You Are My Life Part 17



By: Bunda Kia

Adham kaget saat Jodha tiba-tiba mencium keningnya dengan lembut. Matanya membulat sempurna, suatu hal yang ia pikir mustahil gadis itu lakukan. Dia masih merasa tak percaya, namun kesadarannya segera kembali saat ada tangan yang memukul bahunya.

"Hey friends! Sekarang kita berteman, ok! Maaf kalau selama ini sikapku kurang ramah kepadamu," Adham tercengang dengan perkataan Jodha.

"Jadii...?? Kamu menganggapku teman sekarang, Jo?" tanya Adham bingung.

Jodha mengangguk, sambil tangannya menghapus sisa-sisa air mata di pipinya.

"Anggap saja kiss itu bertanda di mulainya pertemanan kita, tapi sekali lagi cuma teman, tidak lebih! Ok!" tegas Jodha mengingatkan.

Adham hanya membalas dengan mengangkat jarinya membentuk angka O sambil mengedipkan matanya.

"Jodha, tentu aku tahu kalau kiss itu hal yang wajar buat kamu yang hidup lama di luar negeri. Tapi dari puluhan gadis yang menciumku hanya kamu yang bisa membuat jantungku berdebar," batin Adham dan terlihat seringai nakal di bibirnya.

Jalal yang melihat Jodha mencium Adham, terbakar rasa cemburu. Hatinya sangat sakit, dia tidak menyangka gadis yang baru sebulan menyatakan cinta padanya dengan mudah mencium pria lain.

"Jalal, lihatlah! Apa yang kamu dapat dari cinta? Sadarlah perempuan itu cuma mempermainkan perasaanmu! Sadarlah! sadar!!" jerit hati Jalal mulai berontak.

Perasaan sedih, marah kecewa dan cemburu campur aduk jadi satu. Jalal kemudian berjalan pergi dengan setengah berlari meninggalkan tempat tersebut sedangkan Jodha yang melihat Jalal pergi seperti itu merasa sangat bersalah. Ada perasaan senang dan juga sedih. Senang karena sukses buat Jalal cemburu dan sedih karena telah melukai orang yang di cintainya. Sebenarnya sejak awal Jodha menyadari kalau Jalal mengawasinya.

****Flashback****
Jodha turun dari helikopternya, matanya melihat Jalal yang sama-sama baru mendarat. Jodha bergegas turun ingin menemui Jalal, namun Adham menghentikannya. Sebenarnya Jodha enggan menanggapi Adham, Tapi saat melihat gantungan kunci yang di bawa oleh Adham dia mengabaikan niatnya bertemu Jalal.
*****Flashback End******

Jodha mencium Adham semata-mata ingin tahu seberapa besar cinta Jalal kepadanya. Karena sejak mereka menjalin hubungan, Jalal tidak pernah mengucap kata I Love You ataupun sekedar kata sayang.

"Ya Tuhan, kenapa aku melakukan hal sekonyol ini?!" sesal Jodha dalam hati.

Tanpa basa basi, Jodha langsung pergi mengejar Jalal dan mengacuhkan Adham yang mencoba menahannya.

"Jodha! sikapmu begitu aneh, tanpa di minta kau menciumku lalu pergi begitu saja. Wanita memang sulit di mengerti," gerutu Adham sambil matanya terus mengekor kearah Jodha.

Jalal langsung membanting tubuhnya di atas kasur, "Bodoh! bodoh! Kenapa kau begitu bodoh, begitu lemah?! Mana Jalal yang dulu, mana?!!" Jalal berteriak meluapkan emosi.

Dibantingnya kedua tangannya di atas kasur. Tak berapa lama, Jalal mendengar ada seseoarang yang mengetuk pintu kamarnya.

~Tok..tok..tok~

"Jalal... Jalaaalll please buka pintunya? Aku ingin bicara!" Suara Jodha sedikit berteriak di balik pintu.

