukan jawaban dari pertanyaanya tiba-tiba Meinawati masuk kedalam kamarnya dan langsung melempar sebuah koran kedepan wajahnya.
“Apa maksud semua itu Jodha? Apa yg sebenarnya telah kau lakukan? Tak tau kah kau apa akibat dari perbuatan mu itu?” Meina langsung menghujani Jodha dengan pertanyaan-pertanyaannya yg menyudutkan Jodha.
“Hentikan ibu,,,,” teriak Sujamal yg tiba-tiba muncul dari belakang Meina. “Berhenti menyalahkan Jodha, ibu.”
Meina menolehkan wajahnya melihat kearah Sujamal. “Bagaimana bisa ibu tidak menyalahkannya. Apa kau tidak tau akibat dari semua perbuatannya itu. Bagaimana kalo keluarga Tuan Akbar membatalkan perjodohan ini? Lalu bagaimana dengan nasib perusahaan kita?”
“Tapi bukan berarti ibu harus melimpahkan semua kesalahan itu kepada Jodha, ibu. Yg seharusnya ibu salahkan itu adalah aku. Aku telah membuat perusahaan kita bangkrut. Karna kebodohan ku, akhirnya perusahaan kita di tipu hingga rugi miliaran rupiah. Aku mohon berhenti membebankan semua ini kepada Jodha, ibu. Aku yg akan bertanggung jawab atas semua ini. Aku mencari cara untuk membuktikan bahwa apa yg di beritakan itu tidak benar.” bela Sujamal di depan Meina.
Jodha yg duduk diatas ranjangnya hanya bisa terdiam melihat pertengkaran ibu sama kakaknya. Matanya kini mulai berkaca-kaca melihat itu semua, Jodha semakin merasa bersalah karna sudah membuat ibu dan kakaknya bertengkar.
Setelah berdebat dengan Sujamal, Meina akhirnya keluar dari kamar Jodha dengan masih membawa perasaan kesalnya. Melihat ibunya telah pergi, Sujamal langsung duduk di samping Jodha. Sujamal langsung meraih kepala Jodha dan meletakkannya di dadanya dengan kedua tangannya memeluk erat tubuh Jodha, membiarkan Jodha meluapkan tangisnya.
****
Jalal telah kembali ke kantornya. Semenjak kepulangannya dari rumah Jodha, Jalal meluapkan amarahnya ke semua karyawannya. Bahkan Jalal sampai memecat beberapa oranga hanya karna masalah sepele. Abul mali pun tidak luput dari kemarahan Jalal.
“Apa kau tidak bisa bekerja hah,,” bentak Jalal sambil melempar sebuah file ke depan wajah Abul mali. “Bagaimana cara mu mengerjakan semua ini? Perbaikin lagi dan segera secepatnya serahkan padaku.”
Abul mali hanya diam menerima kemarahan Jalal yg tak beralasan. Dia mengerti apa yg menyebabkan Jalal seperti. Saat setelah keluar dari ruangan Jalal, Abul mali langsung menghubungi seseorang.
“Apa kau sudah menemukan alamat pria itu?” tanya Abul mali kepada seseorang di ujung telpon
“Bagus, sekarang kau cari tau siapa dalang di balik semua ini. Cari secepatnya dengan cara apapun, mengerti?” perintah Abul mali selanjutnya setelah menerima jawaban dari si penerima telpon.
Dari jauh Ruqyah memperhatikan itu semua. Hatinya semakin terasa sakit melihat Jalal seperti itu. “Apa kau harus melihatkan ekspresi sakit hati mu seperti ini Jalal? Dulu kau tidak pernah seperti ini saat putus dari pacar-pacar mu,” gumam Ruqyah pada dirinya sendiri.
Setelah menelpon seseorang, Abul mali kembali masuk kedalam ruangan Jalal. “Sir, aku sudah menemukan alamat pria itu,” lapor Abul mali kepada Jalal.
“Baik, kita kesana sekarang. Akan ku berikan pelajaran ke pria brengsek itu.” Jalal langsung melangkah keluar dari ruangannya dan di ikutin oleh Abul mali dari belakang.
Bersambung
FanFiction Pelabuhan Terakhir Bagian yang lain Klik Disini
Wow.. Penasaran mba..
ReplyDeleteJalal pasti nyesel bilang jodha p*l*c**.
Ditunggu y mba kelanjutannya.. Thx
Baru aja jodha menyadari kalau dirinya jatuh cinta pada jalal eeeee masalah baru datang
ReplyDeleteDan penyebabnya si rukiyem ratu kodok