Jalal sebenarnya enggan untuk bertemu dengan Jodha saat ini. Tapi karena gadis itu terus mengetuk pintu kamarnya, akhirnya dia beringsut dari tempat tidur lalu membuka pintu. Jalal menatap Jodha dengan tatapan yang sangat dingin dan menusuk hati sedangkan Jodha yang merasa sangat bersalah hanya menundukkan kepalanya.

"Mau apa kamu kesini, Jo!" tanya Jalal kasar.

"Aku tahu kamu tadi melihatku bersama Adham. Aku ingin menjelaskan padamu, apa yang sebenarnya terjadi tadi. Apa boleh aku masuk?" Jodha berusaha menerobos masuk ke dalam, tapi tangan Jalal menghalanginya.

"Maaf, aku lagi beres-beres barang dan aku juga tidak ada waktu untuk mendengarkan penjelasanmu. Sekarang sebaiknya kamu pergi!" bentak Jalal mengusir Jodha.

Jodha menghela napas. "Aku tahu kamu marah, sakit hati, tapi tolong dengarkan dulu penjelasanku, Jalalll."

"Tahu apa kamu tentang perasaanku?!" sergah Jalal, "Pergilah sebelum emosiku memuncak!" perintah Jalal dengan nada mengancam.

Jodha yang melihat Jalal marah menjadi sangat ketakutan, "Ta..ta..tapi, Jalal..." belum selesai Jodha bicara, Jalal mendorong tubuhnya lalu menutup pintu dengan keras.

Jodha mengetuk-ngetuk pintu itu kembali tapi Jalal tidak bergeming. Ia melangkah gontai menuju kamarnya dengan penuh penyesalan.

Sejak peristiwa itu, Jodha berusaha menghubungi Jalal berkali – kali, tapi Jalal selalu menghindar. Telepon Jodha tidak pernah di angkat. Sms juga tidak di balas. Akhirnya tanpa terasa waktu 3 bulan kini telah berlalu. Saatnya untuk kembali ke tanah air tercinta.

Sepanjang perjalanan, Jalal sangat acuh bahkan tidak mau menyapa Jodha sama sekali. Jodha merasa sangat sedih dengan sikap Jalal, tapi dia sadar kalau dirinyalah yang telah membuat Jalal seperti itu. Berbagai cara telah Jodha lakukan untuk menarik perhatian Jalal kembali namun hasilnya tetap Nihil.

Jalal kembali seperti dulu, Jalal yang dingin dan acuh terhadap dirinya. Sesampainya di bandara, Mirza dan Dewie sudah menunggu kedatangan mereka berdua. Mereka saling berpelukan satu sama lain melepas kangen. Dewie dengan sikap manjanya meminta oleh-oleh dari Jalal. Jalal mengeluarkan sebuah paper bag yang berisi coklat dan sebuah syal lalu memberikannya kepada Dewi. Dewi langsung menyambar paper bag tersebut dan langsung mencoba syal yang Jalal berikan padanya. Jalal, Jodha dan Mirza tertawa geli saat melihat Dewie mencoba syal itu sambil memutar tubuhnya. Dalam sesaat mereka bisa melupakan pertengkaran yang ada di antara mereka. Di dalam mobil, Jalal lebih banyak diam, sedangkan Jodha dan Dewie tak henti-hentinya bicara tentang pengalaman selama Jodha berada di pelatihan.

Pagi ini adalah hari pertama Jodha masuk sekolah di Agra Air. Dengan senyumnya yang manja, dia menyapa Jalal dan mengajaknya berangkat bersama. Tapi jalal menolak, dia mengatakan kalau mobilnya rusak dan menyuruh Jodha berangkat sendiri naik taksi. Jodha ternyata belum menyerah, ia mengajak Jalal naik taksi dengan dirinya. Namun lagi-lagi Jalal menolaknya dengan memberinya alasan bahwa dia ingin bertemu temannya terlebih dahulu.

Lagi, Jodha harus menelan kekecewaan dan berangkat sendiri. Di dalam kelas pun, Jalal memperlakukan Jodha seperti peserta lainnya bahkan dia tak memandang ke arah Jodha sama sekali. Saat jam istirahat Jodha menunggunya di kantin, tapi Jalal tidak muncul juga. Jodha berusaha menghubungi ponselnya namun tidak aktif. Hatinya yang galau membuat nafsu makannya hilang. Makanan yang sudah ia pesan cuma di aduk-aduk lalu ia tinggal pergi.

Malam ini Jodha membeli pizza untuk dimakan di rumah bersama Jalal. Kebetulan Dewie dan Mirza sedang melakukan penerbangan ke Paris selama 3 hari sehingga mereka tidak pulang. Jodha dengan semangat mempersiapkan makan malam yang romantis dengan Jalal walaupun menunya cuma sebuah pizza. Dia menaruh beberapa lilin di atas meja, ia juga membeli seikat bunga lalu dimasukkan ke dalam sebuah vas dan diletakkan di tengah meja . Jodha sengaja tidak memberitahu Jalal terlebih dahulu karena dia ingin membuat kejutan untuk Jalal. Dengan sabar ia menunggu kepulangan Jalal. Karena terlalu lama menunggu ia sampai ketiduran di atas meja makan.

Jalal yang baru saja pulang kaget melihat meja makan yang tertata rapi dengan cahaya lilin yang sudah mulai redup dan Jodha yang tertidur di atas meja makan. Jalal kemudian menghampiri Jodha, di pandanginya sesosok gadis yang ia rindukan sedang tertidur pulas dengan tangan menopang kepala di atas meja. Wajahnya begitu polos dan terdapat kedamaian di sana. Sesaat Jalal melupakan kemarahannya pada Jodha. Jalal menatap lekat wajah Jodha, dipandangnya gadis yang mulai mengisi relung hatinya tersebut. Seakan Jalal merasa terbius melihat wajah polos Jodha. Perlahan ia mendekatkan dirinya pada wajah Jodha lalu mengecup bibir gadis tersebut dengan lembut. Ada getar–getar rindu yang mengalir hangat di dalam hatinya saat kedua bibir tersebut bertemu, namun tiba-tiba bayangan Jodha mencium Adham kembali muncul.

Kemarahan kembali menguasai dirinya sehingga ia langsung menarik diri. Jalal sontak berdiri dan pergi meninggalkan Jodha. Jodha yang merasakan ada sesuatu yang menyentuh dirinya membuatnya terbangun. Samar–samar ia melihat punggung Jalal yang menjauhi dirinya. Sambil mengucek matanya mengembalikan visi penglihatannya, ia kembali menegaskan melihat kedepan, namun sosok Jalal sudah menghilang. Jodha lalu melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukan pukul 12 malam. Ia kemudian bangkit dan mematikan lilin yang sudah hampir habis. Rasa kecewa kembali mendera dirinya tatkala Jalal masih mengabaikannya. Jodha lalu kembali ke kamar dan mengganti pakaiannya dengan baju tidur. Kemudian ia berbaring diatas tempat tidurnya sambil melamunkan apa yang terjadi tadi. Jodha merasa ada sesuatu yang menyentuh bibirnya tadi, terasa hangat dan membekas hingga saat ini. Jodha meraba bibirnya dengan jemarinya, namun ia tidak bisa memastikan apakah tadi itu nyata atau hanya mimpi semata bahwa Jalal telah mencium bibirnya.Lama Jodha melamun hingga ia kembali tertidur.

Keesokan paginya, Jodha telah bersiap untuk berangkat ke sekolah Agra Air. Ia lalu bergegas keluar kamar dan menghampiri Jalal untuk kembali mengajaknya berangkat bersama. Namun ternyata Jalal telah berangkat pagi-pagi sekali. Jodha pun segera berangkat dengan menggunakan taksi tanpa sarapan terlebih dahulu.

Sesampainya di Agra Air, Jodha kembali mencari sosok Jalal, namun ia sama sekali tidak dapat menemukannya. Hingga pada saat istirahat Jodha masih menunggu kehadiran Jalal di kantin dan lagi–lagi ia harus menelan rasa kecewanya.

Pada saat jam terakhir, Jodha terlihat lesu dan tidak bersemangat. Wajahnya pun terlihat sangat pucat. Tak lama Jalal masuk ke dalam ruang kelas bersama Adham, hari ini ia akan menjelaskan tentang tata cara landing pada situasi darurat. Selama pelajaran berlangsung Jodha terlihat tidak memperhatikan dan fokus apa yang sedang mereka bahas. Jalal yang melihat hal tersebut langsung menegur Jodha.

“Nona Jodha, apakah anda dapat menuliskan beberapa cara pendaratan darurat yang kita bahas tadi,” Jalal memberikan perintah pada Jodha untuk maju ke depan.

Jodha yang mendengar panggilan tersebut sontak terkejut dengan perlahan ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke depan. Baru beberapa langkah ia berjalan, Jodha merasa tubuhnya limbung dan sekitarnya menjadi gelap hingga akhirnya ia terjatuh pingsan. Jalal dengan sigap langsung berlari dan menangkap tubuh Jodha sebelum jatuh ke lantai. Ditepuknya pipi Jodha, tetapi tidak ada respon darinya. Jalal pun langsung membopong tubuh Jodha dan membawanya ke ruang kesehatan. Di dalam klinik kesehatan, Jalal dibantu seorang perawat berusaha menyadarkan Jodha.

Tak beberapa lama Jodha sadar, ia lalu melihat ke sekelilingnya dan ditatapnya wajah Jalal di hadapannya. Jodha berusaha bangkit, namun Jalal menahannya dan menyuruhnya untuk beristirahat sementara. Jalal lalu beranjak pergi dan menitipkan Jodha kepada perawat yang membantunya tadi. Selang beberapa menit Jalal kembali dengan membawa tas Jodha. Jalal kemudian membawa Jodha untuk kembali pulang. Selama di dalam mobil keduanya hanya terdiam dan berkutat dengan pikiran masing-masing.

“Aku ingin makan, bisakah kau berhenti sebentar di sebuah restoran atau rumah makan,” pinta Jodha membuka percakapan mereka.

“Apa kau tidak bisa menahannya, kita akan makan dirumah saja,” ucap Jalal ketus.

“Tapi aku sangat lapar, dari semalam aku belum makan. Itulah kenapa aku bisa pingsan tadi,” Jodha mulai frustasi dan menangis dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Jalal mendadak mengerem mobilnya, ia menatap Jodha yang menangis di sampingnya. Ada rasa sakit saat melihat Jodha yang menangis. Ingin sekali ia memeluk gadisnya tersebut dan menenangkannya, namun egonya yang tinggi membuatnya mengurungkan niatnya tersebut. Jalal lalu mengarahkan mobilnya memasuki sebuah restoran siap saji. Ia lalu memesan beberapa makanan melalui fasilitas drive thru karena tidak memungkinkan untuk mengajak Jodha yang sedang menangis makan di dalam restoran tersebut. Setelah selesai memesan, Jalal kembali melajukan mobilnya dan menepi di sebuah taman kota.

“Ini makanlah,” Jalal memberikan satu bungkus Doublecheese Burger, French Fries dan segelas Milkshake coklat.

“Terima kasih,” ucap Jodha sambil membuka bungkus doublecheese burgernya dan melahapnya.

Keduanya makan dalam diam, sesekali Jalal mencuri pandang kearah Jodha yang asik melahap makanannya. Setelah menghabiskan semua makanan dan minumannya, Jalal kembali menyalakan mobilnya untuk kembali pulang ke rumah.

“Aku ingin ke taman bermain,” ucap Jodha spontan yang membuat Jalal mengerutkan dahinya.

“Apa maksudmu,Jo? Kau baru saja pingsan tadi dan kau butuh banyak istirahat,” ucap Jalal menolak permintaan Jodha.

“Aku ingin ke taman bermain!! Mommy selalu mengajakku ke taman bermain saat aku sedang sedih. Pokoknya aku ingin ke taman bermain!! Aku sudah gak papa, Jalal,” Jodha berusaha meyakinkan Jalal bahwa ia sudah sehat.

“Aku mohon, please!!” pinta Jodha dengan mata berkaca- kaca.

Jalal akhirnya menyerah dengan sifat keras kepala Jodha dan membawanya ke sebuah taman bermain di Jakarta Utara.
Setelah membeli tiket, Jodha dengan semangat langsung menarik Jalal menaiki beberapa permainan. Sejenak Jodha bisa melupakan kesedihannya dan meluapkannya saat ia berada di arena permainan yang sedikit ekstrem. Jodha berteriak–teriak seakan menumpahkan segala isi hatinya saat itu.

Sehabis menaiki beberapa permainan, Jodha mengajak Jalal beristirahat sebentar dan membeli minuman dingin. Keduanya duduk di sebuah bangku santai yang disediakan untuk pengunjung yang ingin beristirahat. Jodha sedang menenggak minumannya saat Jalal bertanya sesuatu kepadanya.

“Kamu terlihat sudah sehat saat ini, padahal beberapa jam yang lalu kamu tiba-tiba saja pingsan di depanku,” ucap Jalal dengan nada sinis.

“Aku sakit bukan karena fisikku, Jalal. Tetapi karena aku begitu sangat tertekan akhir- akhir ini,” sahut Jodha sambil mengelap sisa air di bibirnya dengan tangannya.

“Maksudmu?” tanya Jalal heran.
“Aku sangat tertekan karena aku begitu merindukanmu. Kau selalu mengacuhkanku, tidak mau bicara denganku dan menjaga jarak dengan diriku. Aku begitu sangat sangat merindukanmu. Aku menyesal telah berbuat konyol dengan sengaja mencium Adham di depanmu. Tapi itu semata–mata karena aku ingin membuatmu cemburu karena kau tidak pernah mengatakan bahwa kau mencintaiku. Jadi aku berbuat seperti itu di depanmu. Aku mohon, Jalal maafkan aku. Aku tak sanggup jika harus kau acuhkan setiap hari. Itu sangat menyakitkanku. A... aku mencintaimu, Jalal,” Jodha menyeka air mata yang jatuh di pipinya.

Mendengar penuturan Jodha membuat hati Jalal luluh dan ia pun merasakan bahwa ia sangat mencintai gadisnya tersebut.

“Aku juga mencintaimu,” ucap Jalal cepat dan sontak membuat Jodha terkejut mendengar ucapannya tadi.

“Apa yang kau bilang tadi, Jalal??” Jodha meminta Jalal mengulangi perkataannya tadi.

Jalal mengubah posisi duduknya menghadap Jodha dan berkata, ” Aku mencintaimu, Jodha.”

Jodha bahagia mendengarnya dan reflek memeluk tubuh Jalal dengan erat.

“Terima kasih, Jalal. Jadi, sekarang aku sudah dimaafkan?” tanya Jodha.

“Dengan satu syarat, kau tidak akan mencium laki–laki lain selain diriku ataupun dekat dengan laki–laki lain dihadapanku karena itu membuat diriku sakit, Jo!!”

“Aku berjanji…aku berjanji, Jalal! Aku tidak akan mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya” Jodha mengangkat kelingkingnya untuk bertautan dengan kelingking Jalal sebagai tanda perjanjian dan keduanya pun berpelukan dengan erat meluapkan rasa rindu yang menyelimuti hati mereka selama ini......

**makasih untuk mak cireng yang udah bantuin part ini.

To Be Continued

You Are My Life Part yang lain Klik Disini


2 comments:

  1. YULIANA KRISTANTI GEO '1021 April 2015 at 22:17

    Kejam banget sih bang jalal ma jodha,, sampai segitu nya marahnya 3 bulan kan gak sebentar
    Tapi seneng deh akhirnya baikkan 😊
    Jangan marahan lagi ya
    Ditunggu kelanjutannya mbak resza
    Sukron chusni

    ReplyDelete
  2. Michal Danduru Marewa23 April 2015 at 00:21

    Memang cinta demikian sulit dipahami, tergantung penilaian seseorg

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan Anda. Setelah baca jangan pelit comment ya...

Mohon tidak melakukan Copy Paste isi Blog ini dalam bentuk maupun alasan apapun. Tolong hargai kerja keras penulis.

Terima Kasih.